MGA1

8 1 0
                                    

Tak usah sungkan kau katakan, aku tidak akan sakit hati karna aku sudah mengerti rasanya sakit berkali-kali


Tok..tok..tok..
"Non, makan dulu ya biar nggak lemes lagi"

"Kalau gue bilang nggak ya nggak, maksa banget sih jadi orang," ucap Echa memotong perkataan Bi Narsih,

"Non dari kemarin malam belum makan, bibi khawatir sama non,"

"Ha? Khawatir? Emang lo siapa gue?! Lo itu cuman babu disini, nggak usah sok peduli deh!"

"Yaudah non, bibi keluar dulu,"

"Bagus deh kalau lo peka,"

Karna bentakan itu akhirnya Bi Narsih keluar dari kamar Echa dengan nampan dikedua tangannya,

"Sampai kapan Tuhan," batin sendu Bi Narsih saat menuruni tangga menuju dapur.

----

Namun saat Echa melontarkan kata kasar pada Bi Narsih, diam-diam Ayah Echa menguping pembicaraan mereka,

"Echa! Kamu nggak boleh begitu!" bentak Ayahnya sambil memasuki pintu kamar Echa,

"Apa sih pa, dia itu kan cuman pembantu, apa istimewanya dia? Papa selalu aja belain dia," jawab Echa dengan senyum meremehkan,

"Echa, papa nggak pernah ngajarin kamu buat semena-mena pada orang tua," ucap Ayahnya dengan posisi duduk disamping ranjang Echa dan mengelus lembut puncak kepala Echa yang sedang terkapar lemah.

Namun sontak Echa langsung terduduk mendengar perkataan Ayahnya tanpa peduli dengan kakinya yang masih luka,

"Dia bukan orang tua aku pa! Dia cuman babu!"

Plakkk!!

Satu tamparan mendarat mulus dipipi kanan Echa,

"Jaga ucapan kamu Echa!" ucap Ayahnya dengan amarah yang menggebu-gebu

"Oh, aku tau. Papa tega nampar aku cuman buat belain Narsih babu dekil itu? Ada apa pa? Apa papa main belakang sama babu itu saat mama lagi nggak ada? Iya?" sinis Echa dengan satu tangan yang masih memegangi pipinya yang memanas.

"Kamu sudah keterlaluan Echa, papa kira kamu akan jadi anak yang bisa papa banggain sama temen-temen papa, bisa mengikuti kesuksesan kakakmu, tapi nyatanya apa? Kamu hanya jadi benalu dalam hidup papa!"

Deg

"Papa..." sangat lirih namun itu masih terdengar oleh Ayahnya. Tetes demi tetes air mata Echa mengalir, menyuarakan betapa terhinanya dia dimata Ayahnya.

"Sudah cukup sabar papa menghadapi sikap kamu Cha, selama ini papa selalu diam. Tapi nyatanya? Kamu semakin nglunjak! Papa kecewa sama kamu! Besok papa akan antar kamu ke Bandung,"

"Setelah kakak sekarang aku pa? Iya?" tanya sendu Echa

"Sudahlah, jangan memelas seperti itu! Keputusan papa sudah bulat Echa!"

----

"Ini yang terbaik untuk Echa," gumam Ayahnya dengan tangan yang memijat pelipis kepala,

"Mas," panggil seseorang dari balik pintu kamar tempat Ayahnya duduk,

"Apa?" dingin, masih sama. Tanpa berpalingpun kearahnya,

"Cukup Kevin tidak usah kamu sulitkan Echa,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang