Aku perlahan menoleh padanya, "kamu kan..." kataku dengan sangat terkejut.
***
sedikit terbata-bata aku berucap, dengan perasaan yang sungguh sulit untuk dijelaskan. Ia memasangkan wajah polos, lalu menunduk, rambut panjangnya ikut tergerai, poninya menutupi matanya, aku hanya bisa melihat hidung dan mulutnya, ia tersenyum, lalu kembali menatapku.
"k...ka...kamu... yupi?" aku masih terbata-bata.
"iya.." ia mengangguk sembari tersenyum.
Aku sungguh tidak percaya berada ditempat dimana ia tinggal, aku tidak tau bermimpi apa aku semalam, tapi ini bukan mimpi. Nafasku tidak teratur, jantungku berdetak sangat cepat, dadaku terasa hangat.
"kamu kenapa?" bingung sang gadis itu.
Aku tidak bisa membendung rasa bahagia ini, ingin sekalu ku teriak tapi aku menahannya, bibirku gemetar ingin terbuka tapi tidak bisa, tangan kiri ku bergerak-gerak tak karuan, mencubit pipi, menjambak rambut, dan menutup mata lalu membukanya lagi-siapa tau aku terbangun dama mimpi-ia masih melihat ku, lalu tangannya memegang tangan kiriku-pertanda aku harus berhenti melukannya.
DEG!
Ia memegang tangan ku.
Aku kembali mengatur nafas, naik, turun, naik, turun, begitu terus.
"udah tenang?" tanya nya.
Aku mengangguk sedikit menoleh kearahnya.
"hihi, kalian lucu ya kalo deket banget sama kita-kita" aku melihatnya berbicara, "padahal kita tuh sama aja tau" kata dia melanjutkan. Aku melihatnya, wajahnya sedikit tersenyum, ia sudah selesai memerbani tangan ku.
"argh..." tiba-tiba rasa nyeriku kembali, ia kembali memegang tangan ku dan mencoba melihat apakah semua baik-baik saja atau tidak-seketika tanganku hilang nyerinya-Ketika ia sedang melihat-lihat tangan ku, terlintas dipikiranku kejadian semalam,
"aku.. boleh bertanya gak?" kata ku membuka percakapan-nampaknya aku sudah mulai terbiasa dengan hal ini, meskipun ketika nanti kuceritakan pada kawan-kawan ku, mungkin dengan ekspresi yang gila.
"nanya apa?" ia menoleh padaku.
"tentang kejadian semalem..." aku berhenti sejenak "kamu.. beneran itu?"
Ia melepas genggamannya, kembali ke posisi duduk biasa, menghela nafas sejenak, "iya.. aku beneran.." katanya sembari tertunduk.
"kenapa?" hanya itu yang ada dipikiranku, aku melihatnya tertuntuk, rambut nya tergerai, poninya menutupi wajahnya.
Ia menghela nafas, "aku... aku gak bisa bertahan disana lebih lama lagi, aku... aku juga ingin kehidupan normal layaknya orang-orang se usia ku..." ia bercerita, masih tertunduk, aku tetap memperhatikan, "...kau tahu? Hidup menjadi seorang idol itu gak mudah, aku harus menjaga diri ku baik-baik, mereka hanya tau ketika aku di panggung dan di sosial media saja, tidak tau apa yang sebenarnya terjadi..." ia mulai terisak-isak, waduh.. aku mulai khawatir, jangan sampai ini menjadi adegan dimana ia menangis dipelukan ku, "...aku selama ini bertahan disana, aku beperilaku seolah-olah aku baik-baik saja, tapi enggak..." ia menatap ku, matanya merah, air matanya mengalir di pipiya. Ia kembali menunduk, masih terisak-isak, sesekali ia mengelap di bagian hidung, dan sesekali di bagian mata, aku menatapnya-seolah tak percaya ia bisa menangis seperti tu.
Aku menghela nafas, "ya.. aku tahu.." menatap kearah wajahnya yang tertunduk "...kita udah sama sama dewasa kok, aku ngerti, kamu punya kehidupan normal..." mataku beralih ke karpet cokelat, menatap kosong. Ia melihatku, wajahnya masih bersedih, aku masih menatap kosong. Terjadi momen yang tidak mengenakkan disitu, aku yang memikirkan hal lain, dan dia yang bersedih, aku tidak tau lagi bagaimana kelanjutan cerita kita di ruang tengah itu, tv masih menyala-menunjukkan adegan dimana orang-orang terjebak ditengah lautan luas. Ia bangkit dari duduknya membawa kotak obat yang tadi ia bawa, menaruh nya di samping tv, lalu pergi ke kamar dimana aku tidur, aku melihat punggungnya berjalan masuk kamar, ia menutup pintu dengan lumayan kencang, dan aku hanya bisa menghela nafas-apakah aku salah? Pikirku.