Halo, namaku Septian Adriananda. Biasa dipanggil Tian. Umur ku 20 tahun. Aku seorang mahasiswa di salah satu universitas di Jakarta.. Suatu hari aku pergi ke salah satu mall di kota Jakarta. Setelah selesai dengan aktivitasku disana, aku memutuskan untuk pulang. Malam itu, aku berusaha keluar dari antrian motor yang sangat padat di gedung itu, hanya ada dua pos untuk membayar parkir, terpaksa aku harus menunggu lama sekali, Motor-motor saling berdempetan, perlahan-lahan maju, terkadang ada suara klakson dari motor di belakang maupun didepanku-pertanda tidak sabar untuk segera keluar dari antrian motor itu-tetapi aku tidak, aku hanya bisa melihat saja, sembari menggenggam uang 50.000 di tangan kanan agar tidak terlalu lama ketika membayar nanti. Hingga akhirnya giliranku, memberi secarik kertas kepada ibu penjaga pos itu, sang ibu memindai dengan sebuah alat,
"24 ribu" katanya.
Aku memberi lima puluh ribu, memasukkan uang dua puluh ribu ke dalam tas slempang yang ku bawa diantara pundakku. Ibu itu memberi kembaliannya, aku terima dan memasukkannya ke dalam tas slempang ku, pembatas jalan terbuka, aku melaju dengan santai. Didepan sana ada seorang petugas menggunakan baju dinas berwarna gelap membawa "lightstick" untuk menunjukkan arah aku harus jalan, aku belok kanan dan melihat seorang petugas berbeda dengan baju yang sama, wajahnya cokelat hitam dengan brewok nya, ia lantas mengayunkan tangannya seolah tahu aku sedang bertanya, "lewat sini pak?". Baru saja aku keluar dari area gedung itu, motorku sudah terjebak macet, kendaraan roda empat menguasai jalanan, sedangkan kendaraan roda dua hanya bisa menyalip lewat kiri maupun diantara mobil-mobil itu, tidak jarang juga ada mobil-mobil besar seperti truk-karena disana sedang ada pembangungan rel untuk MRT. Aku masih berjalan perlahan-lahan, sembari nyelap-nyelip diantara mobil, terkadang belok kiri dan mengambil jalur kiri yang seharusnya tidak boleh, tetapi ini ibu kota, semua bisa saja terjadi, hingga akhirnya aku benar-benar belok kiri ke jalan yang lain setelah melihat papan pemberitahu.
Aku terus memacu kecepatan motorku, meliak-liuk dijalanan ibu kota malam hari, terkadang berhenti dan tersendat-sendat dikarenakan banyaknya kendaraan di jalanan. Menurutku, jalan di ibu kota malam hari tidak terlalu buruk, maksud ku, kapan lagi aku bisa seperti ini? Jalan naik motor malam hari di ibu kota, terlebih malam minggu, tapi satu yang kurang, yaitu seorang wanita... ah sudahlah... aku terus melaju motor matik ku, mengikuti papan penanda jalan, aku sampai di jalanan dimana aku harus berada di belakang bis bewarna oranye dengan garis biru ditengahnya, dimana lampu di dalam bis itu remang-remang, kaca dan lampu mobilnya pun seperti tidak pernah dibersihkan, aku masih harus berada dibelakang bis itu, sebenarnya aku takut akan kelewatan belokan yang aku incar sesuai papan penanda jalan, tetapi ya aku pikir tidak apa apa lah, kapan lagi ya kan jalan-jalan? Tetapi yang membuatku sedikit kesal ialah, si bis ini entah kenapa selalu menyalakan lampu sen kanannya, aku pikir dia akan belok, ternyata tidak dan terus berjalan, atau karena ada mobil/motor parkir sehingga dia memberi tanda mau ke kanan gitu? Entahlah... mungkin saja begitu...
Aku sampai dibelokan yang dituju, sayangnya aku harus memutar dahulu sebelum ke jalan yang benar-benar aku inginkan. Di jalanan itu kendaraan masih ramai, aku pun berhati hati belok kiri agar tidak terjadi tabrakan, tapi entah kenapa ketika ku membelokkan stang motor ke kiri, tiba-tiba ada suara klakson mobil mendekat dan "BRUK", aku masih bisa melihat beberapa saat sebelum aku benar-benar tidak sadarkan diri.
***
Mataku sayup-sayup terbuka, aku melihat dinding langit dengan lampu cerah disana, aku merasa ada yang aneh dengan tanganku, ternyata tangan ku di perban, dan aku sekarang sedang terbaring di kasur berukuran kecil dengan sprei motif bunga-bunga berwarna merah muda campuran merah tua, aku melihat sekitar ruangan itu, di depan ku, lebih tepatnya kasur ini, ada meja belajar-dengan segala buku, alat tulis, dan alat kecantikan-lalu disebelahnya tedapat sebuah kotak yang entah berisi apa, dan disebelah kotak itu terdapat pintu kamar, aku menoleh ke sebelah kiri, terdapat sebuah lemari cokelat yang berukuran lumayan besar.