5. Takdir

15 2 0
                                    

"Apa takdir sebercanda ini, mempertemukanku dengan kamu yang disukai banyak orang?"

🍃🍃🍃🍃


Sana yang melihat kejadian Noval dengan Iva buru-buru mengikuti keluar kantin.

"Dasar murahan, udah berani deketin dua pangeran SMA Bintang ternyata. Awas aja, hidup lo gak akan tenang lagi." Batin Sana setelah melihat Noval mengelus rambut Iva.

Iva dan Noval kembali memasuki kantin sekolah. Iva duduk kembali di mejanya bersama Stila sedangkan Ray sudah kembali ke meja pojok kantin. Noval pun ikut kembali ke pojok kantin bergabung bersama Ray dan Boy.

Sekarang giliran geng PALIZ menghampiri meja tempat Iva dan Stila makan. Sana mulai duduk didepan Iva sambil menatap jijik ke arah Iva. Stila bales melotot sedangkan Iva hanya santai saja sambil memakan baksonya.

"Hey, rambut matahari. Lo jadi cewek gak usah kecantikan deh, gak pantes lo deketin Ray sama Noval, ya? Murahan banget tau gak sih lo?!" Ujar Sana dengan nada penuh penekanan ke arah Iva.

Iva yang mulai kesal karena sejak daritadi belum sempat menghabiskan semangkuk baksonya, "Terus kalo emang aku cantik, kamu bisa apa?"

Stila terlihat menahan tawanya medengar jawaban sahabatnya itu.

"Yak! Lo pikir cewek murahan kayak lo beneran cantik? Tanya semua siswa SMA Bintang mana ada yang lebih cantik dari gue?!" Ujar Sana kembali yang terlihat geram mendengar jawaban dari Iva.

"Berhenti sebut aku murahan!!!" jawab Iva dengan keras sambil berdiri dan menggebrak meja. Stila yang berada disampingnya mulai terlihat tidak enak karena sekarang mereka menjadi pusat perhatian kantin.

Sana dan gengnya juga ikut berdiri, "Emang gitu kenyataannya. Ngaku deh lo, cewek model kayak lo emang gak pantes dapetin mereka."

Iva mulai terpancing emosinya karena disebut murahan oleh Sana. Lensa mata Iva mulai berubah menjadi biru. Meja disepannya sudah mulai bergetar. Sana mulai merasakannya dan terlihat menjadi ketakutan, apalagi dengan melihat Iva menatap tajam kearahnya.

Noval yang melihatnya ingin segera menghampiri meja Iva, namun tangannya dipegang oleh Ray yang menyuruhnya untuk duduk. Noval hanya bisa pasrah ditarik Ray daripada nanti masalah semakin besar jika ikut campur urusan mereka.

"Tapi bagaimana dengan Iva? Haruskah dia menghampirinya?" batin Noval dengan waspada menatap ke arah meja Iva.

Bel masuk berbunyi, sehingga mengganggu konsentrasi Iva untuk memberikan pelajaran ke Sana. Dengan menarik nafas pelan, akhirnya lensa mata Iva kembali berwarna coklat.

"Mungkin ini belum saatnya." batin Iva sambil menutup mata dan berlari segera meninggalkan kantin tanpa menghiraukan tatapan kebingungan Sana dan gengnya.

"Woy, Iva! Tungguin gue!" teriak Stila sambil berlari juga mengekori Iva keluar kantin.

"Gengs, tadi kalian liat ada yang aneh gak sih dari Iva? Gue rasa dia nyembunyiin sesuatu deh," bisik Sana kepada gengnya.

"Gue juga ngerasa aneh sama Iva. Masa tadi mejanya geter sendiri." Jawab salah satu temen geng Sana.

"Hm, ada yang mencurigakan dari Iva. Gue harus cari kelemahan dia apa," ujar Sana sambil tersenyum miring.

Setelah kejadian di kantin tadi, Ray dan kawan-kawannya beranjak dari meja kantin menghampiri Sana.

Tatapan tajam Ray ke arah Sana dengan tangan dimasukkan ke kantong celananya, "Gue rasa lo disini yang kepedean, lo gak cantik sama sekali di mata gue"

Ray dan temannya langsung melengos pergi keluar kantin. Sana mendengarnya hanya mendengus kesal, karena cowok yang ditaksirnya sudah menolaknya.

"Ini semua gara-gara Iva! Sialan!" teriak Sana sambil menghentakan kakinya keras keluar kantin.

Bel sekolah berbunyi, tanda yang paling disukai semua siswa SMA Bintang.

"Iva, maaf ya, gue gak bisa pulang bareng lo, soalnya bokap gue udah jemput disuruh buru-buru pulang karena ada acara keluarga." ujar Stila dengan rasa bersalah.

"Iya gak papa, santai aja, kayak sama siapa. Ya udah, sana buruan nanti bokap nungguin kelamaan." Jawab Iva sambil tersenyum.

"Ngusir nih." kata Stila

"Ya sedikit."

Melihat ekspresi Stila membuat Iva menahan tawanya.

"Ya udah, gue duluan ya, Va. Bye!" ujar Stila sambil melambaikan tangan meninggalkan kelas.

"Byeeee"

Setelah kepergian Stila, Iva buru-buru berkemas takut ketinggalan bus karena hari sudah sore. Kelas Iva juga sudah sepi hanya ada dirinya dan tiga orang sedang piket. Keluar kelas, Iva menabrak orang lagi karena dia berjalan menunduk.

"Aw! Aishhh" Gumam Iva sambil memegang dahinya.

"Kebiasan lo, kalo jalan gak liat depan" ujar Ray.

"Biarin"

"Sekarang lo, pulang bareng gue, gak ada penolakan."

"Gak mau, nanti ada yang liat gimana? Gosip itu kejam"

"Kan lo harus turutin kata gue, kalo gak gue bisa laporin ke bokap gue, ada orang yang bikin kepala gue benjol, terus lo bisa..."

"Aish. Nyebelin banget sih! Ya udah ayo!" jawab Iva kesal sambil berjalan terlebih dahulu ke arah parkir.

"Kalah kan lo, gemes banget sih," gumam Ray dalam hati sambil tersenyum tipis penuh kemenangan.

Dari arah belakang mereka ada yang diam-diam memperhatikan interaksi mereka berdua sambil menghembuskan nafas pasrah.

-bersambung

- Iva Manuela -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Iva Manuela -

Ada yang bisa tebak siapa yang lagi liatin Ray dan Iva???

Lanjut tidak nih? Kasih comment dong biar author semangat! Hehe

Share ceritanya ke temen, saudara, pacar, atau orang tersayang ya. Thank you yang udah baca.🙏

-Luvemcy💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FORZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang