Part 4 - Bakteri

75 13 0
                                    

Hatchu!

"Vin, kayanya lo demam deh." terka Rani pada Delvin.

Delvin menggeleng dan membenamkan kepala diantara lipatan tangannya.

"Ke UKS yok, biasanya tanpa disuruh juga lo ke UKS kan?"

Rani adalah seorang anggota PMR. Pantas saja sedari tadi ia membujuk sahabatnya itu untuk pergi ke UKS. Namun, apa boleh buat temannya itu sangat keras kepala.

"Ayolah, Vin." Rani kembali membujuknya.

Delvin tetap mempertahankan posisinya. Ia tak gentar untuk tetap berada di kelas.

"PAGI CEWEKK!" dengan tak berdosa Marcel berteriak sekencang mungkin.

"Berisik, ada yang sakit bege." Christa yang baru saja Kembali dari UKS menegur Marcel.

"Siapa yang sakit?" ujar Marcel bodoh.

Christa hanya menunjuk Delvin dengan dagunya. Namun, Marcel sudah paham akan itu.

"Lo gimana sih bego, kok nggak dibawa ke UKS!" sarkas Marcel

"Nggak usah sotoy deh lo, kita udah bujuk dia dari tadi." sangkal Christa.

Rani mengoleskan minyak kayu putih yang tadi Christa ambil, di pelipis Delvin.

Tanpa berfikir panjang, Marcel menggendong Delvin ala bridal style menuju UKS.

Semua mata tertuju pada mereka. Banyak siswa siswi yang menaruh iri pada mereka. Tidak terkecuali pada gadis penggemar makan yang sedari tadi menahan sesak.

"Turunin gue!" perintah Delvin Pada Marcel.

Marcel menulikan pendengarannya. Ia tetap kekeh mempertahankan Delvin pada gendongannya. Walau Delvin terus menerus memberontak.

"Lo tuli?!"

Marcel membaringkan tubuh Delvin dengan hati hati. Ia menuju pada kotak yang berisikan obat obatan. Tentu tidak akan salah obat. Marcel adalah seorang ketua PMR.

"Gue beli minum sama roti dulu ya. Lo tidur aja."

Delvin hanya diam merasakan sesuatu yang berbeda dalam relung hatinya. Ia merasa ada yang aneh pada dirinya. Namun, ia hanya belum menyadarinya. Biarkan waktu menjelaskan semuanya.

Perlahan rasa pusing di kepalanya semakin hebat. Delvin yang lemas memutuskan untuk tidur. Perlahan kelopak matanya tertutup dan beralih ke alam mimpi.

-o0o-

Delvin membuka matanya perlahan. Mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya. Ia memijat pelipisnya yang masih pusing. Ia mencoba untuk duduk.

Dengan susah payah ia dapat duduk dengan stabil sekarang. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang pria tampan tertidur disampingnya.

Matanya berbinar, sementara jari jarinya menelusuri setiap inci wajah pria itu. Tanpa sadar seulas senyum terbit dibibirnya.

"Udah puas liatin gue?" yang benar saja Marcel hanya berpura pura.

"Ekhm" Delvin memalingkan wajahnya untuk mengurangi rasa malunya.

Sedangkan Marcel hanya terkekeh. Segera ia mengambil roti selai coklat dan membuka kemasannya.

"Nih makan, belum sarapan kan? Ditambah hujan semalem?"

Gadis itu hanya diam merebut 2 bungkus roti selai yang sudah dibuka.
Dengan lahap dan cepat melahap roti tersebut.

Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang