Chapter 3

559 51 32
                                    

Matahari mulai beranjak ke arah barat. Sengatannya tidak sepanas siang tadi, kini hanya sisa-sisa sinarnya yang menyusup di sela-sela dahan pohon poplar. Angin dingin bersiul lembut, menggoyangkan batang ilalang yang tumbuh lebat di sebuah padang nan indah, yang berada tak jauh dari belakang bangunan Sekolah Dasar Ansan. Entah sudah sejak kapan Donghae akrab dengan setiap jengkal tempat itu. Pastinya, diam-diam dia telah menemukannya berkat keisengannya mengikuti beberapa teman. Memang, anak-anak seusia Donghae senang bermain petak umpet di sekitar sana, atau terkadang berburu belalang. 

Petang kali ini pun sama. Donghae duduk memeluk lututnya, pandangannya tertuju lurus pada hamparan ilalang yang berwarna keemasan. Dia berusaha menghibur dirinya sendiri dari rasa gundah. Masih terekam jelas dalam ingatannya saat Leeteuk menamparnya di rumah sakit, bahkan pipinya sedikit kebas sekarang. Lebih dari itu, hati Donghae terluka begitu dalam. Dia tidak pernah berpikir sang kakak yang biasanya tak pernah tega membentaknya, kini malah menyakitinya sedemikian rupa. 

Apakah salah jika dia merindukan kedua orang tuanya? 

Salahkah jika dia ingin bertemu dengan mereka segera?

Mengapa Leeteuk justru marah? 

Benak polos Donghae mengukir pertanyaan itu. Kini, Donghae merasa sangat kecewa ... kepada Leeteuk, Kyuhyun, serta ayah dan ibunya. Dia mulai menganggap mereka tak lagi menyayanginya. Karena, yah, di saat sakit pun Leeteuk masih memperlakukannya dengan kasar, Kyuhyun tidak mampu membelanya, bahkan orang tua yang seharusnya datang justru masih berada jauh di luar negeri. Terkadang, terbersit pikiran buruk di kepala Donghae, bahwa sebetulnya dia memang tidak pantas mendapat perhatian dari siapa pun. 

Bukankah dia anak nakal? Ibu Guru di sekolah juga sering menceritakan bahwa anak nakal dibenci oleh Tuhan. Mungkin ... di dunia ini sudah tidak ada lagi yang sayang padanya. Air mata membara di matanya karena pemikiran tersebut. Dia mulai terisak-isak sendiri, menyadari bahwa semua orang tak menyukai keberadaannya, bahkan keluarganya sekali pun. Donghae merasa terbuang, tiba-tiba dia sangat kesepian.

Tidak. 

Percuma saja menangisi mereka. Sudah beberapa jam berlalu sejak dia pergi meninggalkan rumah sakit, tetapi hingga kini sosok Leeteuk maupun Kyuhyun belum juga menemukannya. Mungkin mereka tidak mencarinya. Donghae enggan untuk peduli. Toh, dia sudah bertekad untuk kabur dari kedua kakaknya, berlari sejauh mungkin hingga sulit ditemukan. Bahkan jika suatu hari nanti orang tuanya tiba di Korea pun, dia tak mau pulang. Karena itu terlalu mustahil, bisa kembali merasakan kasih sayang mereka seperti dahulu. 

Ya, Donghae terlanjur terluka. Begitu dalam.

"Ugh ... S-sesak...." kemudian dia merintih pelan, ketika dadanya kembali berat seperti ditindih batu besar. Jadi, Donghae berusaha berhenti menangis, itu hanya membuatnya semakin susah bernapas. Dia menghapus air matanya dengan ujung lengan baju pasien yang masih dikenakan.

Tiba-tiba, sesuatu menetes ke wajah Donghae. Secara refleks, dia menengadah, dan mendapati butir-butir air telah berjatuhan dari langit yang entah sejak kapan menjadi kelabu pekat. Hujan turun, belum terlalu lebat, tetapi pasti intensitasnya akan bertambah seiring waktu. Donghae bangkit berdiri, dengan terhuyung-huyung dia melangkah dari tempatnya duduk, berusaha mencari tempat berlindung. Dalam sekejap saja, sekujur tubuhnya basah kuyup. Bergidik kedinginan, Donghae berjalan keluar dari padang ilalang itu. Dia tidak bisa berlari karena tubuhnya masih terasa sangat lemas, bahkan sekarang pun rasanya dia seperti akan roboh.

Miris sekali, bukan? Anak seusianya seharusnya saat ini tengah berada di rumah, menikmati secangkir cokelat hangat dan duduk di depan perapian bersama keluarga. Sedangkan Donghae, dia malah berdiri di tengah hujan. Kedinginan. Tanpa siapa pun untuk memeluk dan melindungi raga mungilnya. Donghae yang malang, dia berusaha menahan tangisnya, dia ketakutan, tentu saja. Hujan ini terlampau lebat, bahkan kilat mulai menyambar-nyambar, gemuruhnya terdengar saling sahut menyahut di kejauhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BECAUSE I MISS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang