Two

30 8 8
                                    

"Oh double shit! Aku tidak tau dia siapa dan sekarang aku diminta untuk mencari keluarganya. Orang itu benar benar merepotkanku huh!" Shella berteriak dalam hatinya. Itu membuatnya semakin pusing dan akhirnya

Gedubruk!

"Dokter cepat tolong kakak saya" Shella pingsan. Fahri dengan sigap menangkap Shella. Dokter dan Fahri segera membawa Shella ke UGD. Untung jarak IGD dan UGD tidak terlalu jauh. Itu cukup membantu.

10 menit kemudian

"Bagaimana dengan kondisi kakak saya?" Fahri yang teramat khawatir dengan kondisi kakaknya langsung menanyakan itu ketika dokter keluar ruangan.

"Maag kakak kamu kambuh lagi. Apa dari pagi dia belum makan? Ditambah lagi sepertinya dia banyak pikiran. Itu membuatnya menjadi pingsan. Sebaiknya kamu lebih memperhatikan pola makannya karena maag yang diderita kakakmu sudah cukup parah. Dan sebaiknya dia dirawat disini untuk beberapa hari"

"Baik dok. Apa saya boleh masuk?"

"Tunggu sebentar setelah kakakmu dipindahkan ke ruang rawat biasa"

"Baik dok"

Dokter sudah pergi. Sekarang hanya ada Fahri yang bingung dan Shella yang terbaring lemah.

Fahri PoV On.
Kak Shella sedang sakit. Aku sungguh khawatir dia kenapa napa. Aku menyayanginya. Bukan rasa sayang seorang adik ke kakak. Tapi lebih dari itu. Aku menyanyangi Shella sebagai seorang wanita. Aku tau ini diluar nalar. Tapi apa boleh buat? Perasaan itu sudah ada sejak dulu. Lama sekali. Bahkan aku sudah mencoba untuk melupakannya. Tapi apa daya. Itu terlalu susah untuk kulakukan.

"Shella,maafkan aku yang tak bisa menjagamu" Kubisikkan itu kepada Shella yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Tepatnya di kamar Melati nomor 03.

Ku tatap Shella dengan intens. Lalu tak sadar liquid bening jatuh dari mataku. Ya. Aku menangis. Aku tak kuat melihat Shella yang berwajah pucat. Itu sungguh menyesakkan hatiku. Kuputuskan untuk menggenggam tangan Shella. Seorang kakak pujaan hatiku.

"Shella tolong maafkan aku. Kau begini karenaku. Aku benar benar minta maaf Shella. Tolong cepatlah sembuh" Singkat,ku kecup kening Shella. Aku hanya berani melakukan itu ketika Shella sedang tidak sadarkan diri. Maaf,aku terlalu pengecut untuk menunjukkan rasa sayang ini secara blak blak an kepadanya. Lalu karena merasa lelah,aku memilih untuk tidur disampingnya sambil menggenggam tangan mungil orang yang kusayang itu.
Fahri PoV End.

Keesokan harinya,

Sinar mentari memasuki celah rumah sakit. Itu cukup menyilaukan hingga membuat seorang yang sedang terbaring di ranjang mengerjapkan matanya.

"Umm.. Silau" seorang gadis berbicara dengan lemah.

"Fahri.. Fahri.. Cepatlah bangun" gadis itu mencoba membangunkan sosok laki laki yang tertidur disampingnya.

"Ya.. Kenapa kak?" Fahri sudah terbangun dan langsung melepas genggaman tangannya. Huh,untung saja Shella tidak menyadarinya.

"Silauu"

"Oh baiklah aku akan menutup kordennya" Fahri langsung berdiri dan menutup korden ruang rumah sakit ini.

"Fahri aku lapar dan haus"

"Cepat minumlah ini kak" Fahri dengan sigap memberi segelas air kepada Shella. Shella menerimanya. "Kak tunggu disini,aku akan membelikanmu makanan"

"Jangan terlalu lama. Aku takut sendirian"

"Tidak akan kak. Aku tidak akan membuatmu menunggu lebih dari 5 menit"

Sesaat setelah Fahri pergi Shella baru menyadari sesuatu. Ia berada di rumah sakit. Sebagai orang yang dirawat. Bukan sebagai orang yang menjaga seorang korban kecelakaan kemarin malam. Sungguh bodoh sekali Shella baru menyadarinya sekarang. Kadang,otak lemotnya itu membuat dirinya kesal huh. Baiklah,nanti setelah Fahri datang ia akan menanyakan ini.

Lonely Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang