6. Once Upon

24 8 2
                                    

Bian dan teman-temannya datang ke gedung SMA Rajawali. Sebuah bangunan yang sudah tidak dipakai dan merupakan tempat yang bersejarah bagi mereka. Karena banyak tersimpan rahasia disana. Termasuk Aletha.

"Bener ini kan tempatnya?!" ucap Mars.

"Iyalah. Yuk masuk," ucap Rianka dengan semangat.

"Lu yakin?!" ucap Bian.

"Udah ayo," ucap Rainka sambil menarik tangan Bian.

Mereka semua masuk kedalam bangunan itu. Jelas saja, tempat itu tampak menyeramkan karena sudah lama tak terpakai.

Mereka mulai menyusuri tempat itu. Dan naik ke lantai atas. Bian berada dibelakang. Alasannya karena dia anak yang berani, jadi untuk melindungi anak yang lainnya.

"Woy tungguin gue!!" ucap Bian yang tertinggal cukup jauh.

Karena terburu-buru Bian tak sengaja menginjak tali sepatunya yang tak ia ikat.

Brukk.

Bian terjatuh dari tangga. Dan itu membuat mereka menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Ya ampun Bian," ucap Anneth.

"Bian jatuh woy," ucap Mars panik.

_________________

Bian terbangun dari pingsannya. Dia merasa bingung, karena tiba-tiba dia berada dirumah. Yang jelas bukan rumahnya sendiri. Dan rumah ini tampak asing baginya.

"Argghh," ucap Bian yang mencoba bangkit dari tempat tidur.

"Aden sudah bangun?!" ucap wanita paruh baya yang bernampilan seperti pembantu membuka pintu kamarnya.

"Maaf anda siapa ya?!" ucap Bian bingung.

"Ya ampun Den Letha gak inget Bibi. Ini Bi Narsi Den," ucap Bi Narsih.

"Letha?! Saya Bian Bi, Letha.. Maksud Bibi Aletha?!" ucap Bian.

"Bian siapa lagi?! Udah sore Den. Mandi sana!" ucap Bi Narsih.

Bi Narsih keluar dari kamar Aletha. Dan Bian menggaruk kepalanya yang tak gatal. Masih tak paham dia dengan keadaan.

"Letha?! Apa mungkin Aletha?! Jadi sekarang gue masuk ke tubuh Aletha dan ini.. Apa ini di zaman Aletha?!" gumam Bian dalam hati.

"Au ah, pusing gue. Mandi dulu deh," ucap Bian lalu langsung berjalan kekamar mandi.

________________

Keesokan harinya, Bian masih berada disana. Di zaman yang berbeda. Bukan di zaman ia hidup.

Pagi ini dia sudah bersiap dan menuju kedapur. Ia melihat Bi Narsih masak sendirian dia jadi tidak tega.

"Bi, mau saya bantu?!" ucap Bian.

"Gak usah Den, Aden tunggu disitu aja." ucap Bi Narsih.

"Tapi Bi, saya gak tega lihat bibi masak sendirian kaya gitu. Mending saya bantu aja biar cepet." ucap Bian.

"Yaudah deh, ini makanan yang sudah jadi taruh dimeja makan ya Den," ucap Bi Narsih.

Bian mengangguk dan membawakan makanan itu dimeja makan.

"Tumben banget Letha bantuin Bi Narsih," ucap Pak Bimo yang baru turun dari tangga.

"Dia pasti ayahnya Aletha, tapi kok wajahnya gak asing ya," gumam Bian dalam hati.

"Hehe, emang biasanya gak bantuin ya Om-- ehm Pa," ucap Bian gelagapan.

Pak Bimo menyicingkan alisnya. Dia bingung sepertinya Aletha yang kini dihapadapannya bukan Aletha yang biasanya.

"Udah, yuk makan. Nanti kamu telat, harus jemput Grena juga kan?!" ucap Pak Bimo.

"Itu nyokap gue woy, ya kali jadi pacar nyokap sendiri." jerit Bian dalam hati.

"Letha, kamu gak papa kan?!" ucap Pak Bimo.

"Gak papa." ucap Bian.

Setelah selesai sarapan ia langsung menuju ke bagasi untuk mengambil motornya. Tapi sebelum itu dia berpamitan dengan ayahnya Aletha.

"Bian berangkat dulu ya Pa, ehm maksud saya Letha." ucap Bian sambil mencium tangan Ayah Aletha.

"Kamu hati-hati ya," ucap Pak Bimo sambil mengusap rambut Bian.

Setelah itu ia langsung melajukan motornya menuju kerumah Ibunya. Ralat lebih tepatnya pacarnya, karena sekarang dia jadi Aletha.

"Rumah mama dimana ya?! Ehm, rumah nenek kayaknya. Coba kesana deh," gerutu Bian.

Akhirnya Bian sampai dirumah neneknya yang notabenya Ibunya Grena.

"Permisi," ucap Bian sambil mengetuk pintu.

"Eh, yuk All berangkat," ucap Grena langsung menarik tangan Bian.

"Hai Mama, ini anakmu." jerit bian dalam hati.

Akhirnya mereka menuju sekolah.

__________________

Vote comment gaes.

AlbianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang