Sudah hampir 1 bulan aku menjalani rutinitas seperti biasa tanpa kehadiran Hiko. Rasanya ada yang selalu mengganjal hari-hariku. Pria itu sudah menyihirku untuk bergantung padanya. Namun, aku selalu menempatkan diriku tetap baik-baik saja tanpanya. Komunikasi diantara kita tetap terjalin dengan baik. Sehabis bangun tidur dia tidak pernah absen untuk video call. Setelah pulang dari kampus dia juga menemaniku makan siang sampai akhirnya malam harus memisahkan kita kembali begitupun seterusnya. Dia akan terus menanyakan kabarku, kuliahku dan sebagainya bahkan pertanyaan yang sama akan terus ia ulang beberapa menit setelah percakapan tadi. Sangat menyebalkan memang tapi aku menikmati rasa yang mulai hadir begitu dalam untuknya.
Hari ini aku bersama Rasty berencana menyelesaikan bahan-bahan untuk tugas akhir pembuatan majalah kampus. Akan sangat padat sekali kegiatan akhir-akhir ini karena ini adalah semester akhir aku kuliah dan sebentar lagi akan ada lepas jabatan dari kepengurusan semua organisasi di kampus. Beruntungnya aku karena sudah menyelesaikan tugas untuk bagian majalah jadi aku tinggal mempersiapkan untuk diklat pengurus baru. Setelah jam mata kuliah selesai aku dan Rasty langsung menuju ke ruang sekretariat kepenulisan kampus yang khusus untuk perkumpulan organisasi kami. Di ruangan ini sangat ramai sekali semua orang di sana sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Sebagian senior yang lain tengah membimbing para anggota baru untuk diklat besok dan yang lainnya tengah sibuk dengan urusan edit mengedit.
"Rey kamu cek dulu koran-koran di atas meja ada berita baru apa aja nanti kamu letakkan di meja editor yah," Ucap Rani temanku yang juga menjadi ketua organisasi.
"Oke Ran, oh iya diklat besok berapa hari?" Sambil aku membolak-balikkan koran.
"Emm 2 hari Rey, untuk hari terakhir nggak sampek sore soalnya kita kan mau ada persiapan buat akhir semester juga." Ucapnya.
"Oke deh Ran."
Setelah aku selesai memisahkan berita-berita baru aku langsung menuju ke ruang editor. Ruangan ini penuh dengan komputer dan bahan-bahan berita untuk kampus. Aku lihat ada seorang pria yang sedang mengotak-atik komputer di depannya. Sepertinya dia pengurus baru yang di tugaskan Rani untuk mengedit karena aku tidak pernah lihat dia sebelumnya."Ehem,, anggota baru yah?" Tanyaku padanya yang membuat dia sedikit kaget mungkin terlalu fokus dengan kerjaannya.
"Ehh iya kak ini aku baru gabung dan langsung di tunjuk untuk mengedit." Jawabnya.
"Ohh oke semangat yah, ohh iya ini berita baru dari koran hari ini kamu bisa pilih lagi mana yang pas untuk dimuat dimajalah." Sambil aku serahkan korannya.
"Ohh iyah kak beres deh." Sambil mengacungkan jempolnya.
"Btw kamu dari jurusan apa?" Tanyaku sambil duduk di sebelahnya.
"Ohh aku dari jurusan Antropologi." Jawabnya.
"Ohh gitu, yaudah kamu lanjutin dulu deh aku gak mau ganggu." Sambil berdiri hendak keluar ruangan.
"Ehh tunggu kak," Sambil dia memegang tanganku.
"Ehh maaf kak, cuma mau tanya nama kakak siapa?" Sambil melepaskan pegangannya.
"Panggil aja Rey." Jawabku singkat dan tersenyum.
"Ohh iya, namaku Deo." Sambil menjulurkan tangannya.
"Ok Deo." Sambil aku menjabat tangannya kemudian keluar dan menemani Rasty menyelesaikan tugasnya.
"Anak itu baru to Ran?" Tanyaku pada Rani yang kebetulan sedang bersama dengan Rasty.
"Iya Rey dia berbakat dalam mengedit dia itu adiknya Danar ketua Redaksi tahun lalu." Jelasnya dan aku hanya manggut-manggut.
"Kenapa Rey?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Buku dan Secangkir Kopi
General FictionKetika kau mempunyai kesenangan baru kau akan merasa mempunyai teman baru bahkan sahabat dekat.Terkadang kau hanya akan menyibukkan diri dengan kesukaanmu.Tidak perduli dengan sekitarmu namun setelah kau mulai bosan dengan hal-hal itu kau akan meras...