Deburan ombak terdengar merdu ditemani dengan indahnya langit jingga yang bertukar dengan malam, angin pelan menerbangkan helai rambut yang membuat gadis itu terlihat mempesona.
"Hmm... Sebentar lagi waktu maghrib." Gumamnya sembari melihat jam tangannya.
Rumah yang tidak beraturan semuanya berantakan, banyak pecahan kaca tersebar di lantai. Dengan hati-hati ia melangkah masuk, di sebuah ruangan ada seorang wanita yang tengah terbaring sambil menangis.
Isak tangisnya terdengar begitu menyayat hati gadis itu, wanita itu adalah ibunya. Sementara itu dia melihat sang ayah tengah duduk menonton televisi sembari menggendong adiknya yang masih balita.
Terlihat raut wajah bekas amarah tergambar diwajah sang ayah, gadis itu menghindari bertemu dengan orangtuanya dengan segera masuk kedalam kamarnya.
Beberapa jam sebelumnya.
"Tidak bisakah kau tidak pelit satu kali saja!" Terdengar suara wanita yang seperti tertekan dan menyiratkan amarah.
"Kalau kau mau itu, seharusnya kau beli sendiri saja. Mana uang yang biasa ku berikan?" Balas seorang pria dengan nada tinggi.Diruangan lain dirumah itu ada seorang gadis yang tengah bermain bersama sang adik, dia awalnya tidak peduli dengan pertengkaran orangtuanya karena dia telah terbiasa. Tetapi suara benda pecah membuatnya terkejut, sehingga dia menghampiri sumber suara.
Terlihat ibunya terduduk dilantai dihadapannya gadis itu melihat sang ayah melemparkan sebungkus minuman kepada sang ibu, tidak hanya bungkus minuman. Sang ayah melemparkan buah sirsak yang masih utuh ke dinding hingga bekasnya terlihat begitu jelas.
Gadis itu terkejut dan marah, dia muak melihat kedua orangtuanya yang selalu bertengkar dikarenakan uang. Hatinya terguncang, saking marahnya dia membanting pintu kamarnya sampai orangtuanya terkejut.
Dia berteriak-teriak seperti mulai gila, dia sudah lelah dengan semua perkelahian rumah tangga yang disebabkan hal selalu sama. Ibunya masuk kedalam kamar begitu juga ayahnya, mereka berusaha menenangkan sang anak yang sudah mulai stres.
"Alya, maafkan ibu nak."
"Hei Alya, nak tenang nak"
Mereka berusaha menangkan anak mereka yang bernama Alya, beberapa saat kemudian keadaan sudah mulai tenang namun rumah menjadi hening.
Akhirnya Alya memutuskan keluar rumah lewat jendela kamarnya, karena kamarnya berada diposisi paling depan memudahkannya untuk kabur.
Sekarang Alya tertidur lelap karena sangat lelah meski hal itu berlalu beberapa jam saja, pikirannya terkuras. Sebagai anak dia ingin membuat orangtuanya bahagia, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dia siswa yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Keesokan paginya Alya tetap pergi ke sekolah meski keadaanya masih hening yang terdengar hanya suara benda-benda yang ada dirumah, ibunya tetap bangun untuk memasak dan ayahnya sudah pagi-pagi sekali pergi ke kantor.
Alya tetap sarapan sambil sesekali menatap ibunya yang juga sedang makan, ada sesuatu yang mengganjal di hati Alya namun tidak tahu itu apa.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini ibu akan membagikan hasil ulangan kenaikan kelas kalian."
Mimpi buruk yang ditakutkan oleh Alya ternyata terwujud perasaan tidak nyaman yang dia rasakan rupanya berasal dari pengumuman guru, wajah Alya berubah menjadi pucat pasi mendengar nilai ujian akhir akan dibagikan yang artinya pembagian rapor akan segera dilaksanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Light
General FictionApa itu dibalik cahaya? Mengapa kamu menuntunku kembali? Ini mustahil manusia tidak dapat mengembalikan apa yang sudah rusak.