•Rain Orange: 2

104 9 5
                                    

" Vir, Vira, Vir, VIRAAAA...!" Vero berteriak tepat di telinga Vira yang masih terbuai dalam mimpi indahnya.

"Apaan sih lo Ver! Gue kan masi ngantuk. Hoaamm" Ucap Vira dengan muka bantalnya yang masih setengah sadar.

"Heh, Singa! Kebo banget sih lo. Lo gak mau sekolah!? Ini tuh udah setengah tujuh. Lo gak mau kan di hukum Bu Ular lagi." Ujarnya gemas pada kembarannya yang pemalas ini. Bu Ular adalah guru BK di sekolah Vira dan Vero. Sebenarnya nama guru BK nya itu adalah Bu Ula.

"Ah elah, gue lagi males sekolah. Gue gak mau masuk hari ini. Lagian Mama sama Papa gak ada di rumah." Jawab Vira malas malasan, menarik selimut nya sampai menutupi leher jenjangnya.

Tiga hari yang lalu orang tua mereka ke luar kota, urusan bisnis katanya. Dan hari ini, di rumah hanya ada mereka dan bi ijah asisten rumah tangga nya.

"Oh gitu."Sambil mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di dagu. "Kan gue bisa lapor lewat ini. Lo mau uang bulanan lo di potong?" Ujar Vero mengacungkan smart phone miliknya dengan memasang wajah tengil yang menyebalkan.

"Ampuuunn...." Pekik Vira langsung lari ke kamar mandi dan melakukan ritual paginya. Vero hanya terkekeh melihat saudara perempuannya panik setengah mampus.

Setelah siap dengan seragam dan atribut sekolah, yang di pakainya menggunakan teknik kilat tentunya. Vira langsung turun dengan tergesa. Meneriaki Vero yang masih santai di ruang tengah sambil menonton kartun kesukaannya, Mr.Bean. "Vero gue udah siap! Buruan ntar gue telat nih!"

"Ish Vero kok lo malah santai-santai sih. Ntar gue telat cepetan ih. Gue ga mau lari keliling lapangan upacara sepuluh kali." Ujar Vira sambil mengguncang bahu sampai kepala Vero dengan tidak sabar.

"Lo apaan sih Vir!" Sewot Vero menepis tangan kembarannya dengan kasar. Sang empu hanya mengernyit bingung. "Lo liat dulu kek jam berapa. Lo punya hape kan? Belom lo jual kan? Lagian belakang lo kan juga ada jam dinding!" Vira memutar tubuh lalu mendongak.

06.13

Vira buru-buru mengeluarkan smart phone dari saku jaket dan menyalakannya. Benar saja, waktu masih menunjukan pukul 06.13 pagi.

Tak!

Dengan geram menjitak kepala Vero yang ada di depannya. Vero hanya sengengesan dan meringis kecil sambil mengusap kepalanya yang baru saja di jitak oleh singa.

"Sialan lo kambing!" Vira sangat kesal. Vira berjalan menuju dapur untuk mengambil air. Ia sangat haus, mandi bebek dan mempersiapkan diri secepat kilat sangat menguras tenaganya.

Tok tok tok!

"Vero bukain noh pintunya!" Seru Vira dari arah dapur.

"Siapa yang dat-" Vira membeku seketika melihat siapa yang datang pagi-pagi seperti ini. Sedang berbincang dengan Vero, saudaranya. Ya kalian pasti tau lah ya.

"Hai. Good Morning." Ucapnya santai tak lupa dengan senyuman manis yang tercetak di wajah tegasnya. Manik mata mereka bertemu. Tapi, Sepersekian detik Vira mengalihkan pandangan. Ia tak sanggup melihat sorot mata tajam yang menusuk hati dan jiwanya.

"Eh. I-iya. Ka-kak Higa ngapain pagi-pagi ke rumah aku." Vira sangat gugup. Ini kedua kalinya Vira bertemu higa dengan jarak dekat. Sejak dulu Vira hanya mengagumi pangerannya ini dari jauh.

Sekarang pangerannya ada di rumahnya. "Oh itu, tadi mau ngambil flash disk yang di pinjem Vero" Jawab Higa santai sambil menunjukan flash disk yang di pinjam Vero. "Gue baru tau lo sodaraan sama Vero." lanjutnya sambil terkekeh ringan.

"Ya elo nya gak nanya sih. Ya kali kita nongkrong, terus tiba-tiba gue cerita soal kembaran gue yang kebonya minta ampun." Balas Vero di sertai tawa di akhir kalimatnya. Tawa Vero sedikit berhenti saat menerima tatapan membunuh dari Vira.

"Yaudah deh, gue balik ya" Pamit nya memandang Vero dan Vira bergantian. "Dah Vira." Lanjut Higa memperlihatkan senyuman.

Vira merasakan detak jantung nya semakin cepat, wajahnya menghangat. Ia tak mampu berkata-kata lagi. Ia menunduk. Tak ingin pangerannya ini melihatnya dengan keadaan seperti sekarang.

Saat mendongak, Vira tak melihatnya lagi. Terdengar suara motor dari arah luar. Yah kok udah pulang sih. Batin Vira sedikit kecewa.

"Vero kok lo kenal kak Higa sih? Lo sering ketemu ya sama dia? Dia udah punya gebetan belom sih Ver? Pokoknya lo utang penjelasan ke gue." Cerocos Vira menyerbu Vero yang baru saja mengantar Higa ke luar.

"Bacot lo ah! Gue lagi males ngomong. Ntar ajh deh pulang sekolah." Jawab Vero sambil mengambil tasnya yang berada di sofa ruang keluarga. "Dah ayo brangkat."

Katanya males ngomong, lah yang tadi itu emangnya apaan? Berkumur?! Batin Vira. Tapi kepalanya tetap mengangguk patuh.

*****

Sekolahnya masih sepi kini. Vira mengeluarkan ponsel dari saku jaket berwarna navy, menekan tombol power dan melihat jam.

06.20

Pantas saja sekolah masih sepi. Ini terlalu pagi bagi Vira yang sudah biasa berangkat 15 menit sebelum bel masuk. "Ver, ko pagi banget sih kita berangkat nya? Liat noh masih sepi banget. Lo mau bantuin kang Sani bersiin sekolah? Gua ga ikutan ya pokoknya."

"Ish bawel banget sih!" Jawab Vero melepas helm yang ia pakai. "Nih denger ya Vira, gue ada urusan. Lo duluan aja sono gih. Kalo di kelas lo belom ada orang, ke kantin dulu aja. Lagian lo tadi belom sarapan juga kan." Lanjut Vero panjang lebar berusaha sabar.

Vira hanya cemberut dengan wajah yang lucu, bagi sebagian orang. Tapi bagi Vero tidak. Tidak sama sekali. "Ngapain tu mulut di maju-majuin? Mau gue timpuk pake helm."

"Ih jahat banget dah sama cewek. Cewek tu harus di lembut-lembutin, di sayang-sayang." Protes Vira pada kembarannya yang menyebalkan.

"Yaudah sono ke kelas."

"Lo ga ke kelas?" Vira memandang kembarannya yang kini masih duduk manis di atas motor nya dengan tatapan bingung.

"Nanti. Gue nunggu temen, lo duluan aja." Jawab Vero santai.

"Oke. Kalo yang lo tunggu itu pacar baru lo, kenalin dia ke gue ya." Sahut Vira berjalan menuju kelasnya, dengan kekehan di akhir kalimat.

Vira sangat yakin di kelasnya sekarang ini hanya ada para murid pintar yang subuh-subuh sudah berangkat sekolah. Atau temannya yang mengerjakan PR dan mencari sumber contekan dari murid pintar tadi.

Vira pun mengarahkan kakinya ke arah kantin. Di kantin pun masih sepi, jadi dia leluasa memilih tempat duduk. Vira menghampiri Mas Bambang, penjual batagor langganannya. "Mas, batagornya satu ya. Yang pedes, biar ga ngantuk pagi pagi. Sama teh angetnya satu." Ucap Vira kepada Mas Bambang.

"Siap Dek Pira. Tumben pagi-pagi udah di sini" Sahut Mas Bambang terkekeh sambil menyiapkan batagor pesanan Vira.

"Itu lah biasa, pengen ngerasain jadi anak pinter yang berangkatnya pagi-pagi banget haha. Jadi gak sempet sarapan deh." Jawab Vira merogoh saku roknya untuk mengambil uang.

"Oh... Ini dek Pira batagor sama tehnya."

"Makasih ya Mas Bambang." Ucap Vira memberikan beberapa lembar uang yang berjumlah lima belas ribu rupiah.

Vira memilih tempat duduk dipinggir, dekat wastafel sekolah yang sudah disediakan. Saat sedang sibuk dengan batagor dan ponselnya. Terdengar suara yang familiar itu berada di dekatnya.

"Sendirian aja, boleh gue duduk disini?"

~~~

Rainy HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang