02

628 40 6
                                    

Flashback mode on

"Hidup Putri Elsa!"

"Hidup!"

Raja Arrendle mengangkat sebelah tangannya tanda agar rakyatnya berhenti bersorak.

Mereka sedang menyambut kedatangan calon ratu mereka yang baru saja pulang berperang melawan penyihir jahat.

Sebenarnya sudah ada ketentuan bahwa para Blackwitch harus menjauhi wilayah kerajaan Arrendle setelah kekalahan mereka dimasa lalu.Selama berjuta-juta tahun lamanya para penyihir hitam tersebut memauhi ketentuan yang telah ditetapkan,namun entah kenapa akhir-akhir ini mereka muncul kembali.

Awalnya mereka melakukan teror dengan mengirimkan beruang-beruang marah untuk menghancurkan wilayah kerajaan.Bukan hal yang sulit bagi pihak kerajaan untuk mengatasi teror tersebut,tetapi mereka harus tetap berhati-hati,mereka tidak boleh menyakiti apalagi sampai membunuh beruang karna bagi masyarakat mereka,beruang adalah hewan suci.

Semakin hari,para penyihir hitam tersebut semakin gencar melakukan penyerangan.Dimulai dari menghancurkan pos perbatasan dan membunuh penjaga perbatasan,mengirim wabah penyakit,menyusup dan melukai pegawai kerajaan,sampai meracuni raja Arrendle.

Sampai pada akhirnya Putri Elsa harus maju ke medan perang dikarenakan ayahnya harus menjalani pengobatan.

"Baginda Raja!Waktunya pemeriksaan rutin."

Sang raja tersenyum teduh kepada tabib istana.Sebenarnya Rora adalah tabib yang bertugas di wilayah perbatasan,namun karena tabib istana yang biasanya mendadak meninggal dunia makadari itu Rora diminta datang.Selain itu dari pengalaman bekerja di perbatasan,Rora dianggap lebih mumpuni karna terbiasa bersentuhan langsung dengan orang yang terkena sihir hitam.

"Semuanya bagus.Tetapi anda harus mengurangi beban pikiran anda,kalau Baginda tidak keberatan hamba dengan senang hati akan mendengarkan." Kata Rora sambil duduk bersimpuh.Ia bisa mengerti bahwa tanggung jawab seorang raja sangatlah besar.Penyakit bukanlah penghambat satu-satunya bagi kesembuhan tetapi mandat untuk melindungi dan menyejahterakan rakyatlah yang lebih mengusiknya.

"Aku mengkhawatirkan rakyatku,terlebih lagi putriku.Rasanya baru kemarin aku menimangnya saat ia terbangun di tengah malam dan sekarang dia harus memimpin pasukannya untuk menyelamatkan rakyat Arrandel yang sebenarnya adalah kewajibanku."

Rora turut prihatin.Kalau ia sudah jadi orangtua,dia pasti juga akan merasakan hal yang sama.Kalau boleh ia bersikap egois,ia lebih memilih menyembunyikan anaknya dibanding memberinya tiket langsung menuju kematian.

"Hamba mungkin tidak tahu bagaimana rasanya menjadi anda,namun menurut hamba kepergian tuan putri bukanlah kesalahan.Cepat atau lambat dia akan memimpin pasukannya ke medan perang.Dan kalau Baginda lupa,dalam tubuh Putri Elsa mengalir darah para kesatria Arrendle,putri pasti akan pulang membawa kemenangan."

Sang raja menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan.
"Terimakasih Rora,sekarang aku merasa lebih baik."

"Sudah menjadi kewajiban hamba yang mulia."

Rora berdiri lalu menunduk sebelum pergi meninggalkan raja.

Tanpa Rora sadari,sang raja terus memperhatikan sampai ia tidak terlihat dari pandangan.Semenjak meninggalnya ibu Putri Elsa sewaktu melahirkan sang putri,ia tidak pernah selepas itu membagi beban pikirannya kepada orang lain.Namun entah kenapa akhir-akhir ini sang raja merasa nyaman atas kehadiran seorang wanita,ia merasa Rora mampu mengisi kekosongannya.

Belum selesai dengan lamunannya,tiba-tiba seorang pengawal berlari tergopoh-gopoh menemuinya.

"Mohon maaf baginda,Putri Elsa dan pasukannya sudah kembali membawa kemenangan."


Princess ElsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang