2. Permen

24 2 0
                                    

Vanila sedang sibuk menuliskan resep yang akan dia praktekan besok pagi. Sebuah tangan menepuk bahu Vanila.

"Ada apa za?" tanya Vanila.

"Ini buat lo, dari Vebian." kata Moza sambil mengulurkan permen kiss, Vanila membalikan badannya menatap pria yang ada dibelakangnya.

"Makasih." ucap Vanila, Vanila membaca tulisan yang berada di belakang bungkus coklat tersebut 'I Love you'. Seketika pipi Vanila menjadi merona.

"Vebian!" panggil Vanila, Vebian yang merasa di panggil itu menatap Vanila.
"I Love you too" ujar Vanila lugu. Sedari tadi Febriyan dan Moza memperhatikan mereka, kini tertawa terbahak-bahak karena keluguan Vanila. Vanila sendiri bingung kenapa mereka tertawa.

"Yang di belakang kenapa tertawa?" teriak bu Yuli, guru kejuarannya, yang membuat Moza dan Febriyan bungkam karena suara cemprengnya.

🍧🍧🍧

Vanila dan Vebian sedang berdebat di tengah keramain pasar tradisonal ini. Mereka seperti anak kecil yang saling berebut mainan.

"Tomatnya yang merah, ian!" jerit Vanila.

"Tomatnya yang warna hijau sayang!" ucap Vebian tak mau kalah.

"Kok hijau sih, kan di resep merah." bela Vanila yang sama-sama tak mau mengalah.

"Tapikan gue sukanya warna hijau beb." ujar Vebian.

"Tapikan yang sesuai resep warna merah, kalau lo mau warna hijau, bikin resep sendiri aja deh!" ucap Vanila.

"Vanila maunya tomatnya merah, titik!" putus Vanila.

"Kalau aku maunya kamu, gimana?" kata Vebian yang langsung membuat Vanila hati Vanila kuwalahan.

"Vebian aku lagi serius ini!"

"Aku juga serius sayang." ujar Vebian sambil mengedipkan sebelah matanya, sedangkan Vanila bergidik ngeri.

"Mbak, mas, jadi beli yang mana?" tanya ibu penjual tomat.

"Bentar buk!!" kata mereka bersamaan.

"Yang warna hijau ya sayang, gue kalau liat warna hijau jadi tenang." Vebian merayu Vanila.

"Bodo amat deh yan, gue mau beli yang warna merah." Vanila bersikukuh dengan keputusannya.

"Ibu, saya mau tomat yang merah seperempat ya bu." pinta Vanila kepada ibu penjual tomat.

"Oke neng!" jawab sang ibu dengan semangat.

"Jangan yang merah bu, yang ijo aja!" Vebian mengompori sang ibu.

"Aduh neng, abang saya jadi  bingungnih" ibu itu mengeluh,

"Gini aja ya neng, bang , tomatnya ibu campur ya, yang setengah tomat merah, yang setengah lagi hijau  biar adil." kata ibu itu  memberi solusi.

"Oke bu" jawab Vebian enteng, sedangkan Vanila menatap tajam pria tersebut. Sang ibu penjual tomat itu langsung membungkuskan tomat yang mereka beli.

"Ini bang, harganya 5 ribu bang." ucap sang ibu sambil memberikan kantong plastik. Vebian mengambil kantong itu, serta memberikan selembar uang lima ribu kepada ibu tersebut.

"Terimakasih ya bu." kata Vanila, sebelum meninggalkan tempat tersebut. Vanila dan Vebian melanjutkan untuk membeli bahan berikutnya. Tanpa sengaja mata Vanila melihat penjual jamur, makanan kesukaanya.

"Ian, ayo kesana!" ajak Vanila sambil menyeret tangan kekar milik Vebian.
Vebian hanya pasrah dengan gadis di depannya itu.

"Vebian suka yang mana? Yang jamur tiram apa yang kancing?" tanya Vanila ketika sampai di pedagang jamur itu, tangan dan matanya masih tertuju pada jamur-jamur yang di jual.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang