Tolong!!!

10 1 0
                                    

"Eh, Bro! Woy!" Darrel menyenggol Fian yang saat itu hendak minum segelas jus mangganya. "Ah, si*lan loe! Untung, gak kena baju gue." Fian terkejut jusnya tumpah di meja. Diambilnya tissue dan segera ia lap cairan buah mangga itu.

"Eh, sorry. Gak sengaja. Loe sih, dipanggil malah gak nyahut." Darrel nyengir. "Salah loe, manggil gak pake merk." ketus Fian, meminum jusnya kembali. "Merk? Loe sangka barang dagang." celetuk Darrel mendelik ke arah Fian. "Serah loe." Fian mendengus kesal. "Gue jitak juga loe lama-lama." Darrel mulai gereget. "Coba aja!" tantang Fian dengan wajahnya yang masih masam. "Eh, loe makin hari nambah 'jadi' ya!" rasa kesal Darrel mulai memuncak.

"Eh, kalian berdua, tiap hari berantem mulu! Gak bosan apa. Gue yang ngedengerin aja capek." celetuk Arief yang menyaksikan perdebatan unfaedah dua sahabatnya. "Tau, tuh!" ucap Fian sekena nya sambil mendelik kearah Darrel. "Cuma bisa ngelus dada gue, punya sohib tempramen kayak gini." gumam Darrel sambil mengelus dada dan menggeleng.

"Udah, daripada kalian debat kayak anak kembar gak mirip, mending jawab pertanyaan gue." ucapan Arief membuat dua orang didepan nya menatap penuh tanda tanya. "Jawab apaan?" Fian penasaran. "Kalian kenal Lio dimana?" Arief menatap menyelidik kearah mereka.

"Diakan yang minggu kemarin tanding sama Pangestu." sahut Fian spontan. "Oh, ya? Kok, gue gak tau. Gue pikun, kali ya." Arief berusaha mengingat. "Waktu itu, loe langsung pulang Rik. Jadinya loe gak tau." ucap Darrel membuat Arik gak ngerasa pikun. Arief hanya ber-O ria.

"Sayang, ternyata kamu disini. Aku nyariin kamu, tau." suara manja yang dibuat-buat dari cewek disebelahnya yang mulai menggelayut di lengan Arief. Ucapannya membuat Arief bergidik. Afra, lengkapnya Afrasya Zevan.

"Jij*k gue, denger loe bilang 'sayang' ke gue." ucap Arief sarkastik. "Ih, kamu kok gitu. Aku kan emang sayang kamu." mendengarnya membuat Arief bergidik lagi. Entah kenapa, Arief selalu bergidik mendengar suara sok halus dari Afra. Ucapan Afra semacam alergi bagi Arief.

"Gak usah pegang-pegang, bukan mahram." Arief melepas tangan Afra dan pindah ke kursi disebelahnya. "Gak tau malu banget, ni cewek." gerutu Arief pelan. "Ah, kamu gak usah jaim deh. Kamu cuma malu kan, sama Fian dan Darrel." Afra mendudukan diri di pangkuan Arief sambil menenggelamkan wajahnya di bahu Arief dan tangannya sudah melingkar di leher Arief. "Iya, gue jaim. Jaga Iman. Lepasin, ah!" Arief mulai kesal.

"Idih, ni cewek g*la. Kelakuan udah mirip b**ch." batin Arief berusaha melepas dekapan erat Afra, tapi dengan cara yang tidak menarik perhatian. Ya, meski apa yang dilakukan Afra padanya sudah menarik sorot mata para siswa yang berada di Kantin.

Fian dan Darrel berpura-pura tak melihat apa - apa. Mereka mendadak 'sibuk' gaje. "Eh, s*nting! Anak kembar malah main Hp. Bantuin gue kek." gerutu Arief dalam batinnya. Afra semakin mengeratkan pelukan di leher Arief. Membuat Arief kesal dan geram.

"Aakhh!!! Lepasin gue, b*tch!!!" Arief mendorong tubuh Afra pelan, menurutnya. Namun, Afra terjatuh ke lantai dan mengaduh saat pantatnya bertabrakan dengan lantai.

"Sayang, kamu jahat banget, sih. Sakiit nih." Afra masih memakai nada manjanya dan sukses membuat Arief bergidik kesekian kalinya. "Sayang kepalamu! Rasain, loe kena batunya!!!" batin Arief sebelum pergi darisana, diikuti Fian dan Darrel yang awal nya melongo tapi gak sambil mangap, sih.

"Eh, Rel! baru kali ini lho, gue lihat Arik kasar ama cewek." bisik Fian pada Darrel yang juga menyadari hal yang dikatakan Fian. "Iya juga, sih. Tapi, salah Afra sendiri nyulut kemarahan Arik." respon Darrel. Fian berdehem singkat.

***

"Azra, loe dicariin Bu Maryam di Kantor tuh!" Rifah membuyarkan lamunan Azra. "Iya, gimana?" Azra berusaha fokus. "Hmm... Loe ngelamun, ya. Tadi, gue bilang, loe dicariin Bu Maryam." Rifah menghela napas, sangat paham pada kebiasaan teman sekelasnya yang lebih sering melamun ketika jam istirahat.

My MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang