Part 3

33 5 81
                                    


_________________________________________

Kanna berdiri di depan sebuah cafe. Ia memegang perutnya, rasa nyeri sudah menjalar hingga ulu hatinya. Ia belum makan apapun sejak kemarin. Dirinya tak punya uang yang cukup untuk sekedar membeli makanan ringan. Kanna merogoh saku mantelnya, terdapat secarik kertas dengan nomor ponsel di sana. Ia ingin menelpon sahabatnya namun ia tak tahu dimana ia bisa mendapat kan uang koin untuk menelpon. Kanna memperhatikan sekitarnya, orang-orang berlalu lalang di depannya. Ia mungkin harus meminjam ponsel salah satu orang di jalan ini tapi siapa? Ia takut mereka mencurigainya sebagai pencuri.

"Tuan, boleh pinjam ponselmu? Tolong aku ingin--"

Kanna mengulum bibirnya belum selesai bicara pria paruh baya itu sudah melambaikan tangannya pada Kanna menolak memberi bantuan pada nya. Kanna medengus, ia kembali memperhatikan sekitar ia akan mencoba lagi meminjam ponsel.

"Maaf, bisa aku--"

"Maaf aku buru-buru."

Bahu Kanna turun, ia kembali ditolak. Kanna mendudukkan dirinya di bangku taman, ia masih menggengam secarik kertas itu di tangannya. Sahabat nya ini hanya satu-satunya harapan dirinya saat ini, setidaknya ia mungkin bisa meminta tolong pada sahabatnya itu untuk meminjam uang dan ia akan cari pekerjaan di sini.

"Pakai ponselku..."

Kanna mendongak saat seseorang menyodorkan ponsel hitam padanya. Seorang pria berdiri di hadapannya dengan pakaian rapi dan parfum pria itu bahkan tercium di hidungnya begitu angin berhembus pelan. Kanna mengerjapkan matanya, ia masih bingung pada pria itu. Iris coklat muda nya menatap wajah sang pemilik ponsel. Tampan pikir Kanna. Rambut coklat yang sedikit berantakkan dengan setelan jas hitam yang rapi. Kanna bisa menebak laki-laki ini mungkin berumur sekitar dua puluh lima tahunan.

"Kau butuh ponsel kan? Aku melihatmu sedari tadi..." ucap pria itu lagi.

Kanna mengangguk, "anda tidak keberatan jika aku menelpon sebentar?"

Pria itu berdecak, "jika keberatan aku tak akan repot-repot menghampirimu."

Kanna menggigit bibirnya, mengumamkan kata maaf. Pertanyaan yang cukup bodoh ia tanyakan tadi. Ia berdiri dari duduknya, pria itu cukup tinggi. Ia mengambil ponsel itu tersebut, mulai memasukkan nomor telpon sahabatanya itu. Matanya berharap-harap cemas saat terdengar bunyi telponnya tersambung. Pria tadi masih menatapnya dengan seksama.

"Ha-halo? Jessica! Ini aku... Ha-halo?" Kanna menatap layar ponsel pria itu. Telepon terputus lebih tepatnya di putuskan sengaja oleh sahabatnya.

"Mati..." gumam Kanna pelan, ia mendongak menatap pria tadi, "Um... boleh aku menelponnya sekali lagi?"

"Lakukan sesukamu."

Kanna tersenyum saat mendapat izin dari sang empu ponsel, ia kembali menghubungi sahabatnya itu.

"Jessica! Ini aku, Kanna! Ha-halo?" Kanna memejamkan matanya ia kesal, kemudian ia kembali menatap layar ponsel. Ia mungkin akan meninggalkan pesan suara untuk sahabatnya itu.

"Jessica ini aku Kanna jika kau terima pesan suara ini kumohon temui aku di alun-alun kota. Aku butuh bantuanmu, aku tak memiliki orang yang ku kenal selain dirimu."

Kanna menghela nafasnya. Pesan suara sudah terkirim. Ia mengembalikan kembali ponsel itu pada pria itu.

"Tuan, terima kasih ponselmu..." Kanna membungkuk sedikit kemudian kembali menatal pria yang tak bergeming dari tempatnya berdiri. Pria itu masih menatapnya tajam, menatapnya dari atas ke bawah membuat Kanna salah tingkah.

"Siapa namamu?" tanya pria itu.

"Kanna Hashimoto..." jawab Kanna.

Pria itu mengulurkan tangannya, "Hiroki..."

Devil Meets Angel [FANFIC] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang