Read Bad Type Side B juga ya di Zeeyazee
"Oy! Kendra Kasino! Mabar yok!" ajak Yosi, yang baru saja duduk di samping Kendra.
Kendra hanya melirik Yosi malas, kemudian ia menggeleng. "Males." Kendra menatap kosong papan tulis kelasnya. Siang bolong, guru tidak masuk, kelas kosong, paling enak tidur atau main game. Tapi Kendra sedang tidak berselera mainan game, ataupun tidur. Bawaannya melamun terus.
Yosi mengernyit, memandang Kendra bingung. Karena tidak biasanya, temannya itu malas diajak main game. "Tumben, kenape lo?" tanya Yosi.
Kendra menghela napasnya lemas, tak bersemangat. "Temen cewek lo banyak, kan, Yos?" tanya Kendra, kemudian dijawab anggukan cepat oleh Yosi. "Kenalin dong satu," ucap Kendra.
"HAH?! KESAMBET APE LO?!" pekik Yosi, karena terlalu terkejutnya. Suara Yosi sampai menarik perhatian kelas. Lantas Yosi menutup bibir dengan tangannya sendiri. "Maap, keceplosan. Heheh." Yosi nyengir.
Kendra menggeleng tak habis pikir. "Lebay amat reaksi lo," ucap Kendra.
"Ya, maap lah Ken. Siapa memangnya? Siapa tau gue bisa bantu."
"Rachel, anak IPA 5" ucap Kendra. Kemudian menyandarkan punggungnya di kursi. Tiba-tiba saja sejak semalam kepikiran si es teh. Alias, cewek galak yang ketemu di kantin.
Mendengar nama Rachel, kedua mata Yosi membulat. Bibirnya mengatup. "Gak salah orang lo?" tanya Yosi. Setelah tahu orangnya adalah Rachel, mendadak nyali Yosi menciut.
"Kenapa?"
Yosi menggaruk keningnya, sebenarnya agak kaget juga mendengar Kendra, yang notabene jarang bahas cewek tahu-tahu sebut nama Rachel. "Lo suka sama Rachel?" tanya Yosi, memastikan.
Kendra mengendikkan bahunya, ia saja bingung. "Gak tahu sih, kenapa?"
Dugaan Yosi benar, sepertinya Kendra punya rasa tertarik dengan Rachel. "Mending gak usah deh. Memangnya, lo gak denger gosip tentang Rachel, sama temennya noh yang satu lagi?"
Kendra menggeleng. "Gak. Emangnya gue, lo?! Cowok tapi suka banget sama gosip!" timpal Kendra kemudian melengos, jengah. Lagipula, Kendra cuma ingin tahu lebih soal Rachel. Rasa ingin tahu itu wajar, yang gak wajar itu rasa sok tahu.
"Ketinggalan jaman, lo! Sini, gue kasih tahu." Yosi menggeser tempat duduknya agar lebih dekat lagi dengan Kendra. "Rachel dan temennya itu, udah terkenal bukan cewek baik-baik. Kenapa, karena pergaulannya tuh udah sampe kemane-mane, coy." Yosi berbisik.
Kendra menoleh, dan menatap Yosi tak percaya. "Bohong," cicit Kendra. Ia langsung membayangkan wajah Rachel. Mana mungkin, cewek yang kelihatannya pendiam, dan kalem, walau galak dikit. Tapi ternyata di luar semua itu, ia punya citra yang jelek di mata orang.
Yosi menatap Kendra gemas. "Yaelah, Kendra, Kendra,...gak percaya amat sama gue."
"Ya iyalah. Orang yang bilang elo, biang gosip, lambe turah. Ya gue gak percaya."
"Itu mulut apa cabe? Pedes amat," timpal Yosi. "Lo gak tau ya, mereka juga suka main-main sama om, om." Yosi menepuk pundak Kendra, mencoba meyakinkan temannya itu.
Lagi-lagi, Kendra membayangkan wajah Rachel. Lalu Kendra menggeleng tak percaya, masih ragu. "Gak ah, gak mungkin, ngarang." Kendra tersenyum miring, remeh.
Capek menjelaskan, dan meyakinkan, akhirnya Yosi menyerah. "Ya udah, terserah lo. Gue cuma mau bilang, ati-ati kalo milih cewek. Jangan asal!"
"Berisik, siapa juga yang nyari cewek."
"Lah itu tadi, lo tanya-tanya, soal Rachel, minta dikenalin lagi."
"Kepo doang, bukan maksud lain."
Tangan Yosi memegang pundak Kendra. "Inget, Kepo adalah ciri awal dari rasa tertarik, bego," ucap Yosi, yang menahan tawanya.
"Kagak, biasa ae!" Kendra mengelak, lalu bangkit dari kursinya, dan berjalan pergi keluar kelas. Tidak baik juga, membicarakan orang lama-lama. Apalagi itu, soal keburukan orang. Tapi, kalau dipikir lagi, ucapan Yosi malah semakin membuat Kendra penasaran.
****
Malam-malam, sunyi, di dalam kamar sendirian. Duduk di depan meja belajar, sambil memangku gitar. Kendra masih kepikiran soal ucapan Yosi, soal Rachel. Kepalanya saat ini, berisikan rasa penasaran, dan rasa bersalah. Melihat Rachel saat ini, membuatnya terbayang-bayang masa lalu.
"Mah! Kendra gak mau di kelas itu! Kendra malu!"
"Pokoknya, Kendra pengen di kelas yang unggul. Enak aja, di kelas yang isinya anak-anak bobrok."
"Mau kelasnya udah penuh, mau engga Kendra gak mau tau."
Mengingat kepingan-kepingan masa lalu, membuat Kendra malu. Bibirnya tersenyum miris, membayangkan dirinya dulu yang begitu memaksakan kehendak. Andai saja, Kendra tidak memaksa orang tuanya agar memasukkannya di kelas IPA 1. Mungkin, ia saat ini jadi penghuni kelas IPA 5, dan bukan Rachel.
Kendra mengingat, saat ia memaksa menukar kelasnya dengan salah seorang anak. Sampai akhirnya ia bisa masuk ke dalam kelas yang unggul. Saat itu Kendra belum tahu siapa orang ditukar dengannya.
Namun, pada saat melihat pembagian kelas di mading dulu, Kendra sempat menjumpai sosok Rachel. Wajahnya murung setelah melihat namanya di mading.
"Kok, nama gue... gak ada? Loh kok... jadi, di kelas IPA 5??"
Sepotong ingatan, tentang ucapan Rachel tiba-tiba terputar. Kendra mengusap wajahnya kasar. Rasa bersalahnya semakin menjadi-jadi. "Kalo dia tahu, itu gue. Marah, gak ya?" Kendra berpikir, sembari mengetuk-ketuk gitarnya. "Kayaknya sih... iya... duh, Ken!" Kendra menggaruk kepalanya, frustrasi.
Selama ini, yang dilakukan Kendra hanya lari, dan bersembunyi dari Rachel. Padahal cewek itu, mengenalnya saja, tidak. Tapi, saat kejadian es teh itu, akhirnya Kendra berani mengajak bicara Rachel, bahkan menanyakan namanya yang selama ini ia tidak tahu.
Kendra memetik senar gitarnya, asal. "Gila, gue dulu, manja banget." Kendra menghela napasnya, kemudian memindahkan gitarnya di meja. Malam ini, Kendra diliputi rasa bersalah, dan mungkin malam ini, cowok itu bakal susah tidur lagi.
Don't forget to vote&comment♡♡
Follow our accountInstagram : @sekareare @zeeyazee @badtype_project
Twitter : @sekareare @zeeyazee
Bonus foto cogan :
-Marcellino Kendra-
![](https://img.wattpad.com/cover/185799339-288-k253609.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD TYPE : SIDE A
Roman pour AdolescentsRachel berpedoman sebuah moto hidup, nakal boleh bodoh jangan. Gadis tertutup, pendiam, namun berubah gila kalau sudah bersama dengan temannya, Elodia. Selama duduk di bangku SMA, Rachel hanya bergaul dengan Elodia. Sampai suatu hari, di kantin sek...