Bagian 1

16 2 0
                                    

Seorang gadis dengan rambut terurai, siap dengan seragam sekolahnya. Wajahnya terlihat sangat ceriah sekali, semangatnya selalu terlihat tinggi.

Tok tok tok.

Dia mengetuk pintu rumah yang berada tepat di depan rumahnya. "Auriga, Bulan udah siap nih jum kita berangkat sekolah."

Seorang paruh baya membukakan pintu. "Bulan? Kamu udah siap? Inikan masih jam setengah 6. Auriga belum bangun sayang."

"Hehehh iya tante abisnya bulan terlalu semangat buat masuk kesekolah baru." Ya hari ini adalah hari pertama Bulan masuk sekolah. Karena kepindahannya dari bandung ke jakarta mengharuskan Bulan menjadi murid baru lagi.

"Yaudah ayo masuk biar tante bangunin Auriga." Mereka masuk dan Bulan sudah duduk di ruang tamu.

Hampir 1 jam Bulan menunggu kemunculan makhluk halus. Eh maksudnya Auriga. Barulah si ice prince menampakan wujudnya. "Hai Auriga." Sapa Bulan ceria.

Auriga hanya mengangkat satu alisnya. "Dia anak tante anne bang, yang sering mamah ceritain."

Auriga hanya menatap datar kearah gadis yang bernama Bulan. "Karena Bulan akan jadi anak baru di sekolah abang. Abang sekarang berangkat sama bulan ya dan pesan mama jaga juga dia di sekolah. Abang ngerti?" Lanjut mamahnya. Auriga hanya membalas dengan gumaman dan melengang pergi begitu saja dengan memasukan tangannya kedalam kantong celana abu-abunya.

Sedangkan Bulan hanya mengekor di belakangnya. Mereka sudah memasuki mobil BMW minimalis yang mewah milik Auriga. "Wah mobil Auriga bagus ya. Wangi lagi." Seru Bulan dengan polosnya.

Auriga tidak menanggapi perkataan Bulan.  "Auriga sekolahan kita jauh ngga dari sini?"

"Sekolahnya gede nggak. Kalo sekolah aku yang dulu gede banget sebelah kelas aku ada kantin dan sebelah uks ada kantin lagi dan masih banyak kantin lagi."

"Auriga kok nggak ngomong ngomong sih?, Kamu sakit ya?." Tangan bulan terangkat untuk memeriksa jidat Auriga panas atau tidak namun belum juga menempel tangan Bulan sudah di tepis dengan kasar.

Bulan meringis kesakitan. "Ashhh, Auriga kok kasar banget akukan cuma mau mastiin kalo Auriga nggak sakit.

"Lo bisa diem!" Bentak Auriga kasar.

Sementara Bulan hanya mematung, bulan tidak pernah di bentak oleh bundanya. "A.. akukan cuma mau mastiin--" seketika mobil yang Auriga kendarai mengerem secara mendadak

"Auriga hati-hati nyetirnya."

"Turun."

"Hah?"

"Gue bilang turun ya turun! Lo budeg!" Auriga terlihat sangat kasar. Entah kenapa rasanya hari ini adalah hari terburuk menurut dia.

"i.. iya aku turun, tapi akukan ngga tau sekolahnya dimana." Tak ada balasan dari Auriga akhirnya bulan turun dan mobil Auriga melaju begitu saja.

"Kok Auriga kasar ya. Serem jadi nggak mau berangkat bareng lagi." Bulan bermonolog. "Lah tapi sekarang aku harus kemana, aku nggak tau arah jalan sekolah."

***

Gadis itu berjalan menelusuri trotoar jalanan saat melihat jalanan sepi dia berniat untu menyebrang namun baru saja di pertengahan jalan, terlihat seorang pengendara motor mengendarai dengan sangat ugal-ugalan.

Bilan yang kaget akan hal itu, secepat mungkin menutup matanya dan berterian.  "Ahhhhhhhhh!"

Namun entah kenapa tubuhnya tidak merasakan sakit sama sekali. Dia memberanikan diri membuka matanya. Dilihatnya pengendara itu tergapar dengan motor besarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sabitha BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang