Pertemuan Pertama

47 5 8
                                    


Pagi-pagi buta seorang laki-laki berjalan menyisiri hutan belantara. Lelaki parubaya itu mencari kayu bakar. Dengan bermodalkan semangat, kapak, dan keranjang bambu kayu bakar itu di sepanjang jalan. Bahkan tak jarang ia harus memanjat pohon untuk memotong dahan-dahan yang sudah agak mengering. Selain mencari kayu bakar, kakek tua itu mengambil buah-buahan dan sayur-sayuran hutan untuk ia jadikan lauk pauknya. Ia sudah lama tinggal sendiri di pinggir hutan. Segala sesuatunya harus ia lakukan sendiri dari memasak, mencuci, dan berbenah rumah. Di usianya yang sudah mulai menua ia tetap semangat untuk bertahan hidup dalam kesendirian.

Siang itu, selepas mencari kayu bakar tanpa sengaja ia menemukan seseorang yang tergelatak di balik ranting-ranting pohon jati.

"Kisanak? Apakah dia sudah meninggal?" tanyanya, ia mulai meraba denyut nadi dan detak jantung pria tersebut. "Wah, syukurlah ia masih hidup". Ucapnya.

Sejenak ia bingung dengan apa yang ia lihat itu. Dia melihat pria tersebut memiliki dua sayap di belakang punggungnya yang tertutup oleh rating-ranting.

"Duh Gusti, mahluk apa yang aku lihat ini?" benaknya dalam hati. "Duh Gusti, bukan cuma sayap yang membuatku merasa aneh. Namun, dia juga memiliki pakaian yang sangat aneh bagiku." Tanyanya kembali.

Tanpa bertanya-tanya kembali, ia berusaha membawa pria tersebut ke gubuk tuanya. Kemudian ia mencari ramuan hutan untuk mengobati luka parah pria tadi. Tak lama kemudian pria tadi bangun, sembari mencari-cari sesuatu benda berharganya.

"Di mana pedangku, Pak tua?" tanyanya pada kakek yang sedang menaruh ramuan obat pada tubuh pria tadi.

"Oh pedang yang berwarna emas itu?" jawab kakek

"Oh iya benar, di mana ia sekarang?" tegasnya kembali.

Kakek itu masuk kamarnya kemudian menyerahkan pedang pria tadi.

"Maaf kisanak bolehkah aku bertanya padamu?" tanya sang kakek.

"Oh ya. Silahkan, Pak Tua." Jawabnya,

Sang kakek mulai menanyakan asal-usul pria aneh tadi, dengan sangat penasaran sang kakek mulai merasa takjub dan sekaligus tak menyangka akan adanya sebuah kehidupan selain di bumi.

"Oh iya, siapa namamu kisanak?" tanya sang kakek.

"Namaku Alfa Orion," jawab pria tadi, "Panggil saja saya Alfa," tegasnya kembali.

Alfa mulai menjelaskan bahwa di tempat ia tinggal jauh berbeda dengan kehidupan di bumi. Lebih tepatnya ia menjelaskan bahwa di balik sisi gelap bulan terdapat kehidupan mahluk yang disebut bangsa Finix.

Di balik sisi gelap bulan atau yang disebut tanah Putih Hampa oleh para penghuninya. Alfa dan para kaumnya hidup dengan damai dan mereka sangat hebat dalam mengembangkan ilmu teknologi. Salah satunya adalah bangsa Finix sudah bisa menciptakan pesawat lintas dimensi. Bangsa Finix sudah tau betul akan adanya kehidupan selain tanah tempat yang mereka tinggal sekarang, termasuk bumi. Alfa sendiri termasuk orang yang sering berpindah-pindah dimensi. Karena ia adalah prajurit terbaik kaum Finix yang bertugas mengawasi gerak-gerik para Finix yang hendak mengacaukan atau bahkan menghancurkan dimensi lain.
Selain teknologi yang sangat berkembang pesat, Bangsa Finix sangat mahir dalam mengunakan sihir. Mereka sangat terbiasa hidup dengan sihir bahkan sejak kecil mereka sudah diajarkan itu. Dan tak jarang banyak orang tua menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah sihir.

Mereka juga terdiri dari berbagai klan yang tinggal berdampingan. Salah satu klan yang terbesar dan sangat berpengaruh adalah Klan Ababil dan Klan Azazil. Namun, kedua klan tersebut sering terjadi perselisihan. Dan tak jarang mereka saling membunuh satu sama lain. Klan Ababil yang dipimpin oleh Omega Orion sekaligus ayah dari Alfa Orion, adalah seorang pemimpin yang selalu mementingkan kerukunan anggota klannya dan juga sangat bijaksana dalam mengambil keputusan. Sedikit berbeda dengan Zenit Azazil, dia adalah pemimpin yang sangat tegas dan tak pernah pandang bulu dengan semua orang bahkan keluarganya sekalipun dalam kepemimpinannya.

"Jadi kamu ini seorang pangeran di sana?" ucap sang kakek, raut muka yang sedikit tegang dan tak percaya, ia sedang berbicara dengan seorang pangeran dari bulan. Kemudian Alfa mengatakan bahwa ia bukanlah Bangsa Finix satu-satunya yang berada di bumi. Ada beberapa orang yang singgah ke bumi sebelumnya.
Sejenak terdengar suara kepakan sayap yang sangat besar di luar gubuk kakek itu.

"Mereka nampaknya sudah datang". Gumam Alfa, "Oh iya, namamu siapa Kek?" tambahnya.

"Namaku ini Aji Laksana. Namun, saya sering dipanggil Ki Aji. Yang kau maksud mereka itu siapa?" ucap Ki Aji.

Kemudian beberapa saat kepakan sayap tersebut sudah tak terdengar lagi. Wajah Alfa mulai cemas karena ia mengkhawatirkan yang datang adalah para penjahat antardimensi.

"Hei keluarlah Alfa Orion!"

Terdengar teriakan yang sangat keras di balik daun pintu gubuk tadi. Mereka mulai menggedor-gedor pintu dan mengoyak keheningan gubuk tersebut.

"Mereka adalah para penjahat antardemensi, mereka juga yang membuatku seperti ini. Sebenarnya aku dan pasukanku sedang mengejar mereka. Namun, dalam pasukanku ada yang berkhianat dan membunuh teman-temanku. Ia bahkan telah membocorkan sebagian besar data hasil penyelidikan kami selama ini kepada mereka. Kami bertarung dengan mereka di perbatasan ruang demensi kalian. Akantetapi akhirnya aku kalah dan terpental jauh ke dimensi kalian." Ujarnya.

"Hei! apakah kau sudah kehilangan daun telinga, wahai Alfa yang Agung? Hahaha." Teriakan mereka, lalu tanpa belas kasihan mereka menghancurkan daun pintu tersebut. Sebelas tentara penjahat yang berpakaian berwarna biru gelap dengan tatto berlambangkan kepala burung yang menengadah di bagian sayap kiri mereka. Alfa dan Ki Aji sudah siap menanti kehadiran mereka sedari tadi.

"Ki Aji, tolong pegang ini. Senjata ini akan melindungimu dari serangan mereka secara otomatis." Pinta Alfa

"Baiklah, tapi bagaimana denganmu Alfa?"

Pertarungan sudah tak bisa terelakan lagi, dengan kondisi tubuh yang masih belum pulih sepenuhnya Alfa melawan mereka satu persatu. Sedangkan Ki Aji membantunya dari belakang, rupanya ia adalah seorang yang ahli dalam bela diri.

"Ajian rawe rantas!" ucap Ki Aji

Seketika lima orang yang ada di dekatnya mulai terbujur kaku. Dan beberapa saat kemudian, tanpa bisa dikendalikan oleh mereka, lima orang tadi berbalik arah melawan temannya sendiri. Satu persatu dari mereka mulai tergeletak tak bernyawa, tinggal satu orang lagi yang masih berdiri tegak dengan 4 tusukan di tubuhnya.

"Alfa, kepalamu harus kubawa pulang sebagai bukti kalau kau sudah kuhabisi!". Ucap penjahat itu, "Matilah kau. ..." teriaknya kembali.

Hujan mulai mengiringi pertarungan mereka, dan matahari pun kembali pada peraduannya.

"Kau sudah kalah, tidurlah dengan tenang! Temuilah teman-temanmu di neraka!" ucap Alfa, sejenak penjahat tadi terdiam dengan hunusan pedang yang ada di dadanya. Darah terus mengalir deras dari tubuhnya, namun ia masih berusaha untuk berdiri tegak.

"Uhkk ... aku harus membawa kepalamu!" rintihnya.

Tubuh gagah nan kokoh perlahan mulai kehilangan kesadarannya lalu tumbang di kubangan darahnya.
Gubuk yang mereka tempati kini sudah menjadi hancur berkeping-keping. Para penjahat tadi sudah terkapar tak bernyawa lagi, kemudian Ki Aji dan Alfa bergegas pergi dari tempat itu. Karena mereka yakin akan ada banyak para penjahat lagi yang akan datang menyusul sebelas orang tadi yang sudah tewas di tangan mereka.

"Ki Aji sebaiknya kita segera kabur ke tengah hutan, mungkin di sana lebih aman". Ajak Alfa, lalu Ki Aji menganggukan kepalanya tanda setuju. Dengan sangat cepat Alfa membawa terbang Ki Aji ke tengah hutan.
Sesampainya di tengah hutan, bumi sudah semakin gelap. Suara-suara penghuni hutan sangat terdengar jelas dan satu sama lain saling bersautan.

"Kita istirahat di sini saja Ki!"
"Baiklah".

Alfa mengeluarkan benda seperti bola kecil dari tas kecil yang ada di samping celananya. Ia menekan bola kecil tersebut lalu seketika membesar dan menjadi tempat bernaung mereka.

NEGERI ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang