25. Rumah Sakit

66.1K 5.3K 85
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya
ajak teman-teman kalian untuk baca cerita ini juga biar rame okey?

•••

Inti Ascencio, beserta tiga orang Alenoz, masih setia menunggu di bangku seberang ruangan ICU dengan rasa khawatir yang menggebu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inti Ascencio, beserta tiga orang Alenoz, masih setia menunggu di bangku seberang ruangan ICU dengan rasa khawatir yang menggebu.

Arsen tiada hentinya mondar-mandir kesana kemari, kemudian kembali duduk lagi, hal itu terus terulang sampai yang melihatnya itu pusing sendiri.

"Sen, duduk yang tenang, Alanna pasti baik-baik aja percaya sama gue," ucap Rizky yang berusaha menenangkan Arsen.

Arsen menepis tangan Rizky dengan kasar. "Gimana gue bisa tenang, hah?! Kalo Alanna nggak baik-baik aja gimana, Ky?" Arsen membentak sambil menunjuk ruangan ICU.

Rizky memejamkan matanya sejenak. "Iya, gue tau. Duduk dulu, biarin lo tenang—" nafas Rizky sedikit terengah. "Alanna pasti baik-baik aja."

Akhirnya Arsen menurut. Ia duduk di kursi samping Rizky. Ia menunduk untuk menyembunyikan kekhawatirannya.

Mendengar nada tinggi dari suara Arsen yang sangat ngegas, Pangeran jadi terkejut. "Buset, Sen! Ini rumah sakit, jangan teriak-teriak napa!" ucap Pangeran.

Panji menyenggol lengan Pangeran. "Lo ya jangan teriak juga anjim. Jangan ngerusak suasana!" bisik Panji dengan sedikit penekanan.

Pangeran menyengir. "Sorry sorry, kebawa emosi. Lagian si Bos nggak mau tenang sih, percaya deh Alanna bakal baik-baik aja."

"Ya lo mikir dikit lah, Pan, cowok mana yang nggak khawatir pacarnya kecelakaan kayak gini. Kelamaan jomblo sih ilmu lo transparan!" ledek Gerald yang mulai gemas.

Pangeran menatap Gerald dengan wajah melas. "Lo kalo ngeledek gue mampus bener ya, sakit hati gue."

Gerald membuang muka. Capek menggubris Pangeran nggak ada beresnya.

"Anjing emang Junior! Ketemu gue gelindingin tuh anak di rel kereta mati aja sekalian!" gerutu Pangeran.

"Ssshhttt! Berisik!" balas Geri yang akhirnya Pangeran diam dan menciut.

"Pan, please, jangan ulah!" sambung Samudra.

"Oke. Gue diem." jawab Pangeran dengan polos.

Arsen bangkit lagi dan terus mondar mandir, sesekali ia mencoba mengintip melalui kaca ruangan itu namun tetap saja hasilnya belum keluar.

Tidak hanya Arsen, Jihan pun sama khawatirnya. Sedari tadi, ia diam menunduk menahan diri agar tidak menangis. Gentha yang duduk di samping kanannya itu berusaha menenangkan Jihan.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang