- Bintang-Bintang jatuh di pelupuk matamu

41 12 0
                                    

hari ini. hari dimana aku terakhir bertatap mata dengan ratusan orang yang menemaniku tiga tahun terakhir. bukan terakhir berjumpa. karena mungkin saja kami bisa hangout, atau main ke sekolah, dan lain sebagainya.

hawanya mengajakku untuk turut larut dalam gemuruh hujan suasana perpisahan. orang-orang sekitarku hanya menangis dan menangis, bagai esok akan sangat kesepian.

aku mencari-cari letak dimana ardhan berada. mendadak tersirat dalam benakku, apa jangan-jangan ia lupa kalau kita ada janjian untuk foto bersama? aku membuka layar ponselku, beberapa pesan masuk, dan ada pesan dari ardhan.

10.44 [ ardhan : dibaa, temui aku di kantin. ya? ]

aku berjalan dengan santai, tak perlu tergesa-gesa seperti di pintu gerbang sekola hendak di tutup saja. 

ekspektasiku salah besar, aku pikir dia tidak menemuiku di depan masjid karena ia malas bergerak dan foto bersama anak lain. rupanya aku melihat dari kejauhan, matanya sembab air matanya keluar loh. ardhan? apa gerangan aku bertanya mendekati nendra. aku pikir sedang ada lelucon yang di lakukan mereka berdua, namun nendra aku tanyai hanya saja diam. gila.

aku mendekati ardan, "ardhan? kamu kenapa? tidak lucu seorang remaja laki-laki menangis di hari wisuda-nya. ayo cerita, mungkin bisa membuatmu lebih baik" jelasku. ia sedikit tersenyum, "nggak ada apa-apa kok dib. by the way, aku menunda keberangkatanku ke magelang." ucapnya, kali ini membuatku mulai sedikit tenang, hanya sedikit. "lah, kenapa?" tanyaku bingung. ia menjawab, "adik sakit" balasnya singkat, namun berhasil membuatku terkejut. "anak sekecil itu? sakit? dulu aku juga seperti itu. aku hanya bisa berdoa saja yang terbaik untuk adikmu.

anak-anak di sekitar mungkin sudah mencibir ribua kalimat, yang berkemungkinan paling sering dicakap adalah. "wah diba kok bisa ya capernya bikin ardhan kepincut", "lah mau aja tuh si ardhan sama telur kutu", "ya allah. plis ya dib, lo itu ga ada apa-apanya, body, sikap, sifat. ancur semua masih ae ngarep sama anak kayak ardhan". itu semua bukan khayalan atau merendah, tapi tiap mereka melihatku tiga kata itu tidak akan pernah berhenti diucapkan dari lisan atau hati mereka. namun satu pesan dari ku, aku terlalu masa bodoh untuk kalian yang terlalu perhatian kepadaku

matahari pembawa rinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang