Part 11

113 41 5
                                    

"Kenapa gak sekalian aja pergi ke lantai atas, trus loncat kebawah. Beres kan?"

Aku mendengar seseorang yang bicara, aku mencari asal suara itu dimana, dan ternyata itu adalah si pembawa sial itu. Aku langsung menyeka air mataku dan mencoba untuk tenang kembali.

"Ngapain lo masih ngikutin gue?" Tanyaku

"Gue gak ngikutin lo, ini jalan keluar gerbang kan?"

Aku hanya terdiam, setelah mendengar jawabannya. Memang iya sih ini jalan keluar.

"Ohk iya, btw gue minta maaf" ujarnya

"Udah berapa kali sih loo minta maaf dari tadi? Eneg gua dengarnya"

"Perasaan dari tadi gue minta maaf sama lo, gak ada jawaban sedikitpun"

"Oohh..." Aku hanya ber oh ria, karena benar katanya. Aku mendengar tapi tidak merespon.

"Jadi gimana nih? Lo mau maafin gue kan?"

"Iya" jawabku singkatan. Sementara aku masih menahan rasa sakit di kaki.

"Okee gue pamit pulang dulu dan urusan kita selesai" ujarnya dan lalu melangkahkan kakinya untuk pergi.

"Cowok aneh tambah songong" lirih ku dalam hati

***
*Dio POV*

"Okee gue pamit pulang dulu dan urusan kita selesai" ujarku dan lalu melangkahkan kaki untuk pergi.

Akan tetapi langkahku terhenti setelah melihat kakinya sekilas, terlihat membiru dan bengkak. Aku jadi merasa bersalah, setelah bikin dia jatuh sepertinya permintaan maaf gak cukup. Karena aku pikir dia pasti sedang menahan sakit dan membutuhkan bantuan. Tanpa berpikir panjang, aku langsung melangkah mundur.

"Lo gak pulang?" Tanyaku dengan sedikit basa basi, karena kalau to the point langsung takutnyaa dia malah mikir aneh-aneh.

"Iya, nanti" jawabnya singkat

"Emang disini lo nungguin siapa? Pacar lo"

"Kenapa lo kepo? Sama siapa gue pulang lagian bukan urusan lo" jelasnya

Aku sedikit mencerna kata-katanya, memang benar juga sih. Kenapa gue tiba-tiba mendadak kepo gini. Tapi gue harus mulai darimana? Gue gak tega juga sih harus biarin dia disini dalam keadaan seperti ini.

Tiba-tiba aku melihat dia sudah menyenderkan kepalanya di sandaran kursi dan matanya terpejam. Aku langsung kaget dan melambaikan tanganku di depan matanya. Tak ada respon sama sekali. Aku mencoba untuk menepuk pundaknya, tapi masih nihil gaada respon. Seketika muncul rasa panik, aku gak tau harus berbuat apa sama orang yang lagi pingsan. Disini terlihat sepi karena yang lain masih sibuk di lapangan.

Tanpa pikir panjang aku langsung menggendong Valley ala bridal style ke mobil, bukannya lancang, tapi aku takut nanti terjadi apa-apa.

Selama diperjalanan menuju rumah sakit aku sedikit panik karena Valley sedari tadi belum sadar. Entah kenapa, muncul rasa khawatir kepadanya, mungkin karena kejadian beberapa waktu yang lalu

*Author POV*

Setelah menelpon seseorang, Dio langsung ditemui beberapa orang suster rumah sakit dengan tandu dan membawa Valley ke ruangan perawatan.

ValeerianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang