Hujan deras telah mengguyur semenjak pagi.
Di tengah hutan itu, para kadet melaksanakan latihan militer dengan berlari sejauh 7km sambil membawa beban.
Di suatu tempat di dalam hutan, ada seorang gadis berambut putih sedang berlari menelusuri jalan setapak. Manik biru miliknya melirik banyak jejak kaki yang terbentuk karena tanah yang basah. Senyum terukir, gadis itu menambah kecepatan lari saat melihat dua orang yang berada tak jauh di depannya.
Mereka adalah laki-laki berambut pirang yang memiliki selisih tinggi jauh berbeda.
Ada Reiner yang memiliki tubuh kekar dan besar, dan ada Armin yang memiliki tubuh lebih pendek.
Ilse yang telah menyusul mereka, menaruh perhatian pada Armin yang berwajah pucat.
"..Hei, Armin. Apa kau baik-baik saja? Mau berhenti sebentar?"
Armin menoleh, ia terengah-engah. "A-aku baik baik saja Ilse. Jangan khawatir..aku pasti bisa melakukannya!!!"
"Armin!! Jika kau lemah begitu bisa-bisa nanti akan dieliminasi!" Reiner berceloteh. Laki-laki kekar itu mengambil tas Armin dan mengangkatnya secara tiba-tiba.
*Clak*clak*
Terdengar suara bunyi percikan air di belakang mereka, Ilse pun melirik secara diam-diam.
Ada kuda yang berlari menembus hujan deras, dan di atasnya terdapat seorang pria bermantel yang tengah mengawasi para kadet.
Ilse lalu menyikut pelan sambil berbisik pada Reiner di sebelahnya. "Ada paman botak itu lagi! Sebaiknya kau mengembalikan tas Armin!"
Armin yang sadar pun dengan inisiatif mengambil tasnya. Pemuda berambut kuning pekat itu kemudian berlari mendahului dua orang di belakangnya untuk membuktikan diri bahwa ia pun juga mampu.
Gadis berambut putih tertawa kecil membuat pria kekar di sebelahnya kebingungan. Saat ditanya kenapa, Ilse hanya menggeleng pelan.
"Bukankah dengan melihat tekad Armin membuatmu jadi terpacu juga? Haha. Sepertinya sekarang aku harus pergi untuk menyusul Eren dan Mikasa di garis depan."
Ilse menepuk pundak Reiner kemudian berlari lebih cepat menelusuri hutan. Langkah kakinya yang ringan itu membantunya untuk tidak terhambat di tanah yang becek.
Armin dan Reiner menatap aneh, bahkan instruktur Keith Shadis pun sempat menaruh curiga saat mengawasi Ilse.
Setelah berlari tak jauh dari tempat Armin dan Reiner berada, dua orang yang dicari pun kini terlihat.
Ilse lalu bersorak pada mereka. "Eren! Mikasa! Tidak ada orang lain lagi setelah aku, jadi kalian bisa santai sedikit hingga tiba di garis finish!"
Eren yang mendengar suara familiar itu lantas menaikkan satu alisnya sambil tertawa. "Haha!! Aku tidak akan berhenti sampai posisi pertama itu menjadi milikku!"
"Tidak perlu buru-buru begitu, Eren. Kau harus menyimpan tenaga untuk combat hand to hand setiba di barak nanti." Gadis berambut hitam berkata membuat dua orang di dekatnya lantas kaget.
"A-apa? Masih ada latihan lagi setelah ini?"
Ilse tertegun tidak percaya. Sementara laki-laki di sampingnya mengepal tangan dengan semangat yang membara.
"Bagus! Kalau begitu tidak ada waktu untuk bersantai!!"
"Hanya orang gila sepertimu yang berpikir begitu!"
Lama berbincang, akhirnya mereka pun sampai di garis finish. Namun ada yang berbeda pada latihan hari itu yang membuat Eren, Ilse, dan Mikasa berjalan lebih lambat saat memasuki gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Natives • SNK (Rework)
FanfictionIlse Bertha adalah satu-satunya kadet yang lulus lebih awal di angkatan ke-104. Ilse sendiri tak menyangka bahwa ia akan diterima oleh salah satu bagian militer yang terkenal paling berani sekaligus gila; pasukan pengintai. Selain bakat dan kemamp...