Aku mulai Damai Bersamanya

26 6 0
                                    

Beberapa hari mengenalnya rasanya aku mulai bersahabat dengan pria menyebalkan itu. Setiap kali selesai kuliah dengan beralih untuk menjemput Rasty, ia mengajakku singgah di kedai kopi langganannya yang kini juga menjadi langgananku. Semua orang yang berada di kedai kopi itu rata-rata kenal Hiko karena kedai itu milik Ibunya pantas saja ia selalu di sapa dengan ramah. Hampir satu bulan ini aku menghabiskan waktu bersama mulai dari minum kopi, menemani Hiko menjepret senja dan iyah ternyata kita punya kesukaan yang sama yaitu melihat senja hahah dasar receh sekali. Setiap kali bersamanya aku mulai merasakan ketenangan yang sedari dulu sulit aku dapatkan. Setelah perceraian Ayah dan Bunda hidup ku sedikit berantakan. Bunda sering melamun dan selalu saja menutup-nutupi kesedihan dalam hiruk-pikuk kehidupannya. Dan Ayah entah ia ada dimana yang aku tahu Ayah pergi dengan kekasih barunya. Hampir 6 tahun aku kehilangan kabar dari Ayah. Itulah selama 6 tahun pula aku selalu hadir menyambut senja.

Hari ini aku mendapat jam kuliah agak siang jadi aku pulang sedikit malam. Rasty juga tidak masuk hari ini karena ia ada kepentingan keluarga. Terkadang kehadiran Rasty membuatku senewen tapi saat dia tidak hadir satu hari saja dalam rutinitasku terasa ada yang kurang pas. Dasar bocah itu pasti dia sedang malas-malasan dan menertawakanku karena masuk kuliah tanpanya. Setelah jam kuliah selesai aku beranjak dari kelas menuju ke kantin. Namun, belum sempat aku melangkahkan kakiku ke kantin ada sebuah notif chat yang mengagetkanku.

"Hey wanita aneh udah selesai kuliahnya yah, pasti belum makan, cepat keluar kampus 5 menit dari sekarang kalo sampek telat kamu yang nraktir aku makan!" Aku berjengit membaca notif pesannya.
  
"Heee apa-apaan nih orang 5 menit harus sampek di depan nih orang sinting apa gimana sih turun 3 tangga apa gak pakek kaki," gerutuku.

"Gak pakek lama apalagi pakek ngomel-ngomel sendiri!" Pesan keduanya padaku. Dasar pria menyebalkan ini sepertinya dia punya pendengaran yang tajam. Aku berlari mendahului teman-temanku menuruni 3 tangga dan sampai di depannya dengan nafas yang hampir habis.

"Wuihhh.." Aku usap keringat di dahiku.

"Hehehe 4 menit 30 detik hampir saja aku makan gratis." Sambil melihat jam tangannya.

 "Hmm..." Aku menyipitkan kedua mataku dan menatapnya tajam.

"Hehe oke-oke maaf deh kan buat latian biar sehat."

"Latihan gundulmu itu," dengusku kesal.

"Hehe udah ayo makan laper nih." Sambil memegangi perutnya dan menggandeng tanganku memasuki mobilnya.

Setelah sampai di tempat makan kami pun langsung memakan makanan yang kami pesan, dan tidak membutuhkan waktu yang lama makanan yang kami pesan habis tanpa sisa. Maklum mungkin karena kami kelaparan hehe.

"Kamu nggak ikut acara keluarga sama Rasty?" tanyaku padanya yang masih sibuk mengaduk kopinya.
 
"Enggak toh aku di sini kan cuman numpang di rumah Rasty, jadi kalo untuk urusan keluarga aku gak ikut," jawabnya.

"Ohh gitu yah, emang kamu ngapain sih kayak orang penting aja di sini?" tanyaku.

"Hmm aku tuh ke sini mau bikin vidio tentang keindahan Indonesia," jawabnya sambil menghela napas mungkin karena aku meragukannya.

"Wahh gitu yahh, emang kamu asli mana to?"

"Papa aku orang Jepang, mama aku asli Indonesia tante Rasty, aku sebenarnya tinggal di Jepang tapi karena aku dapat tugas dari kantor tempat kerjaku jadi aku pergi ke Indonesia," jelasnya.

"Hah benarkah, jadi kamu nggak lama dong di sini?" tanyaku sambil mengerucutkan bibirku.

"Yahh gitu deh heheh aku juga masih betah di sini, kenapa takut aku tinggal yah haha..." ledeknya.

Aku, Buku dan Secangkir KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang