Kotoba Ni Dekinai Omoi

24 2 1
                                    

Karya ini pernah diikutsertakan dalam event grup GOD (Generationofdreamers) 

Direpost dengan sedikit (sekali) perubahan


Makkasar, 2007

Lorong rumah sakit terlihat ramai seperti biasa, terutama bagian taman yang terlihat cukup luas. Aku berjalan sambil melihat beberapa pasien yang dengan sangat aktifnya berlarian dan tertawa-tawa dibalik kondisi menyedihkan mereka.

Tidak menyedihkan juga sebenarnya, mungkin sebagian besar dari mereka menganggap bahwa mereka tidak sakit dan malah segar bugar.

"Huwahahaha!!!"

"Blubrb-blub-blub."

"Terbang! Terbang!"

Seorang bapak-bapak dengan tubuh penuh warna berlari-larian sambil melompat-lompat, melewatiku.

Kalau dipikir-pikir mereka tampak sangat bahagia disini, bahkan mungkin lebih bahagia daripada saat mereka normal dahulu.

***

Deva mengusap-usap kedua pipinya yang kini beruraian air mata, kedua kakinya menendang-nendang tak jelas, seakan udara kosong dan lantai yang dipijaknya merupakan musuh yang harus segera di enyahkan. Tangisannya semakin lama semakin kencang, pita suaranya bergetar menghasilkan gema yang memilukan.

"Tenang nak, tenang..."

Seorang suster masuk ke dalam kamar yang ditempati Deva sambil mencoba menghentikan tingkahnya yang kacau.

"Pergi! Pergi!" teriak Deva sambil memukul-mukul suster berseragam putih yang berusaha menenangkannya.

Suster tersebut menahan kedua tangan Deva, anak lelaki berusia 12 tahun tersebut terus menangis tiada henti, entah apa yang membuatnya sangat bersedih. Deva meronta-ronta sambil tetap menggoyangkan kakinya naik turun secara beritme, selaras dengan getaran emosinya yang meluap-luap.

Suster terus membujuknya agar berhenti menangis.

"Sedihnya bakal ilang kalo Deva gak nangis,"

"Tapi Dia udah mengotori drumnya Deva!" teriak Deva lalu kembali menangis.

Seekor kucing lalu melompat kearah jendela dari balik sebuah drum berwarna merah, setelah si suster mengusirnya.

Namun tetap saja Deva menangis sambil memukul-mukul udara dan lantai. Suster tersebut tak punya pilihan lain selain memberikan suntikan obat penenang.

Seekor kucing, baru saja mengotori drum kesayangan Deva dengan kotorannya, dan itu membuat anak lelaki berusia 12 tahun itu menangis sedih.

Benda yang paling ia sayangi, benda yang menemaninya dalam ruangan 4x4 meter ini.

Setiap hari, Deva selalu memukul-mukul drum tersebut, menirukan drummer professional yang selalu ia lihat di tv-tv. Terkadang di malam hari pun ia masih asik dengan drumnya itu, membuat diriku datang dan selalu mengingakannya untuk makan atau tidur.

Deva merupakan salah satu penghuni kamar di lantai ke-empat gedung barat rumah sakit jiwa ini. Umurnya baru 10 tahun saat ia di tempatkan disini, dan ia merupakan salah satu pasien termuda di tempat ini.

Aku pertama kali mengenalnya malam itu, saat ia berteriak kesenangan sambil memukul-mukul drumnya. Saat itu banyak pasien sedang tidur kecuali pasien nokturnal semacam Deva.

Saat itu pintu kamarnya terbuka sangat lebar, dan aku sangat khawatir kalau dia masuk angin. Deva sama seperti anak-anak lainnya, ceroboh terhadap beberapa hal kecil dan rentan terkena masuk angin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 11, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Harapan Para TerbuangWhere stories live. Discover now