제 4 화

7.2K 1K 64
                                    

Yeri menatap bangunan yang dihuninya tiga hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeri menatap bangunan yang dihuninya tiga hari ini. Ia berdecak kagum. Rumah ini ternyata sangat besar dan luas. Untuk ukuran bangunan besar bergaya Eropa, rumah itu cukup terawat dan indah. Entah bagaimana cara penghuni rumah ini merawatnya, yang jelas Yeri tak bisa berhenti untuk kagum.

"Sepatumu masih pas,"

Yeri melirik pria di sebelahnya cepat, mengernyit karena tak menangkap ucapan pria itu. "Apa?"

Menyadari sesuatu yang salah dengan kalimatnya, Mark menggeleng cepat, "ayo berangkat!"

Kening Yeri mengkerut, kalau tak salah dengar Mark tadi mengucap kata sepatu. Ada apa dengan sepatu ini memangnya?

Tangan Mark terulur, hendak menggenggam tangan perempuan di depannya. Namun niatnya itu urung karena Yeri melipat kedua tangannya di depan dada.

"Di sini cukup dingin ternyata," gumamnya. Mark masih sedikit gelagapan karena kejadian tadi. Ia melirik dress yang dikenakan Yeri dan jaket hijau yang ia pakai bergantian.

Sejujurnya Mark ragu, ia takut jika apa yang akan ia lakukan pada Yeri membuat wanita itu salah paham. Mark hanya sedang belajar menganggap Yeri yang sekarang adalah wanita berbeda dengan Yerimnya.

Saat keraguan Mark semakin bertambah, pintu rumah terbuka tiba-tiba. Menampakkan Renjun yang tengah terengah.

"Hahh, syukurlah kalian belum berangkat," ujarnya sambil mengatur nafas, agaknya pemuda itu baru saja berlari.

"Kau, berlari?" Kernyit Mark. Pasalnya putranya yang satu itu adalah seorang penyihir. Sama seperti ibunya, ia dapat menggunakan sihirnya untuk berjalan dengan cepat bahkan melakukan teleportasi. Tapi ini?

"Iya, aku harus memberikan ini pada ibu," Renjun mengangkat wajahnya, tersenyum cerah menatap Yeri. Pemuda itu kemudian mendekat, mengulurkan sebuah mantel berwarna hijau pada si wanita.

"Disini sedang dingin, kau harus selalu memakai mantel jika ingin keluar," ujarnya sembari menyampirkan mantel itu pada tubuh Yeri.

"Terima kasih," wanita itu tersenyum pada Renjun.

"Jangan sungkan padaku,"

Mark bungkam melihat interaksi keduanya. Cara wanita itu menatap Renjun dengan senyumnya nampak berbeda. Tidak seperti bersamanya, Yeri terlihat sangat canggung dan takut padanya. Mark tak tahu apa yang salah dengannya, tapi ia juga ingin Yeri tersenyum padanya.

Mark merindukan senyum itu.

"Kalau ada sesuatu yang ingin kau tahu, tanyakan saja pada ayah bu," pesan Renjun setelah memakaikan mantel itu pada Yeri. Masih tak menyadari tatapan Mark.

Yeri mengangguk, mengulum senyumnya. Kemudian mengikuti langkah Mark yang sudah berjalan lebih dulu. Pria itu berlalu tanpa sepatah katapun.

Belum selangkah, Yeri berbalik, "ikutlah bersama kami!" Ajaknya.

Awaken Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang