Selamat tinggal

7 3 0
                                    

Gadis kecil bermata dan berambut hijau itu amat lahap menyantap berbagai makanan yang disajikan Nenek Tog.

"Makan yang banyak ya biar kamu cepat besar." Nenek membelai rambut gadis lucu itu dengan lembut dan tersenyum lebar melihat besarnya nafsu makan anak itu padahal dia masih kecil.

Kakek Tog masih bingung bahwa ternyata kelapa jumbo tersebut adalah seorang anak kecil. Anak itu terus merengek minta makan kepada Kakek dan Nenek Tog. Akhirnya Nenek menyerah dan memasakkannya banyak makanan.

"Tambah lagi?" Wajah gadis itu terdapat beberapa butir nasi. Dia menyodorkan piringnya yang sudah kosong kepada Nenek Tog dan Nenek Tog mengisi lagi piring itu dengan makanan.

"Emang kamu nggak kenyang makan terus?" Kakek terheran-heran dengan nafsu makan pada anak yang masih kecil itu.

"Ndak papa bial aku cepet besal. Kalo uda besal aku bisa pukul monstel jahat." Gadis itu terus memakan apapun yang ada di piringnya tanpa tersisa.

"Monster? Maksudmu siapa?" Nenek Tog berhenti memasak dan menoleh pada gadis itu.

"Mastel calcalini." Bocah itu terus saja mengunyah.

"Master Carcharhini? Kau tahu dia?" Kakek Tog bertanya dengan raut muka serius.

"Iya, aku ada disini untuk melawan dia. Oh iya, namaku Natalia de Coco. Panggil saja Nat. Senang berkenalan dengan kakek-nenek" Gadis itu berhenti sejenak dan meneguk segelas air kelapa muda. Tubuh gadis itu sudah terlihat seperti anak berumur 7 tahun dalam sekejap. Kakek dan Nenek Tog bingung melihat perubahan drastis dari Nat tapi mereka tidak mau ambil pusing soal itu dan terus membiarkan Nat makan hingga akhirnya dia tertidur dengan banyak sisa makanan di wajahnya.

***

Sudah 2 bulan Nat tinggal bersama Keluarga Tog. Kini fisiknya sudah jauh lebih besar, sudah berumur sekitar 20 tahunan. Dia terlihat sangat menawan dengan mata kristal hijau, rambut panjang hijau lumut yang dikepang, bulu mata lentik, dan pipi yang memerah terkena sinar matahari. Di tengah terik matahari, dia membantu Kakek Tog memetik kelapa, hm dengan memukul batang pohonnya. Dalam sekali pukulan, beberapa buah kelapa terlepas dari tangkainya.

"Kalau begini caranya Kakek nggak perlu susah-susah lagi memanjat pohon kelapa hahahaha, uhuk-uhuk." Kakek tergelak hingga tersedak saat meminum air kelapa.

"Kalau minum jangan ngomong dong, Kek. Tersedak kan jadinya? Nanti kalau mati gimana? Umur nggak ada yang tau lho Kek hihihi." Nat terkekeh sambil mencolek tangan Kakek Tog.

"Huss, mulutmu! Nanti kalau ada setan lewat terus beneran kejadian gimana?!" Kakek Tog marah dan memelototi Nat sambil mengepalkan tangannya pada Nat.

Nat merasa kecewa telah membuat Kakek Tog marah.

"Maaf Kek, Nat cuma bercanda." Nat menunduk lemah, takut Kakek Tog akan marah lagi.

"Ya sudah lain kali jangan diulangi. Ayo kita pulang, nenekmu pasti sudah menunggu." Kakek Tog mengangkat karung berisi buah kelapa dan Nat membawa beberapa ikan yang ditangkapnya tadi.

***

Di tengah jalan, Nat dan Kakek Tog bertemu dengan gerombolan warga yang lari terbirit-birit.

"Ada apa ini? Kenapa kalian lari?" Nat mencegat salah satu ibu-ibu yang ikut lari.

"Itu... Ada Master Cacharhini!" Ibu-ibu tersebut menunjuk ke arah rumah Keluarga Tog dan lanjut lari secepat kilat.

Kakek Tog yang khawatir dengan keadaan istrinya menjatuhkan karung yang dipikulnya dan segera menuju ke rumahnya. Nat mengambil karung yang jatuh tersebut dan ikut menyusul Kakek Tog.

Rumah Keluarga Tog telah mengepul dengan asap tebal akibat api yang berkobar. Di atas, terlihat Master Cacharhini yang terbang sambil tersenyum sinis ke arah Nat. Nat membalas dengan seringaiannya. Kakek Tog tanpa pikir panjang menerobos masuk ke dalam rumahnya yang terbakar. Dia mencari istrinya dan menemukannya telah tergeletak tak bernyawa. Nat yang baru saja masuk terkejut dengan apa yang dia lihat. Kakek Tog menangisi istrinya yang telah pergi selama-lamanya itu.

"Itulah balasan jika berani melawanku, salah sendiri tidak mau menyerahkan kalung mutiara ini hahahaha." Master Cacharhini mendarat  memilin mutiara yang tersampir di lehernya itu sambil tersenyum puas.

"Kurang ajar kau! Berani-beraninya kau membunuh istriku!" Kakek Tog bangkit dan mengambil samurai yang tertimbun reruntuhan rumahnya dan menerjang Master Cacharhini lalu menghunuskannya ke arah monster itu. Tapi sayang sekali, monster mengerikan tersebut dapat dengan mudah menangkis serangannya dan merebut samurai dari tangan Kakek Tog yang tersungkur.

"Selamat tinggal tua bangka!" Master Cacharhini menghunuskan senjata itu  tepat ke jantung Kakek Tog hingga membuat dia menyusul Nenek Tog ke alam baka.

Nat sekali lagi melihat orang yang disayanginya mati di depan matanya. Dia murka. Aura berwarna hijau menguar dari tubuhnya dan membuat Nat bercahaya.

"Kau..! Kau harus membayar semua ini!" Nat berlari sekuat tenaga dan mengarahkan tinjunya ke arah Master Cacharhini.

"Cih, kau tidak bisa melawanku." Dalam sekejap, Master Cacharhini menghilang dalam kabut tebal dan meninggalkan Nat yang menangis meraung-raung.

"Aaahhhhhhh!!!"

Si Bocah KelapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang