Chapter 2

33 5 1
                                    

Mencari tahu

Mencari seseorang yang telah menaklukan hatimu itu
adalah  mencari kehidupan untuk memberi warna pada hidupmu.


                                  ***

SMA Permata Kasih
Pukul 07.40

Darma

Pukul tujuh empat puluh menit aku sudah berada di dalam kelas untuk menunggu seseorang. Jujur aku tak pernah datang sepagi ini, palingan aku baru sampai ke kelas di saat pertengahan jam pelajaran pertama atau kalau malas menghampiri, aku pergi ke loteng sekolah untuk tidur menikmati hembusan angin.

Bisa di bilang aku adalah siswa yang sering masuk ke ruang BK karena ke salahan, entah itu karena telat masuk sekolah, bolos atau berkelahi dengan siswa yang membuat onar di sekolah.

Tapi walaupun tingkahku seperti itu, nilai yang aku dapatkan di kelas tak pernah merah, jangan kira itu hasil contekan itu adalah nilai murni yang kuperoleh sediri. Mungkin kepintaranku ini aku dapatkan dari ibuku, karena waktu SMA beliau selalu mendapat juara kelas.

Jangan mengira juga, aku tidak belajar di rumah karena itu adalah pemikiran yang salah.

Tak lama menunggu, akhirnya dia datang.

“Pagi Men” sapa Reytan kepadaku.

“Tumben lo pagi-pagi udah di kelas, abis kesambet apaan tadi  malem hahaha” ledeknya.

Tanpa menjawab ledekannya, aku yang duduk bersandar di bangku dengan memejamkan mata, langsung menanyak tentang gadis itu kepada Reytan.

“Siapa tu cewek?” tanyaku.

“Cewek, mana?” jawabnya heran sambil menengok ke belakang apakah ada cewek yang mengikutinya.

“Kemarin di depen toko kue. Itu pacar lo?” tanyaku dengan menatap Reytan yang masih berdiri di depanku.

Bukannya menjawab pertanyaanku dia malah tertawa.

“ Pacar? Lo cemburu ya gue deket sama cewek, hahahha” ledeknya lalu duduk di sebelahku.

“Njir lo. Gue serius.” Jawabku dan memukul kepala Reytan.

“Itu cewek,  sahabat gue. Dan itu to…” belum selesai Reytan menjawab, aku memotong perkataannya dengan menanyakan nama gadis itu.

Untuk mengetahui nama gadis itu aku harus memberikannya imbalan sebagai gantinya.

Sebagai imbalannya, dia meminta untuk di teraktir makan tiga kali di kantin sekolah. Tanpa berpikir aku langsung mengiyakan, dia kegirangan seperti anak kecil yang baru mendapatkan permen. Emang dasar nih bocah, untung saja dia adalah sahabatku kalau bukan sudah aku gampar ni anak.

“Dar, lo  mau kemana? Ini bel masuk bakal bunyi” teriak Reytan kepadaku yang  berjalan keluar meninggalkan kelas. Aku hanya membalas dengan lambaian tanpa menoleh kepadanya dan tersenyum.


Tetap tunggu kelanjutannya ya 😉. Karena menunggu sesuatu yang pasti itu tidak akan mengecewakan. 💕😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tirai SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang