Endeavor Ephemeral ── about just her

783 82 21
                                    

''I need a reason to exist.''
-Kang Seulgi.






Bukan perihal tentang aku orang yang sabar menunggu kedatangan seseorang, sejujurnya satu detik saja aku malas. Lebih baik pergi untuk hal yang lebih penting, tapi sekarang hal yang sangat berbeda. Duduk didalam cafe dengan melihat jalanan dari kaca berembun, berusaha mengalihkan mata dari arloji sambil meneguk segelas kopi hangat yang siap mengalir ketenggorokan. Berharap sekali orang yang aku nantikan-

"sorry telat sayang"

-datang. Tapi sangat terlambat, jika bisa aku ingin memotong urat lehernya sekarang juga sampai tidak ada detak jantung lagi. Bercanda.

"Gue gak bakal dateng kalo enggak di ancem, Lo tau kan Gue gak suka nunggu." Kataku tajam, tapi laki-laki yang duduk bersebrangan denganku itu malah terkekeh tanpa dosa.

"Selagi bisa ancem Lo kenapa engga, lagian cuma satu jam, gue pernah nunggu Lo sampe seharian penuh." Kim Jongin memang benar-benar senang membuat ku marah setengah mati, izinkan aku mencabik-cabiknya ya tuhan.

Dengan ketus aku hanya berdehem, "beda kali. Gue engga sengaja, tapi Gue yakin Lo sengaja terlambat biar gue marah." Aku mengatakannya dengan emosi tertahan, ingin saja dia mengalah seperti biasa.

"Sorry aja nih ya Seul, Gue punya hak buat menang kali ini. Atau Lo mau Gue telfon bokap Lo sekarang, gue kasih tau kalo putri semata wayangnya baru aja-"

"Oke-oke, Lo menang sialan." Geramku membuang nafas kasar, berikutnya Jongin tersenyum penuh kemenangan.

"Nah gitu dong, kalo mau buktinya Gue kasih harus traktir Gue sama teman-teman makan," aku terdiam menatapnya. Mengingat seseorang yang kandidatnya pasti salah satu teman Jongin, dan pasti aku akan bertemu dengannya.

"Mau aja di suruh, Gue gak mau ketemu." Tegasku buru-buru memasukan beberapa barang kedalam tas untuk bergegas pergi.

Tapi tangan Jongin menahanku dengan kuat, "percaya diri banget, emang gue yang minta. Tapi harus Lo yang bawa, gak usah masuk kedalem. Oke sepakat, Gue bakal tunggu malem ini." Dia menepuk bahuku, sebelum akhirnya melangkah pergi keluar dari cafe terlebih dahulu.

Menerjang hujan yang cukup deras bukan pilihan yang benar, aku tidak ingin menghabiskan waktu tidur dikamar karena demam. Lagi-lagi lebih baik digunakan dengan hal yang penting, termasuk latihan dance dengan mati-matian. Setelah snagat lama menunggu Jongin di cafe yang nyatanya kami hanya bicara beberapa menit saja, itu cukup menyebalkan sejujurnya. Ketika hujan sudah membaik, tujuanku selanjutnya tentu saja practice room-dance. Menyalurkan semua rasa penat ku lewat hobi yang masih tersisa.

Jika mengingat aku sangat benci membuang waktu, rasanya tidak masalah saat menari seharian penuh. Walaupun keesokan harinya tubuhku akan sakit tanpa tersisa sedikit pun tenaga, dan berlanjut izin tidak berangkat ke sekolah.

Fokusku benar-benar terkendali pada gerakan tubuh dan musik yang mengiringi, tanpa tersadar seseorang sedang menatapku di depan pintu dengan kedua tangan menyilang. Berhasil membuyarkan segalanya.

"Lanjut aja, gue cuma mau nonton." Katanya tanpa merubah posisi sedikit pun, semakin membuatku muak melihatnya berada disini.

Endeavor EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang