Sejujurnya aku hanya berharap kamu mengerti. Bukan menghakimi. Menanyaiku kenapa aku berpikiran seperti itu, bukannya membandingkan dengan dirimu yang terbebani dengan hal yang sama. Sesungguhnya aku sedih, aku hanya ingin berbagi pikiran, menuangkan kegelisahan, tapi sayang kamu enggan, kamu memilih membebankan semuanya kepadaku.
"Terserah kamu." Akhirnya kalimat itu mengakhiri percakapan kita.
Aku hanya diam. Mengulang - ulang semua jawabanmu dalam otakku.
Kini aku tahu, kamu memang belum sepenuhnya memahami aku.