O1 | Variabel Tak Terkendali

298 35 2
                                    

ㅤPemuda itu diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤPemuda itu diam. Duduk termenung di atas pembatas jalan dengan buku hitam legam nan elegan di sisi kanannya. Sudah berjam-jam ia di sana. Berdiam diri, seakan mencoba mengalahkan eloknya karya seni buatan manusia yang berada di ujung jalan. Lusinan mobil yang berlalu-lalang menghalangi pemandangan pun tak ia indahkan. Tatapannya hanya terpaku pada seseorang.

ㅤDan seseorang yang tidak beruntung itu adalah gadis dengan rambut panjang sepinggang. Mata dan bibir tipis yang tajam. Serta tubuh ramping nan tinggi menjulang. Seorang gadis yang indah, gadis yang mungkin saja diidam-idamkan semua orang. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaannya itu tersimpan cerita yang mendalam? Kisah yang tak lagi dapat ia tahan. Kisah cinta yang tidak pernah berjalan mulus. Tidak hanya cinta, kehidupannya pun tidak pernah bagus.

ㅤIba? Tidak. Pemuda itu tidak sama sekali iba. Apalagi merasa jatuh cinta. Lalu untuk apa ia menatap gadis itu selama berjam-jam? Jawabannya, pekerjaan.

ㅤTatapannya tak luput dari pergerakan gadis yang kini tengah dimarahi akibat kecerobohannya sendiri. Dengan segera tangan lentiknya merogoh topo di seragamnya. Membersihkan genangan air yang berceceran dari atas meja. Huh, gadis malang.

ㅤKemudian seseorang datang menghampiri. Menepuk pundaknya yang seketika meluruh seperti runtuhan bumi. Dunianya hancur kala mengetahui si pemilik tangan adalah orang yang selalu ia hindari. Sang mantan kekasih.

ㅤ"Apalagi? Aku kan sudah bilang untuk berhenti mengikutiku, Yeonjun!" seru gadis tersebut begitu mereka tiba di luar cafe.

ㅤ"Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun. Tidakkah kau tahu?" lanjut sang gadis dengan tangis yang hampir pecah.

ㅤSebenarnya menguping bukan salah satu tugasnya, tapi mau bagaimana? Salahkan Tuhan Agung yang memberikannya kelebihan. Toh, ini bisa jadi hiburan penghilang penat. Sedikit bayaran untuk waktunya yang terbuang selama berjam-jam.

ㅤ"Hei, hei, dengarkan aku dulu!" seru pemuda bernama Yeonjun itu sembari mencengkeram pundak sang gadis.

ㅤNamun, sang gadis dengan cepat memberontak, "Aku bukan lagi orang yang sama, Yeonjun! Pergilah!!"

ㅤLagi-lagi Yeonjun mencekal lengannya, "Bukankah kau membutuhkan uang? Temanku bersedia membayar sesuai—"

ㅤPlakk!!

ㅤOh, tidak, seharusnya pemuda itu tahu kalau ini adalah drama picisan. Dia begitu membencinya.

ㅤ"Apa maksudmu?! Aku tidak semurah itu, berengsek!"

ㅤSang pemuda hanya menggeleng menatap targetnya yang menjauhi mantan kekasih. Dengan gerakan pasti jemarinya mulai merogoh saku di dalam mantel. Sebuah pena hitam bertinta pekat telah ada di dalam genggaman. Sedikit lagi.

ㅤ"Ya! Tidak bisakah kau mendengarkanku terlebih dahulu?!" seru Yeonjun sembari menangkap sang gadis.

ㅤ"Berhenti, sialan! Aku bilang tidak!"

[2] DEATH ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang