Satu Kebahagiaan (Bagian 5)

1.1K 122 44
                                    

Sudah tiga hari Tony muda atau yang menyebut dirinya Anthony tinggal bersama dengan Steve, mereka berbincang bersama dan melakukan banyak aktifitas bersama seperti pagi ini saat Steve sedang menyiapkan sarapan dimana Tony baru terbangun dari tidurnya dan memeluk Steve erat dari belakang. Tubuh Steve yang lebih besar dari Tony membuatnya sedikit kesulitan.

" Tony? Sudah bangun rupanya, duduklah sebentar lagi sarapan kita matang. "

" Steve... aku mau tetap memeluk mu tapi kamu terlalu besar. "

" Haha kemarilah Tony. "

Steve membalikan tubuhnya lalu memeluk Tony erat, tidak lupa dia mematikan kompor. Beberapa menit mereka menghabiskan waktu dalam moment seperti ini seakan mereka benar-benar lupa dengan keadaan sekitar, lupa dengan sarapan, dan lupa soal perpisahan mereka hari ini.

Sebuah kecupan mendarat di kening Tony, membuat Tony melepaskan pelukannya perlahan kemudian menatap mata biru milik kekasihnya dimasa depan itu. Baru tiga hari bersama Steve rasanya Tony bisa menyimpulkan bahwa dia benar-benar sudah jatuh cinta, perlakuan Steve yang sangat lembut dan juga perhatian sangat membuatnya merasa di perdulikan. Airmata mengalir dari mata Tony tetapi bibirnya tersenyum manis, hatinya yang baru merasakan jatuh cinta itu meringis perih, rasanya bahkan seperti mendapatkan luka double. Steve menghapus airmata itu dengan jemarinya kemudian mengecup pipi Tony.

" Kau tidak akan kehilanganku, kamu akan bertemu dengan ku dimasa mu. Justru aku yang akan kehilangan mu kedua kalinya, Tony. "

" Steve... kau tidak kehilangan ku. Kau hanya diberikan waktu untuk merinduku ya biarpun itu cukup lama, tapi setelah ini kita akan bertemu kembali... bahkan tidak akan ada lagi yang kehilangan satu sama lain. "

Senyum tulus di bibir Tony dan segala ucapannya membuat bibir Steve bungkam, tidak lagi sanggup berkata-kata.

Steve mengecup bibir Tony lembut, Tony yang saat itu masih muda mendapatkan ciuman pertamanya dari Steve. Maka sudah sangat lengkap perasaan yang dimiliki Tony sedari sekarang, dia akan mencintai Steve meskipun menunggu Steve dimasanya dan itu sama adilnya bukan dengan Steve yang juga harus menunggu masa keabadian bersama Tony nanti.

Selesai menyantap sarapan mereka tidak pergi kemanapun, mereka menghabiskan waktu berdua didalam rumah. Mereka saling melengkapi seperti ada lem yang merekat pada mereka berdua.

" Tony kau ingin kemana?? "

" Steve, aku hanya akan pergi ke toilet sebentar. "

" Tidak bisa ditahan? bagaimana jika kamu tidak kembali dari toilet? "

" Jangan bergurau, aku akan kembali. Ini hanya sebentar Steve. "

Steve benar-benar takut kehilangan Tony, dia menunggu Tony di depan pintu toilet sampai akhirnya Tony keluar dengan wajah heran menatap Steve yang tengah menatapnya sangat khawatir. Hari ini memang sudah seharusnya Tony kembali ke timelinenya sebelum Howard mencarinya dan membuat informasi kehilangan anak yang disebarkan keseluruh penjuru dunia, sehingga menimbulkan kepanikan global.

" Tony. "

" Ya Steve? "

Steve membelai rambut Tony, dimana sekarang mereka sedang berbaring bersama di sofa sambil menyaksikan acara televisi atau lebih tepatnya televisi yang sedang menyaksikan mereka berdua, karena mereka sama sekali tidak berfokus pada televisi. Steve memeluk Tony cukup erat, seperti tidak memberikan celah sama sekali agar tidak ada yang merebut Tony dari pelukannya.

" Jangan mengubah apapun pada timeline setelah ini, biarkan semua terjadi sebagaimana harusnya terjadi. "

" Hu'um .... "

Tony mengangguk kecil mengiyakan permintaan Steve.

" Aku minta maaf, aku tidak bisa menepati janjiku untuk tetap disisimu. Aku tidak ada disaat kamu membutuhkan ku. "

" Steve... itu tidak sepenuhnya salah mu. Aku terlalu egois tidak menghubungi mu saat itu. Tony bercerita dia sangat ingin menghubungi mu, tetapi dia terlalu memikirkan egonya hingga melupakan bahwa maaf adalah cara terbaik saat itu. "

Steve menatap mata Tony, dia menyadari bahwa masa itu adalah masa bodoh yang mereka lakukan hingga semua menjadi sekacau ini. Kenapa mereka berdua tidak bisa saling berkata maaf, kenapa mereka berdua saling keras kepala. Steve menarik nafasnya cukup dalam sebelum akhirnya mengecup kening Tony sambil memejamkan matanya.

Tony mengerti perasaan Steve, dalam hati Tony dia ingin mengubah jalan cerita masadepannya dengan menghubungi Steve tetapi dia sudah berjanji pada Steve, maka ini adalah hal yang akan terjadi juga padanya nanti. Secara garis besar hubungan mereka berdua dipenuhi keegoisan yang sama-sama besar tetapi juga rasa cinta yang sama-sama besar.

" Steve, percayalah aku adalah orang paling beruntung. Aku memiliki rasa cinta yang tulus darimu. "

" Dan aku pun begitu, memiliki rasa cinta yang tulus dan sedikit bubu arogant pada cinta Tony untuk ku. "

" Haha apa? arogant? yang bear saja Steve. "

" Lihat sebentar lagi maka kau akan tau itu Tony. "

Tony memukul dada Steve karena sedikit jengkel dengan pria penyandang nama Captain America itu, sebenarnya bukan pukulan kencang hanya sebuah pukulan pelan yang justru membuat Steve gemas pada tingkah Tony. Steve menyadari bahwa dia akan memiliki masa indah ini nanti bersama Tony pada timelinenya, meskipun dia harus menunggu lama itu tidak masalah karena dia tau Tony masih tetap menunggunya disana.

" Kau tau, aku benar soal satu fakta mengenai mu Tony. "

" Apa itu? apa bahwa aku tampan? Ah sudah kuduga hal itu. "

Kali ini Steve membalas, dia menciumi pipi Tony berkali-kali karena perkataan Tony yang menyombongkan diri bahwa dia tampan. Mereka saling tertawa bahkan lebih lepas dari sebelum-sebelumnya, raut wajah mereka melukiskan kebahagiaan yang sangat dalam bahkan terlihat menyakitkan jika kenyataan yang sebenarnya adalah mereka harus berpisah setelah ini.

" Steve, Tony mu itu sangat pencemburu. Kau tau saat dia meminta bantuanku dia bahkan berkata padaku untuk tidak tidur dengan mu. "

" Yang benar saja hahaha. "

" Iya benar aku tidak berbohong, dia menjewer telingaku untuk memastikan aku berjanji padanya. "

Steve tersenyum, betapa bangganya dia memiliki Tony Stark.

Steve meraih kedua tangan Tony dan menyelipkan jemarinya sambil menggenggam erat jemari Tony, Steve berkata.

" Kau sungguh tidak tau faktanya? "

" Katakan saja Steve. "

" Tony adalah sosok malaikat modern yang terbang bukan dengan sayap, melainkan dengan armornya. "

" .... Steve. "

Mereka berdua saling mendekatkan wajah hingga ruang diantara mereka terhapuskan, ciuman kali ini terasa lebih dalam bahkan mereka berdua memejamkan mata karena terlalu terhanyut. Steve meneteskan airmatanya menyadari sesuatu telah terjadi.

Saat ciuman itu terasa terlepaskan dan Steve membuka matanya dia menyadari Tony telah pergi, masanya sudah habis di timelinenya saat ini dan harus kembali ke timeline dimana Tony seharusnya sekarang berada. Menyakitkan memang harus kehilangan Tony sebanyak dua kali, jika satu kali saja Steve sudah seperti kehilangan jiwa bagaimana sekarang? Steve kembali meneteskan air matanya, menangisi kepergian Tony. Tetapi kepergian Tony keduakalinya bukan harus dia lanjutkan seperti kemarin-kemarin, Steve paham apa maksud kedatangan Tony.

" Aku memang tidak tau, benar-benar tidak tau harus apa tanpa mu. Tapi aku juga ingin membuat mu tenang disana, jadi aku akan tetap melanjutkan semuanya Tony... sampai kita bertemu lagi nanti... "

" Sampai kita tidak akan kehilangan satu sama lain lagi. "

THE END

---

T^T terimakasih sudah membaca dan mendukung saya, maaf jika kurang puas untuk tulisan2 saya. Tapi jangan sedih terlalu lama karena nanti saya akan buat story Stony lainnya :"3

HAIL STONY.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't Know What To Do [ THE END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang