Part 3

34 11 3
                                    

Indahnya ciptaan tuhan
Seindah mata dan senyumanmu
Tak bosan ku memandangmu
Fuad Ghafir

~Winata Zukhruf~

☆☆☆

Aku kembali ke kamarku usai melaksanakah ibadah shalat maghrib berjamaah. Kini aku berada di ruangan dengan ukuran 2×3 meter yang ku tempati sejak aku berumur 3 tahun sampai sekarang. Duduk di depan meja belajar terus terfokuskan pada soal IPA yang membuatku pusing tujuh keliling. Gimana ga pusing coba? Satu soal di kerjakan dengan tiga rumus. Namun, menghasilkan satu jawaban.

Terlalu pusing dengan soal-soal yang ada, aku mengalihkan pandangan ke sembarang tempat. Entah kenapa mataku menangkap sebuah objek yang membuatku terus tersenyum. Ku ambil foto tersebut, foto Fuad Ghafir. Dan ku ambil secarik kertas yang berada di bawah foto itu. Sebuah puisi yang ku buat saat pertemuan pertamaku dengan Fuad.

Bersamamu

Hidupku tak sesempurna hidupmu
Hidupmu yang penuh bahagia dan tawa
Tak seperti tangis dan lara dihidupku
Sungguh sempurnanya hidupmu

Tunjukan semua caramu
Caramu menghargai hidup
Caramu membahagiakan dirimu
Dan segala caramu menikmati hidup

Bawalah aku ke sebuah tempat
Tempat yang membuatku tertawa
Tempat yang indah dipandang mata
Dan tempat yang membuatku bahagia

Kepergianku dengan kamu
Bisa membuatku lupa akan masalah
Mungkin ku dapat bahagia karenamu
Dan bisa menghilangkan rasa lelah

~Venita Wulandari~

Puisi itu buat saat MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) atau biasa di sebut MOS (Masa Orientasi Siswa). Mungkin puisi itu terdengar aneh, karena hanya aku yang bisa merasakan semua itu. Gejolak cinta yang timbul di masa SMP membuat hari-hariku di SMP menjadi lebih berwarna.

Terlalu hanyut dalam perasaan, sampai ketukan pintu membuyarkan lamunanku.

Tok tok tok
Beberapa detik kemudian, pintu terbuka setengah.  Menampilkan sesosok wanita yang kini berusia 38 tahun, aku selalu memanggilnya Ibu...
"Kak, belajarnya udahan dulu. Sanah shalat isya, abis itu terus tidur yah." Kata ibu.
"Iya bu, bentar lagi. Nanggung nih tinggal dua soal lagi." Jawabku.
"Sekarang atau uang jajan kamu dipotong setengahnya." Ancaman ibu.
"Jangan bu. Iya kakak shalat isya sekarang." Segera ku bangkit dari duduk dan segera mengambil air wudhu. Jangan sampai uang jajanku terpotong setengahnya. Kalau uang jajanku kepotong berarti besok aku cuma jajan lima ribu doang.

Usai shalat, aku selalu memanjatkan doa untuk semua orang yang ku sayangi. Satu doa yang tak akan pernah terlupa dan selalu ku ucap kan setelah beribadah.

Ya Allah...
Jangan jadikan fuad hanya temanku...
Tapi jadikan ia teman hidupku...
Kalau pun bukan dia...
Maka miripkanlah orang itu dengan dia...

Rasa lelah menghampiriku, segera aku melipat mukenaku dan beranjak tidur. Dalam hitungan menit aku sudah tertidur, dan kini aku telah melewati sebuah ruangan yang gelap gulita. Aku terus berjalan mengikuti lorong yang mengeluarkan cahaya remang-remang hingga sampailah aku di sebuah tempat yang begitu indah di alam mimpi.


#pejuanghijrah
#Akhwatperindurasul
#peneruskisahcintafatimakepadaali

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My life companionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang