14. Gadis tengah malam

9.8K 370 5
                                    

Gemericik hujan terdengar dari luar, semakin lama hujan semakin deras mengguyur ibu kota, mungkin itulah alasan Zidan terlambat untuk pulang hari ini.

Dinginnya malam sudah biasa Nia rasakan, walaupun malam ini suhu lebih dingin dari malam biasanya. Tapi, sepertinya dia belum siap dan terbiasa dengan sikap Zidan yang tiba-tiba berubah dingin.

Nia tetap menunggu di sofa setelah dia selesai mengobrol dengan ayahnya perihal ayahnya yang akan berkunjung ke Inggris untuk melihat perkembangan bisnisnya disana bersama ibunya yang turut ikut bersamanya. Haris berpesan untuk Nia agar dia bisa menjaga adiknya dan terus mengawasi gerak-gerik adiknya di luar pengawasan mereka.

Setelah ayahnya kembali ke kamarnya, Nia tidak benar-benar sendirian malam ini. Ada Faza yang sedang menonton acara tv di ruang tamu, setidaknya Nia merasakan kehadiran gadis itu lewat suara televisi yang masih dapat ia dengar dari ruang tamu.


"Assalamualaikum." Suara salam terdengar dari luar, terdengar samar namun Nia bisa mendengarnya.

Nia buru-buru bangun untuk membukakan pintu segera, "Waalaikumsalam." Namun pria itu sudah masuk terlebih dulu, sebelum dia membukakannya.

Wajah Zidan terlihat pucat pasi, tubuhnya basah, dan dia terlihat menggigil dengan bawah bibirnya bergetar.

"Sebentar aku ambilkan handuk," Nia segera berlari menuju anak tangga untuk mengambil handuk milik Zidan di dalam kamar untuk mengeringkan tubuh pria itu.

Zidan menurut, dia memilih menunggu meskipun merasa tidak sabar karena tubuhnya yang terasa membeku.

"Bagus juga badanmu," Celetuk Faza, dia tiba-tiba muncul dan langsung berkomentar dengan kedua mata terbuka lebar melihat pemandangan di depannya. Dimana kaos Zidan melekat ketat memperlihatkan tubuh kekarnya karena kaosnya yang basah. "Pantas, pintar berkelahi."

Ini bukan pujian, ucapan Faza sangat memalukan untuk Zidan. Pria itu segera berbalik menyembunyikan asetnya dengan memunggungi gadis itu.

Zidan hendak berlalu kemudian,namun bahunya tertahan oleh cengkraman Faza, "Tunggu."

Faza berjalan ke depan untuk bisa meghadap ke arah Zidan. Keningnya berkerut, matanya menyipit, dia tidak benar-benar bertatapan melainkan fokus pada wajah pria itu.

"Minggir!" Tegas Zidan, dia meminta gadis itu untuk tidak menghalangi jalannya.

Kerutan di keningnya memudar, dia berganti menatap Zidan heran. "Wajahmu memar?"


Zidan membuang napasnya perlahan, dia memijat pelipisnya ketika merasakan kepalanya yang mendadak pusing karena sikap Faza.

Gadis itu malah bersidekap sekarang dengan senyum sinis."Kamu itu tampan, jangan di buat berantem mulu, " Faza menghela napas sebelum melanjutkan, "Ya meskipun kamu tetap menarik buatku, tapi itu menganggu pemandanganku."

Zidan sudah bosan mendengar celotehan gadis itu, dia mengambil jalan di sisi gadis itu menuju ke arah tangga.

Disaat dirinya hampir sampai di ujung tangga Nia baru saja muncul dari kamar membawa handuk miliknya.

"Maaf mas, lama."

Zidan mengambil handuk itu dengan wajah datar lalu berlalu masuk ke kamar meninggalkan Nia yang masih berada di luar kamar dengan rasa cemas nya.

Kekasih Dari Surga [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang