Harapan adalah suatu proses untuk menggapai sebuah mimpi, tidak sedikit rintangan untuk mencapai sebuah mimpi. Rintangan itu bisa menjadi alasan kita berputus asa dan bisa juga menjadi motivasi untuk kita lebih baik di masa depan. Desi seorang siswi SMA Nusa Bangsa yang berada di Kota Kembang Bandung. Ia pintar nan selalu berusaha untuk melakukan hal yang tidak ia bisa. Ia mempunyai prinsip "harus bisa apapun biar tidak merepotkan orang lain." Meski pada dasarnya manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun Desi selalu mempercayai prinsip nya. Ia selalu semangat untuk menggapai cita-cita nya menjadi seorang yang berguna di masa depan nanti. Desi selalu beranggapan bahwa jatuh cinta adalah awal dari penyakit hati, penyakit yang tidak ada obat nya. Ia benci jika ia merasakan perasaan ini.
Hari senin adalah hari yang dibenci oleh para siswa dan siswi pada umumnya, namun tidak bagi Desi. Ia selalu bahagia menyambut hari senin, selalu seperti itu. Desi berjalan di koridor sekolah menuju kelas nya untuk menyimpan tas.
"Des tungguin." Desi menoleh ke belakang ketika mendengar panggilan dari sahabat nya. Ria clarisa. Ia sahabat Desi dari kelas 10, mereka 1 gugus ketika Masa Orientasi Siswa dan juga teman sebangku desi. Ia berlari mendekati desi sambil memegang perut nya yang sakit karena cape berlari dari gerbang hingga koridor yang lumayan cukup jauh.
"Kamu kenapa?" tanya Desi ketika melihat sahabatnya pagi-pagi begini sudah dipenuhi keringat di mukanya. "Pake nanya lagi, Kamu gak liat? Aku ngos-ngosan an gini gara-gara ngejar Kamu. Lagian Kamu dipanggil gak nyaut-nyaut." Jawab Ria.
"Masih pagi woy udah marah-marah aja. Lagian mau apa sih? Kita bisa ketemu di kelas nanti. Udah ah aku mau ke kelas." Desi bergegas menuju kelas dan di ikuti oleh Ria di belakang nya. Ia menyimpan tas di bangku nya. Bangku paling depan tepat depan bangku guru.
"Ih aku belom selesai ngomomg. Kamu udah ninggalin aku aja, aku gak bawa dasi nih." Ucap Ria yang berada di depan pintu kelas sembari berjalan menuju bangku nya. "Ya terus? Kamu mau minjem dasi aku?" jawab Desi yang sedang duduk di kursinya.
Desi dan Ria sekarang berada di kelas XII IPA 1. Suasana kelas sudah ramai karena ini hari senin yang dimana bila siswa/siwi kesiangan akan di hukum ditengah lapangan dan membersihkan lapangan yang sangat luas. Masa kedatangan siswa-siswi dan juga guru-guru pada hari senin yaitu pukul 07.00 dan sekarang jam menujukan pukul 06.30. masih ada waktu setengah jam untuk mempersiapkan upacara.
Senin ini kelas Desi menjadi petugas upacara, ia kebagian menjadi pembaca undang-undang dasar 1945 dan Ria menjadi protokol - pembawa acara.
"Kamu tega banget sih, aku kan jadi pembawa acara. Dan otomatis jadi pusat perhatian peserta upacara. Kamu cuman baca undang-undang gak bakal keliatan kalo gak pake dasi doang." Ucap Ria
"Ogah! Makanya segala sesuatu itu harus di persiapkan." Ucap Desi sambil berjalan menuju lapangan untuk bersiap-siap.
Namun, belum sampai lapangan, kaki Desi berhenti di depan pintu kelas ketika mendengar ocehan dari mulut Ria. Ia pun berbalik menuju meja nya menghampiri Ria.
"Yaudah, Aku kasih nih dasinya." Ucap Desi dan sambil membuka dasi nya lalu diberikan kepada sahabat nya. "Kamu emang sahabat aku yang paling baik, sumpah." Ucap Ria sembari memeluk desi dengan erat.
Lapangan upacara sudah mulai ramai di penuhi siswa dan sisiwi tak terkecuali dengan kelas XII IPA 1. Jam sudah menunjukan pukul 07.00 yang artinya upacara sudah di mulai, para petugas upacara melakukan tugas nya masing-masing dengan baik. Namun tidak sedikit dari peserta upacara yang seakan-akan membuat acara sendiri. Ada yang sedang menggosip, hal ini biasa nya dilakukan oleh barisan perempuan. Ada yang pura-pura sakit agar tidak mengikuti upacara atau mungkin tidak ingin kepanasan. Dan ada juga yang ber haha ria.
Mungkin itu cara mereka untuk mengenang prilaku nya masing-masing saat upacara bendera. Karena hal ini dapat kita ceritakan kelak, ketika sudah tidak menjadi anak sekolahan. Memang, masa sekolah itu paling indah.
Upacara selesai, barisan dibubarkan. Ucap Ria yang bertugas sebagai protokol.
Setelah upacar selesai, seharus nya masing-masing kelas kembali ke habitat nya masing-masing. Namun nyata nya sebagian siswa dan siswi malah membelokan arah ke kantik untuk membasahi tenggorokan nya dengan air mineral. Ada pula yang nongkrong, merokok, atau hanya sebatas mengobrol di kantin. Desi dan Ria memasuki kelas yang bertulisan XII IPA 1 yang tertera diatas pintu.
"Woy gue denger hari ini kedatangan anak baru dari jakarta." Ucap Regi si ketua kelas kepada teman-teman sekelasnya. Kelas menjadi riuh, heboh ketika mendengar berita tersebut.
Seperti si geng centil nya Sinta."Wah heeh nyah. Cewek atau cowok?" (Masa sih? Cewek atau cowok?) Ataupun geng nya si Doni, perkempulan cowok mata genitan. "Serius? Demi apa? Gue berharap sih cewek, berharap cantik lagi juga."
Tapi ada juga yang bertanggapan B aja. Seperti Ria dan Desi. "Ahelah cuman anak baru aja, berisik amat."
"Gue gak tau cewek atau cowok, yang pasti hari ini kedatangan anak baru di kelas kita. Tadi abis upacara gue denger sedikit di ruang guru." Ucap Regi.
Sambil menunggu guru masuk ke kelas, mereka melakukan aktivitas sesuai dengan hal mereka sukai seperti selfie yang dilakukan kaum hawa juga bermain mobile legend yang dilakukan kaum adam. Ada juga yang sedang bergosip, atau hanya sekedar bermain handphone seperti menunggu balasan chat dari seseorang.
Tidak lama kemudian." Selamat pagi anak-anak." Ucap bu Rina selaku wali kelas XII IPA 1. Dan mereka kembali ke tempat duduk masing-masing ketika mendengar suara dari bu Rina.
"Anak-anak hari ini akan ada kedatangan murid baru dari jakarta. Ibu harap kalian bisa berteman baik ya."
"Mana murid baru nya bu? Kok gak ada?" Ucap Doni.
"Rifal silahkan masuk."
Ia masuk ke dalam kelas, dan memperkenalkan dirinya. " Hai. Gue Wijaya Rifal Andreya. Kalian bisa panggil gue Rifal aja. Salam kenal."
Celotehan Author.
Alhamdulilah part 1 selesai, Jangan lupa vote and comment.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALL DOWN
Teen Fiction"Ku pikir aku sudah berjalan sangat jauh. Tapi, nyatanya tidak. aku masih disini. Tetap disini, lagi."