15. Puyeng

10.5K 383 5
                                    

Alessia itu sebenernya anaknya asik, enak diajak ngobrol. Mungkin yang ngeselin cuma gayanya aja kali, ya? Emang sih, dandanannya dia itu terlalu mencolok. Pantes aja Keyna nyebut dia 'Senior Menor'. Ah, kenapa harus inget Keyna lagi sih? Ayo dong, move on. Move on. Keyna punya Andre, Dav. Dan lo punya Alessia.

"Davi, kok bengong sih. Aku lagi cerita dengerin gak sih?" Gerutu Alessia.

Gue tersentak, lalu--dengan watadosnya--gue menggaruk tengkuk gue yang gak gatel sama sekali. "Ehm, emang kamu ngomong apa ya?"

Kesal, Alessia meninju lengan gue. "TUHKANNN. AKU DARITADI NGOMONG PANJANG KALI LEBR SAMA DENGAN TINGGI, GAK DIDENGERIN. HUAAAAA, DAVI JAHAT," kata Alessia dengan toanya. Anjir. Kuping gue, masih berfungsi dengan sempurna 'kan?

Kalo toa begini, jadi inget Keyna. Duh, keinget dia lagi 'kan. Kayaknya lo susah banget mup on dari Keyna, Dav. Bego!

Refleks, gue menggosok kuping gue. "Iya, maaf. Tadi aku lagi ngelamun soalnya," kata gue.

Mata Alessia melebar. "Kamu ngelamunin apa, hayo?" Tanyanya dengan sangat amat kepo.

Gue memutar otak supaya dapet alibi yang bagus. "Banyak sih. Lagi ada masalah juga di rumah." Duh, pinter banget boong dah, gue.

"Kamu ada masalah apa? Cerita dong," kata Alessia memohon.

Eh? Ngapa dia jadi nanya? Gue 'kan boong. Bego sih, lu, Dav.

"Ehm, kayaknya gak bisa deh. Privasi. Hehe," kekeh gue garing abis.

Alessia mengangguk mengerti. "Ok deh. Tapi lain kali, kalo mau cerita, cerita aja ya?"

Gue mengangguk. "Iyaa. Jadi, tadi kamu cerita apa?"

***

"Di, lo ada solusi gak nih?" Tanya gue ke Ardi lewat telpon.

"Hm, gimana ya? Lo juga sih, bego."

"Jangan mojokin gitu, dong. Gue tambah gak enak nih. Apalagi, Alessia care banget." Gue menghembuskan nafas kasar.

"Gue idem (baca; ikut) sama anak-anak aja, deh, Dav. Kayaknya emang lo harus secepetnya mutusin Alessia. Gak bisa bayangin gue, gimana marahnya dia nanti."

"Ah, lo mah, bikin gue tambah galau."

"Ya, mau gimana lagi? Emang lo tega nyakitin dia perlahan gini? Walaupun mirip tante-tante gitu, dia juga punya hati, Dav."

"Gue juga tau, peleh."

"Lagian ya, tumben banget lo gak gercep (baca; gerak cepat) buat ngegebet Keyna? Lo 'kan, udah deket banget tuh."

"Dikit lagi mah, jadi sebenernya, Di. Sayang aja, ada perusaknya."

"Heh, dia sepupu lo, toil."

"Bodo. Gue kesel abisan. Mana, tempo hari dia manas-manasin gue. Gerah nih."

"Ck, seorang Davi bisa berubah juga, ya, demi seorang cewek. Keyna lagi. Hebat, hebat."

"Berisik lo. Udah, ah. Makin frustasi gue cerita sama lo."

"Yee, dia nyalahim gue. Salah lo sendiri kenapa jadi cowok melankolis dan mendadak kayak cewek gini--sukanya curcol."

"Kalo gak kepepet juga, gue males curhat ke lo. Masalahnya, cuma lo doang yang gak kasih gue solusi."

"Iya aja dah, gua mah. Good luck, bro."

Tut.

Sambungan terputus.

Tai banget Ardi. Langsung di matiin gitu aja. Kampret.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang