Arrogant : 3

1.2K 155 2
                                    

🎶Alec Benjamin - Let Me Down Slowly

Rencananya sih Nara tidak ingin sekolah hari ini karena sakit. Kemarin gadis itu habis kehujanan saat pulang dari minimarket yang jaraknya kurang lebih empat ratus meter dari rumahnya dengan berjalan kaki. Namun, ulangan Kimia di jam pelajaran pertama hari ini tidak bisa ia abaikan begitu saja.

Dengan rasa pusing dan berat di kepalanya, ia akhirnya berangkat ke sekolah sembari sesekali bersin di dalam bus. Gadis itu mengusap-usap puncak hidungnya yang tampak memerah karena rasa gatal, lalu ia menjatuhkan punggungnya pada sandaran kursi bus dengan pikirannya yang mencoba untuk mengingat-ingat kembali apa saja yang belum ia lakukan saat di rumah tadi.

Kunci pintu rumah, sudah. Matikan kompor, sudah. Matikan lampu kamar, su—belum!

Kedua mata Nara terbuka lebar. Ya ampun, sang ibu yang sekarang ini sedang mengunjungi neneknya di kampung pasti akan marah besar saat mengetahui jika Nara lupa mematikan lampu. Boros listrik itu namanya.

Nara memijit pelan pelipisnya saat merasakan kepalanya semakin berdenyut. Entah bagaimana nanti ia mengerjakan soal ulangannya dengan keadaan seperti ini. Terlebih lagi ia tidak belajar satu halaman pun dari buku catatan Kimianya semalam.

Perjalanannya menuju sekolah kali kini terasa lebih lama dari biasanya, padahal sebenarnya sama saja. Namun pada akhirnya, ia sampai juga di halte bus. Dengan langkah berat, Nara beranjak turun. Sejenak ia berhenti melangkah sesaat setelah kedua tungkainya mendarat di lantai halte bus. Ingin bersin, namun tidak jadi. Aduh, rasanya sangat menyiksa.

Akhirnya Nara melanjutkan langkahnya menuju pinggir jalan sembari sebelah tangannya mengusap-usap hidungnya yang kini terasa lebih gatal dua kali lipat dibandingkan sebelumnya. Tangan kirinya yang bebas sudah digenggam oleh Beomgyu yang tiba-tiba datang entah dari mana. Nara hanya menoleh ke arah lelaki itu sekilas, lalu memutar bola matanya jengah. Ingin rasanya ia berkoar-koar, namun malas karena kondisinya yang kurang fit. Jadi, gadis itu hanya diam saat Beomgyu membawa ia menyebrangi jalan bersama.

Tidak sampai di situ, Beomgyu terus membawa Nara menuju kelas gadis itu. Bahkan sampai ke bangkunya. Nara hanya diam dan duduk di bangkunya, tak cukup tenaga untuk menyuruh lelaki itu pergi.

"Kamu kok pucat?" tanya Beomgyu saat memperhatikan wajah Nara yang hanya diam di tempat duduknya. "Hidung kamu merah. Pilek?"

Nara masih diam dengan mata yang memejam menikmati rasa pusing di kepalanya. Mengabaikan segala pertanyaan yang dilontarkan oleh Beomgyu untuknya.

Tangan Beomgyu tergerak untuk menyingkirkan poni di dahi Nara dan meletakkan telapak tangannya di sana.

Nara membuka matanya dan menatap Beomgyu tajam. Segera gadis itu menyingkirkan tangan Beomgyu dari dahinya dengan kasar tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

"Kamu demam. Harusnya istirahat. Kenapa malah sekolah, sih?" tanya Beomgyu dengan nada cemas.

Nara menghembuskan napas jengahnya, lalu menatap Beomgyu dengan wajah yang menunjukkan raut betapa bosannya ia sekarang untuk meladeni ocehan lelaki itu. "Beomgyu, gue mohon sama lo mulai dari sekarang berhenti buat urusin hidup gue lagi. Gue bukan siapa-siapa lo. Mending sekarang lo pergi."

Ingin rasanya Beomgyu berteriak menjelaskan bahwa ia masih berstatus sebagai pacar Nara. Lelaki itu merasa dirinya tidak pernah mengatakan bahwa ia setuju kalau mereka putus. Karena, seorang lelaki akan menjadi kekasih dari gadis yang ia sukai jika sang gadis sudah mengatakan mau saat diajak berpacaran. Dan begitu juga saat mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Berakhirnya sebuah hubungan sepasang kekasih itu bila permintaan putus dari salah satu pihak diterima oleh pihak lainnya.

Arrogant [Choi Beomgyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang