Clumsy Mocaccino

42 5 0
                                    

*SPAM VOTE ITU DIHALALKAN YA :v
*Yg tekan bintang nanti didoain yg baik
(~ ^ 3 ^) ~

"Oh, jadi lo kerja disini."
"I..Iya."
Sejak introgasi sebelum-nya, Barista a.k.a Marko duduk berempat pas dengan mereka bertiga. "Akhirnya kursi ke empat ada faedah-nya juga." Batin Ayu.

"Tolong jangan sebar kalo gw kerja disini." Marko tertekan karena rahasianya ketahuan. For your informasi, anak sekolah gak boleh kerja.
"Ya oke Mar, tapi kalo gw gak ada duit sumbangin setengah gaji lo kalo mau rahasia ini tak terbongkar." Dari dewi yang baik hati, Ayu menjadi pemalak.
"Bacot lo Yu, orang serius lo bercanda." kesal dengan teman-nya, Caino berusaha membenarkan 'otak' Ayu.
"Wes, sante dong bos." Ayu berusaha bertahan dari serangan Caino.

"Tapi.. Bagaimana Lo bisa tau ini gw? 'Kan gaya gw pas disekolah dan kerja sengaja gw bedain?" Setelah pertanyaan yang Marko lontarkan tadi, Macha dan Caino berpikir keras.

Benar juga kata Marko. Bila disekolah dia seperti anak tercuek dikelas dengan rambut keriting tidak beraturan walau sudah ditegar guru BK, sekarang ini Marko seperti barista rapih yang mirip butler Anime terkenal dengan rambut pendek. Bagaimana caranya Ayu dapat menebak kalau dia 'Marko' beneran?

"Kebetulan aja."
"Eh??!"
Ayu yang sedang meneguk Latte-nya membuat mereka bertiga berheran - heran.

"Apa maksudmu 'kebetulan'??" Caino yang amat kebingungan mengecek kembali perkataan Ayu.

"Sumpah, gw juga awalnya gak tau kalo dia Marko sampe gw liat mukanya. Mukanya Marko menurut gw tuh punya ciri khas-nya sendiri. Manis manis coklat susu gitu... Eh lo kenapa??"

Ayu menengadahkan muka dari Latte-nya dan melihat wajah merah padam Marko. Dalam kondisi ini sudah pasti...
"Lo ngomongnya gak usah gitu juga napa! Malu gw!!!"
"Hehehe, sori Mar. Tapi serius, walau lo mau ganti gaya rambut atau apa kek, muka lo tuh gampang diingat orang soalnya antimainstream."

"Eh iya juga sih, napa gw baru sadar?"
"Benar juga sih."
Macha dan Caino secara berturut turut menyuarakan pendapatnya. Marko dengan wajah masam menghela nafas kasar. "Haissh."

"Tapi Mar, lo kenapa kerja? 'Kan lo punya orang tu.. Auch!" Sebelum Ayu melanjutkan kata katanya, Macha mencubit pinggang Ayu. "Woy apaan sih.. Eh?" Sekarang, Macha dan Caino menatap nanar Ayu seperti dia melakukan dosa besar.

"Yu, lo lupa apa gak peka Yu?" Caino bertanya hal yang Ayu tidak tau jawaban-nya. "Apa sih maksud lo? Serius, jelasin." Ayu sudah muak karena diadili tanpa tau apa kesalahan yang dia buat.

"Yu," Macha menatap wajah Ayu lekat lekat. "Lo gak inget yang hari kamis kemarin apa?" Macha mencoba mengingatkan kembali ingatan yang dilupain Ayu. Ayu memikirkan perkataan Macha kembali dan berusaha mengingat ingat. Akhirnya dia ingat, tapi wajahnya berubah sedih penuh penyesalan. "Astaga Marko, maafin gw."

🌷🍂🌷

"Innalilahi Wa Inna Ilaihi Rojiun. Telah perpulang ke Rahmatullah, Bapak dari Marko Alviano kelas 11 - IPA 2. Kami mohon sumbangan seikhlasnya." Pengumuman dari anak OSIS samar terdengar oleh Ayu. Soalnya mereka datang pas tengah pelajaran dan Ayu sedang ngantuk dengan pelajaran Math.

"Hoaammm... ~" Kantuknya tidak dapat dibendung lagi karena semalam dia begadang untuk marathon DraKor. "Kak mohon seikhlas-nya." Salah satu anggota OSIS yang bertugas mengumpulkan uang menyodorkan topi pada Ayu. Penggunaan topi sebagai tempat uang amal digunakan soalnya mereka gak punya modal beli kotak amal.

Ayu yang masih mengantuk mengambil beberapa koin dari kantung bajunya dan memasukan-nya ke topi. Setelah berterima kasih, para OSIS pergi dari ruangan dan Ayu kembali tidur.

"Jadi sampai mana kita?" Guru yang mengajar kembali melanjutkan apa yang terpotong saat para OSIS datang. Tapi guru tersebut kembali diam saat melihat seorang siswa tidur terlelap walau sudah coba dibangunin teman sebangkunya.

"AYU DWI MAHARDIKA!! BANGUN!!!"
Tapi sekencang apapun guru tersebut berteriak, Ayu sudah ke alam mimpi.

☁️☀️☁️

"Gw bego banget ya Lord. Mana amalin cuma 1000-an perak." Ayu menyesali masa lalu suram-nya dalam hati.

"Gapapa kok Yu, setidaknya ibu aku masih ada dan aku bisa kerja disini sudah cukup." Deg, Deg, perasaan berkecambuk ini lagi. Para gadis mencoba meredam detak jantungnya setelah melihat Scene Ikemen Marko.

"Marko jangan gitu dong! Kasihan hati kita." Batin Ayu.

"Btw, lu goblok banget Mar." Tanpa penjelasan dahulu, Caino mengejek Marko.
"Apa maksud lo cebong?" Marko yang kesal balas mengejek Caino sambil bertanya.

"Yah, kayak penjelasan Ayu tadi. Dia tau itu lo karna kebetulan doang. Kalo misalnya lo gak nyahut omongan Ayu waktu bahas nilai PKN pasti gak ketahuan. Lo 'kan pas sekolah sama kerja beda penampilan-nya.

"Apa lagi kalian tuh beda kelas, bahkan jurusan, bisa bisanya juara olimpiade percaya omongan ini bocah." Saking gemes-nya, Caino mencoba mencubit pipi Ayu. Tapi dengan bertahan menggunakan tamparan tangan, Ayu berhasil lolos. Untuk sementara ini.

Diam membisu menghinggapi Marko. Dia berpikir kembali perkataan Caino. "Oh ya, kenapa gw nyahutin ya?" Nada miris tercetak pada setiap kata - kata dalam benak-nya.

"Marko! Jangan duduk doang! Ada pesanan dimeja 4." Suara dari wanita dewasa memanggil Marko. "Baiklah!" Marko membalasnya dan segera pergi meninggalkan Macha, Caino, dan Ayu.
"Aku dipanggil, pergi dulu ya." Tidak lupa dia berpamitan.
"Marko tunggu!" Ayu berusaha menghentikan langkah Marko. Adegan anime Shoujo kembali terulang.

"Ape?" Tapi tidak semanis sebelum-nya karena Marko telah mengetahui bahwa pelanggan-nya ini teman satu sekolah-nya. Jadi, Bodo amat.

Ayu merogoh tas selempang yang dia bawa dan mengambil dompet. Tangan kecilnya mengutak atik isi dompet sampai dia mengeluarkan uang warna biru.
"Nih buat lo."
"What?! Yu, ini biru loh biru! Lo 'kan gak ngutang apa apa ke gw." Marko yang tercengang menolak tawaran Ayu.

"Lah, terserah gw dong ngasih tips ke barista gw, lagian itu uang THR. Btw, keep up the good work Marko. Gw suka banget ama Latte lo."

Serasa kena karma, hati Marko berdetak kencang. Bila Ayu sedikit peka, dia bisa melihat wajah merah padam Marko yang gemetar. "Makasih banyak Ayu!" Sungguh, jarang bagi barista seperti Marko mendapat uang tips, apalagi yang berwarna biru. Maka, hari itupun jadi hari yang paling bahagia baginya.

"Yaudah karna minuman kita dah habis, kita pergi dulu." Caino bangun dari kursinya menuju meja kasir di ikuti oleh Macha dan Ayu. Dan itulah, bagaimana para tokoh berpisah dengan hebat.

🌱🍵🌱

"Harga totalnya jadi XX. XXX rupiah."

Tercenganglah batin Ayu. Saat minuman yang lain harganya standar, dia doang yang membuat nominal angkanya jadi puluhan ribu. Meski sudah mengacak - acak dompet, baru sadarlah dia bahwa uang 50.000 biru-nya adalah uang terakhirnya. "Ya lord, pingin berkata kasar tapi takut dosa."

Bisa saja Ayu meminjam uang Caino yang masih banyak, tapi karena gengsi akhirnya Ayu berani melakukan hal nekat.

"Marko, minjem 50.000 tadi. Gw gak ada duit."

Marko yang sedang membawa nampan dibuat heran. "Ni anak ikhlas kagak ngasih gw tips?" Batin Marko

END🌻

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA WATTPAD INI :'D

Latte Of Life (COMPLETE✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang