Notifikasi pesan singkatan berdering. Itu dari Erinne.
Erinne:"Rasya, besok pagi siapkan koper dan barang-barang mu.aku akan menjemputmu pukul 6 pagi!. Aku tak ingin kau menolaknya. Kau harus ikut".
Kursor handphone itu berkedip tujuh kali.
Rasya:"Baiklah, aku tak mungkin menolak permintaan teman baikku.aku menunggu mu :)". Kali ini Rasya tidak bisa menolak permintaan teman kesayangannya itu. Meski dia tau kali ini ada saat terberat baginya. Berada satu mobil dengan Raka!.
"Rasya! Aku tiba. Cepat kemari kita sudah terlambat. Teman-teman kampus sudah mengusikku dari pagi tadi". Berlari menghampiri Bi Asih. Wanita tua itu tertawa kecil. Menepuk pundak Erinne yang nafasnya tersengal sengal. "Jangan berlari nanti jatuh".
"Bi aku akan meminjam nona kesayangan bibi ini,aku akan menjaganya seperti Rasya menjaga kity(kucing kesayangan Rasya) lagi pula kan ada pria tampan di depan sana yang akan ikut menjaganya". Menunjuk ke arah Raka. Bi asih hanya terkekeh mendengar perkataan Erinne.
Tatapan tajam kini menghampiri Erinne. "Hey.. Jaga mulut. Kau kira aku kucing.. Dan satu lagi kau jangan pernah membahas pria itu didepanku!"Jawabnya kesal.
Kini kedua alis wanita tua itu berdempetan. menatap ke arah Erinne. Sebenar keduanya sedang mengirimkan sebuah sinyal pertanyaan lewat gelombang sorot mata. Erinne bingung dengan mata Rasya yang lebam dan Bi Asih bingung mengenai perkataan Rasya barusan.
"Hey, Rasya ada apa dengan mu? Matamu lebam. Kau tidak apa-apa? Apa kau sakit? Aku akan membatalkan tour nya. Sebentar, aku akan memberi tahu mereka". wajah ceria itu berubah. Mengernyutkan dahi. Cemas.
"Sudahlah. Aku baik-baik saja. Kau tak perlu cemas. Ayo pergi! ". Alihnya.
"Benarkah?" lagi-lagi kernyutan dahi itu.
"Benar.. Aku baik-baik saja. Bi Aku pergi.. ".
"Hati-hati non,non..Apa sebaiknya non menelfon nyonya dulu.."
"Tidak ada gunanya, wanita itu tidak akan mengangkatnya".Hari itu kami berangkat.mobil berwarna merah itu sudah menunggu. Raka ada disana. Tersenyum menatap Rasya. Dia terlihat sama sekali tak marah. Ada apa ini? Rasya benar-benar malu,telah bersikap dingin padanya
*****Mobil merah itu melaju. Menyusuri sepanjang jalur yang di laluinya. Mata ini melihat dengan leluasa disepanjang perjalanan. Alunan lagu kpop dari boyband korea, melantun. Lagu itu terdengar mengasyikkan. Erinne menggerakkan tangan ikut bernyanyi, begitu pun teman lainnya. Begitu gembira.
"Rasya, kenapa kau diam saja?" Raka basa-basi menegur. Berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Rasya tahu dia mencoba membuat keadaan membaik dari kejadian lusa lalu. Tak ada salahnya menjawab beberapa kata untuk membalasnya.
"hanya lelah" tersenyum tipis.
Tak bermaksud untuk bersikap dingin padanya. Hanya sama sekali tak berselera untuk melanjutkan obrolan. Raka menarik nafas pelan. Tersenyum tanggung. Lantas menyeringai datar.
"Apa yang kau lakukan Rasya?" Erinne mendesis.
Rasya hanya tersenyum tipis. Menatap ke arah kaca mobil. Berbisik dalam hati.
"Apa yang ku lakukan? Yang ku lakukan kini hanya diam. Bukan maksud ku untuk bersikap dingin padanya. Aku hanya ingin menenangkan diriku. Setelah apa yang terjadi saat itu sama sekali tidak bisa membuatku tenang, dan sekarang aku berada sangat dekat dengan nya,hatiku benar-benar kacau! Apa kau tahu? Benar-benar sangat kacau". Matanya mulai berkaca-kaca. Air mata itu mengalir lembut. Membasahi pipi yang berisi itu.
*****
Rasya hanya berdiam diri. Tak seperti biasanya. Hanya menatap kearah luar jendela mobil yang berembun. Tadi hujan menguyur dengan deras. "Apa masih lama? Pantatku mulai terasa panas".Erinne merenggek. "Kau hanya bisa merenggek seperti bayi. Bersabarlah kita akan beristirahat sebentar di Pom bensin". Raka Tertawa mengejek.
Erinne menyeringai sebal.
Sebenarnya kekakuan ini sudah membuatnya jenuh sejak kemarin. Dia selalu mencoba membuat keadaan menjadi seperti semula, tetapi Rasya hanya bersikap kaku dan dingin kepadanya. Hari ini melihatnya tertawa tadi begitu manis, telah membuatku luluh tak mengerti. Rasya benar-benar tak tahan dengan kekakuan ini.
Tepat jam sembilan. Mobil merah ini berhenti di pom bensin. Dia benar-benar haus. Berliter liter bensin ia teguk. Mereka beristirahat sejenak di warung tenda dekat pom. Erinne mendekat. Tersenyum. Dia bertanya seperti seorang wartawan di televisi yang dilihat Rasya minggu lalu. Berita kasus korupsi seorang anggota DPR. Para wartawan itu bergerumbul seperti lebah yang berdengung. Terlihat menjengkelkan. Bertanya dengan paksa. Ya, seperti itu erinne. Bertanya mengenai sikap diam Rasya tadi. ("Rasya kenapa kau hanya diam saja. Sikap lamamu kembali lagi, aku sama sekali tidak menyukai nya. "). Kedua alis itu berdempetan. Dia benar-benar serius.
Erinne benar. Perilaku diam ini sudah sangat keterlaluan.
*****Mobil merah ini kembali melesat. Cepat. Melirik pergelangan tangan. Sudah Pukul sembilan lebih dua puluh menit. Erinne sudah mulai menguap. lelah. Empat puluh menit kemudian mereka sampai. Sampai di villa pribadi milik keluarga Raka. Beristirahat sehari, tak tega hati melihat erinne yang kelelahan. Villa itu sungguh besar dan indah. Raka adalah pewaris tunggal dari keluarga terpandang, Grup Grammanias hotel. Keluarganya benar-benar sangat kaya. Memiliki sekitar 20 cabang hotel bintang lima yang tersebar di beberapa negara. Tak heran jika villa cantik seharga enam miliar ini adalah milik keluarganya. Sebenarnya keluarganya juga tak jauh sama dengan keluarga Rasya. Sama - sama pewaris dari keluarga terpandang. Hanya saja raka lebih beruntung. Memiliki keluarga kaya yang penuh cinta, kehangatan dan kasih sayang, yang tak bisa didapatkan Rasya.
Sebelumnya Rasya pernah bertemu dengan keluarga raka,saat konflik buruk ini belum muncul. Saat Raka masih sangat mencintai Rasya walaupun saat ini perasaan itu masih sama dan kepercayaan Rasya padanya masih sangat utuh tanpa rasa ragu sedikit pun. Dia yang mengajaknya. Memperkenalkan kepada keluarganya. Bukan sebagai pacar,hanya seorang gadis cantik yang kini sedang menghuni hatinya. Keluarganya benar-benar menyambut Rasya dengan hangat. Ibunya yang menyambut dengan senyum lesung pipi yang manis. Membelai rambut panjang Gadis cantik itu. Memeluk hangat. Membuatnya merindukan kehangatan dari seorang ibu.Erinne berlari, tak sabar untuk segera merebahkan tubuhnya di atas bed cover empuk. Meninggalkan kopernya begitu saja. Terpaksa Rasya harus membawa dua koper besar sekaligus. Koper itu benar-benar membuatnya kesulitan. Berat.
"Kau masuk saja,Biar aku bawakan. Kamarmu dengan erinne dilantai dua dekat balkon". Raka menyalurkan tangannya. Menawarkan bantuan. Tersenyum lembut.
Rasya tersenyum tipis. Berterima kasih.
Oh hari ini benar-benar melelahkan. Rasya menarik nafas panjang. Beranjak membereskan barang-barang dalam koper. Erinne sudah terlentang diatas bedcover. Tertidur pulas. Lemari kayu berwarna coklat pekat. Berhias ukiran naga. Cantik.
"tok..tok..permisi". Pintu kamar terketuk. Raka disana. Tersenyum lembut.
"Ada apa? Bisakah kau tidak membuka pintu nya sebelum aku mengizinkan. Lagi pula ini kamar wanita!".
Raka tersenyum dan tertawa kecil. "Apakah ukiran itu cantik? Kau memandangginya dari tadi."
"Jawab pertanyaan ku."
"Pintu itu sudah terbuka dari tadi."
Rasya menunduk. Menurunkan tatapan angkuh. Malu. Ia lupa, pintu itu sudah terbuka lima belas menit lalu. Bahkan tangannya sendiri yang melakukannya.
"temui aku jam sepuluh nanti dibalkon, aku menunggumu." tersenyum lembut. Berbalik, lantas melanjutkan langkah. Pergi.
Jam sepuluh malam? What does he want?.
Kata-kata Raka benar-benar membuat Rasya bingung. Gadis remaja itu terus melangkah membolak-balikkan badannya. Menggenggam erat ponsel yang ada ditangannya. Banyak pertanyaan yang muncul dikepalanya.
"Sebenarnya apa yang dia mau? Apa... Tidak, tidak! Jangan berpikir kotor.. Tapi..".
Tringg..Ponselnya begetar menandakan ada sebuah pesan masuk. "siapa lagi ini!!" mendengus kesal sembari mengangkat Ponselnya dengan malas. Seketika matanya terbelalak membulat sempurna ketika terpampang nama si pengirim pesan. Raka! Tentu.. Siapa lagi yang dapat membuat Rasya terkejut seperti itu.
Raka:"tenang saja aku tidak akan macam-macam, jadi santai saja :)"
![](https://img.wattpad.com/cover/182703436-288-k96601.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark And Light
Teen Fiction"Dia datang mengubah setiap alur kehidupanku. Membawa sebuah senyuman manis. Menahan setiap kali aku jatuh. Mengubah setiap tetesan air mata menjadi sebuah gelak tawa. Trimakasih! Hanya itu yang bisa aku katakan. Tak ada lagi yang ku butuhkan. Dan k...