last part (selamat tinggal)

18 2 1
                                    

"We can go together!"

>>>Shelly to Gerry<<<


Shelly membuka matanya. Ia melihat sekilas Si Gundul yang telah terpotong berkeping-keping oleh laser sebelum elevator menutup sempurna, sementara crainsawnya berada di hadapan kaki Shelly dengan sepotong tangan terbakar yang masih menggenggam erat mesin pemotong itu. Hal itu membuat bau angit dalam elevator, Shelly melihat arlojinya seraya menutup hidung, waktunya sudah habis. Merasa sudah aman akhirnya Shelly bisa tenang, Ia berniat menyusul Gerry akhirnya dia menekan nomor lantai dengan urutan 1-4-2-6-2-10-5-

Di lantai 5 Shelly bertemu dengan seseorang yang sudah Ia tau, Sinta!?
“hey kenapa kau kelelahan sekali? apa yang kau lakukan?” Sinta bertanya, namun Shelly memandang lurus ke depan dan menekan tombol ke lantai 1, ajaibnya elevator itu malah naik ke atas bukan turun ke lantai dasar.

“Oh iya maaf, dimana sopan santunku,” Dengan senyum tulus Sinta menyodorkan lengannya, “namaku Sinta, lalu kamu?” tanyanya.

Bukannya membalas jawabannya Shelly malah tetap mamandang kosong ke pintu elevator dengan nafas yang memburu, dia menganggap gadis di sampingnya tidak ada. Elevator teberbuka di lantai 9 lalu Sinta keluar dari elevator.

Seraya berjalan Sinta setengah menoleh, “Aku tidak percaya kau bisa sejauh ini,” setelah dia mengucapkan itu pintu elevator tertutup lalu kembali naik ke lantai 10 secara otomatis.

   Pintu elevator terbuka, Ia bergegas keluar meninggalkan crainsaw yang telah menghitam. Koridor yang Ia lewati tidak jauh berbeda dengan yang lain, kebanyakan pintunya terkunci kecuali satu pintu di ujung koridor, Shelly berhasil membukanya. Pintu menderit lalu menampilkan sesuatu di balik pintu yang membuat Shelly tertegun.

“Hutan?”

Dengan pelan Shelly memasuki hutan itu, perlahan Ia menelusuri jalan setapak hingga menemukan sebuah gubuk. Merasa penasaran, Ia menuju gubuk itu dan memasukinya, Shelly melihat pantulan cahaya kuning di ding-ding dekat ambang pintu salah satu ruangan.

  Shelly menuju cahaya tersebut dan berdiri di ambang pintu, di dalam ruangan sudah ada seorang pria mengenakan baju mafia sedang mencengram leher Gerry, luka dipinggang Gerry terus dialiri darah, itu penyebab mengapa dia tidak dapat berkutik.

“Ouh lihat, sepertinya temanmu datang,” ucap si pria itu dingin.

“Hey lepaskan!” perintah Shelly.

“Dengan senang hati, “ tanpa diduga perintah Shelly dipatuhinya.

Gerry terjatuh memegangi pinggangnya, dia lemas dengan wajahnya yang semakin pucat,

“Sekarang kau mau apa Shelly?”  tanya si pria itu.

Shelly berfikir, jika dia melawan dengan tangan kosong maka itu artinya bunuh diri, terlepas dari itu semua hp Shelly sudah mati karena kehabisan batrai, tapi mungkin masih bisa jika diaktivkan lagi untuk beberapa tembakan, dengan sembunyi Shelly mengaktivkan kameranya.

“Lens-GYR tidak akan berpengaruh kepadaku, karena akulah pencipta yang sebenarnya,” seru si pria.

“Apa? Kau?” tanya Shelly tak percaya.

“Benar aku Herry, kau pasti mengalami effek samping setelah menggunkan lensa itu, itu adalah sistem kemanan yang aku buat agar tidak ada yang bisa menggunakan lensa itu kecuali aku,”

“Aku tidak peduli, yang aku ingingkan kau membiarkan kami pergi.”

“sebenarnya aku akan menghadiahkan lensa itu kepadamu,” Herry mengeluarkan sesuatu dari balik jas hintamnya, “ini adalah Cover-Glass772, pelengkap dari lensa itu, alat ini adalah kaca anti radiasi, kau hanya perlu memasangnya di lensa itu. Ouh iya batrai smartphonemu telah habis, aku juga bawa powerbank di sini,” Herry menyodorkan lengannya untuk memberikan itu.

Horro Escape (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang