Penyesalan

225 7 0
                                    

Suara adzan yang menggema di ruangan itu menyadarkan lamunanku, aku segera bangkit dari duduk, satu orang yang sempat tidur di sebelah serong kiri ku bangun, ia bangkit dari tidurnya, lalu hendak berjalan keluar namun ia melihat teman di sebelahnya yang masih tertidur, ia membangunkan orang itu, dan mereka sama-sama keluar untuk mengambil air wudhu, aku berjalan ke depan dekat jendela, tas slempang yang ku bawa ku taruh di depan dekat tembok, aku berdiri di dekatnya, aku tidak perlu ke bawah untuk mengambil wudhu lagi karena tadi sebelum masuk ke masjid ini, aku sudah melaksanakan wudhu, bagaimana caranya?? Dengan terpaksa aku membuka perban di tangan ku, menyisakan hansaplast yang menempel di lengan tepat pada bagian luka, agak basah karena terkena air wudhu sehingga rasa nyeri sedikit-sedikit datang.

           lima belas menit berlalu, aku sudah tidak berada di masjid kampus, aku sudah mengendarai sepeda motor matic lama ku—yang kemarin dipakai Yupi untuk memboncengku—motor berwarna merah hitam kuning, dengan logo sebuah klub sepak bola asal kota Manchester di body motornya. Lalu lintas siang itu tidak begitu ramai, hanya macet di saat lampu merah di dekat pasar raya, selebihnya tidak, dan untung saja sedang tidak ada razia motor, jika ada aku sangat malas untuk minggir dan di periksa surat kendaraan ku—meskipun segala surat kendaraan ku lengkap—tetapi waktu itu pernah dimana si polisi melihat warna motor di STNK  ku dengan warna aslinya berbeda,

           “ini kenapa warnanya hitam biru?” tanya polisi itu ketika aku disuruh minggir di badan jalan.

           “ini aslinya warna biru pak” jawab ku—menunjukkan ada sedikit warna biru di bagian stang motorku.

           “loh kok ini warna merah?”

           “iya pak nanti saya ganti jadi biru hitam lagi”

           “kapan?”

           “minggu depan pak”

           “bener ya?”

           “iya pak”

           “yaudah...” kemudian polisi itu memberikan STNK ku dan mempersilahkan ku jalan—meskipun dia sebelumnya sempat berbincang dengan polisi yang lain terkait masalah motor ku.

           Ehm...

           Siang itu aku hanya berbaring di kasur, tempat yang entah kenapa sangat nyaman setelah aku dewasa ini, seolah tidak ada tempat lain yang lebih nikmat selain kamar sendiri. Aku memandang langit-langit kamar, masih mengingat ketika Yupi mampir kerumah ku kemarin, aku tersenyum dengan perasaan yang sangat menyenangkan di dada, aku mengambil gawai yang ada di saku celana jeans yang belum ku lepas, masih dengan posisi berbaring dengan topangan bantal di kepala aku membuka galeri foto, melihat foto-foto Yupi yang ada di memori gawai ku, dan seketika,

           AH SIAL!

           KENAPA KEMARIN GAK MINTA FOTO BARENG!?

           Argh!

           Tiba-tiba tubuh ku lemas, karena kesal tidak terpikirkan oleh ku untuk minta foto bareng, mumpung gratis, karena biasanya harus bayar 100 ribu, huft... aku melamun lagi, melihat langit-langit kamar yang remang-remang, karena cahaya dari luar sangat sedikit masuk ke kamar ku.

           Tiba-tiba bunyi notifikasi terdengar dari  gawai ku, dengan cepat aku langsung melihat layar gawai dan aku terdiam, disana tertulis,

           jkt48yupi : hai... kamu yang kemarin kan?

           DEG!

To Be Continued

Hehehe. Singkat banget ya?

Tenang kok. Walaupun singkat, ini bukan yang terakhir. Kemaren itu cuman lagi males nulis aja. Wkwkwk

Yaudah, see you

Ttd.
Bajigur30

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GRAD-DUET-TOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang