Satu: Babu

3.1K 97 15
                                    

Akan ada saatnya, kamu harus keluar dari zona nyamanmu. Karena hidup bukan hanya tentang kenyamanan. Tapi ada juga sebuah kesulitan yang bersahabat dengan rasa nyaman.

***

Matematika adalah pelajaran paling dihindari siswa-siswi kebanyakan. Mereka pasti selalu berpikiran untuk menghindari satu pelajaran ini. Bahkan ada yang rela masuk kelas IPS supaya tidak bertemu dengan pelajaran memusingkan satu ini. Sayangnya, mau mereka memilih kelas apapun, matematika akan selalu menggentayangi mereka.

"Kerjakan soal latihan halaman 201." titah Pak Rian yang bernotabene sebagai guru matematika. Tentu saja perintah itu disambut dengan helaan napas berat siswa-siswi kelas XI IPS-1. Kecuali satu cewek yang duduk di barisan kedua paling pojok dekat jendela. Dia dengan senang hati mulai mencoret-coret buku latihan matematikanya.

"Buat apaan coba gue nyari huruf a sama x, kalau gak jodoh gak akan ketemu!" keluh Chila seraya membolak-balik buku paketnya. Ia melihat Ivona yang sudah hampir selesai, dengan senyuman andalan yang ia punya, ia terus menatap Ivona tanpa berpaling.

"Lo gak suka sesama jenis, kan Chil? Tatapan lo bikin gue merinding." Ivona menutup buku latihannya karena sudah selesai seraya menatap Chila ngeri.

"Na, gue liat jawaban lo! Nomor satu sampai lima doang, kok!" Pinta Chila masih dengan senyuman termanisnya.

"Doang? Soalnya kan cuma lima, Chila!" Ucap Ivona gemas seraya menyerahkan buku latihannya. Meskipun memiliki otak di atas teman-temannya, Ivona tidak pernah pelit memberikan contekan. Mungkin itulah sebabnya ia disukai oleh teman-teman sekelasnya.

Chila menerima buku Ivona dengan senang hati. Dia sangat beruntung karena dulu lebih memilih duduk dengan Ivona saat pertama masuk sekolah. Jadinya kan nilainya kecipratan besar. Dengan cekatan, Chila menuliskan jawaban beserta caranya sama persis seperti milik Ivona.

"Otak lo dibuat dari apa, sih Na?" Tanya Chila masih fokus mengerjakan eh maksudnya menyalin tugas teman yang sudah ia anggap sahabat.

"Sama aja kayak lo. Lagian itu kan pelajaran SMP yang diulang lagi."

Chila menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Bagaimana Ivona masih bisa mengingat pelajaran SMP? Dia saja sudah lupa apa yang dijelaskan Pak Rian barusan. Pantas saja peringkatnya dan milik Ivona terlampau jauh.

"Sebentar lagi ulangan semester ganjil, Chil. Lo udah belajar?" Tanya Ivona seraya membaca buku paketnya. Chila saja sampai bergidik ngeri membayangkan sesuka apa sahabatnya ini pada angka.

"Santuy, kita satu ruangan kalau ulangan. Gue bisa nanya sama lo deh!" Chila mengerling seraya menyerahkan buku Ivona yang sudah selesai ia salin. Ivona hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sahabatnya ini sangatlah malas kalau disuruh belajar. Memang sih, mereka berada di satu ruangan saat ulangan karena absen mereka yang berdekatan. Tapi tetap saja jaraknya jauh. Yang jelas Chila punya beragam cara untuk memanggilnya dari ujung ke ujung untuk menanyai jawaban.

Bel istirahat membuat satu kelas memekik terkejut. Pasalnya mereka belum selesai mengerjakan soal. Tentu saja kepanikan melanda seketika.

"Ivona, kumpulkan tugasnya ke ruangan saya." ucap Pak Rian sebelum meninggalkan kelas.

Sepergian Pak Rian, nama Ivona mendadak menjadi terkenal. Di sudut ruangan, di barisan paling depan, di barisan paling tengah, semuanya menyebut nama Ivona. Bahkan tak sedikit pula yang langsung menghampiri meja Ivona dan Chila.

"Ivona yang cantik nan baik hati! Gue liat punya lo dong!"

"Ivona bantuin gue! Pak Rian gak akan ngelepasin gue kalau nilai gue jelek!"

Badboy Vs. GoodboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang