Part 1 - Senin

235 17 7
                                    

Senin.

Hari paling membosankan dibanding hari hari lain. Berjuang melawan teriknya matahari yang menyengat kulit. Memperkuat iman, mendengar amanat guru. Berdiri selama hampir 30 menit itu MEMBOSANKAN DAN MELELAHKAN.

Hal itu juga dirasakan oleh Delvina Putri Aditama. Ia sengaja datang terlambat untuk mempersingkat waktunya berdiri. Delvin bergabung dengan siswa siswi lain yang terlambat. Tepatnya di depan barisan para guru.

Panas? Tidak. Teduh? Pastinya.

Hal itu membuat Delvin memilih untuk datang terlambat.

"Delviiiiiinnnnn!" teriakan seorang wanita paruh baya dengan tinggi tak kurang dari 156 cm.

"Saya." sahut Delvina.

"Sudah berapa kali kamu terlambat ha?" tanya Bu Ayu dengan raut wajah merah padam menahan emosi.

"Baru 5 kali bu."

"Baru kamu bilang?"

Merasa tersentak Delvin berusaha menetralkan wajahnya.

"Sampai bosen saya sama kamu! Nggak tau lagi saya mau kasih kamu hukuman apa!" Singa betina itu mengamuk.

"Gausah dihukum," ujar Delvin datar.

"Nggak! Kamu tetap harus dihukum! Lari keliling lapangan 15 kali lalu temui saya diruang BK." perintah Bu Ayu final, tak ingin dibantah.

Delvin yang tak ingin mengulur waktu, segera berlari keliling lapangan. Kalian bisa bayangkan betapa luasnya lapangan sekolah Delvin. Huh, sebanding dengan lapangan di kantor balaikota.

Setelah 5 putaran, rasanya Delvin ingin pingsan. Ia duduk dipinggir lapangan dengan kedua kaki yang diluruskan. Pening menghantuinya, rasanya ia butuh air.

"Nih minum, gue pikir tembok juga perlu air."

Seorang pria beralmamater biru dongker tersebut memberinya sebotol air mineral. Delvin akui dia tampan, bola matanya biru bening, postur tubuhnya atletis dan tinggi, terlihat pula bahwa ia siswi teladan yang pintar.

Melihat Delvin yang hanya menatap botol ditangannya pria itu menghela nafas jengah. Ia beranjak duduk disamping Delvin.

"Gue kasih dua pilihan, minum atau lo dapet punishment tambahan." paksanya.

Tanpa berkata apapun Delvin merebut botol tersebut dari tangan pria disampingnya. Eh, tunggu! Mengapa Delvin menurut? Memangnya dia siapa bisa menambah hukuman seenaknya. Untung saja dia belum meminumnya.

Ia meletakkan botol minuman itu di tanah. Delvin melanjutkan larinya yang sempat tertunda. Namun, belum sampai setengah putaran tubuhnya oleng ke tanah.

Kerumunan siswa menambah suasana menjadi mencekam. Tiba tiba seseorang membelah kerumunan. Ia menggendong Delvin ala bridal.

"Hah? Ketosku!!"

"OMGGG Marcel Zheyeng!"

Tak memperdulikan celotehan para penggemarnya, Marcel membawa gadis itu ke UKS.

Berselang 15 menit, gadis yang tengah berbaring di ranjang UKS mengerjap menyesuaikan cahaya. Merintih karena sakit kepalanya menyerang. Sontak hal itu membuat Marcel panik.

"Lo ngeyel sih, disuruh minum tu ya minum aja!" kesal Marcel pada Delvin.

"Berisik." tuntas Delvin.

"Tunggu, lo udah baikan belum?"

"Dah."

"Ceuilah irit banget ngomongnya."

Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang