Lily POV
Seperti biasa, ketika melangkahkan kaki ke gedung sekolah ini, pasti akan selalu disambut dengan senyuman dan sapaan dari para murid yang berlalu lalang.
Dan seperti halnya disini, sial! bahkan gigiku sudah terasa kering karna harus senyum dan membalas sapaan anak-anak disepanjang koridor.
Akhirnya, setelah melewati ujian pamer gigi, aku sampai didepan pintu kelas.
Perlahan aku memperbaiki letak kaca mataku dan dengan senyum manis aku memasuki ruang kelas. Ruang kelas masih terlihat sepi. sesepi hatiku saat ini. jiaaah! bleeh! oke! abaikan!
Hanya beberapa murid yang sedang duduk bengong dengan dunianya masing-masing. Kalo diliat dari mukanya ya, kek lagi mikir jorok gitu! mupeng-mupeng gimana gitu! Hahaha!
Oke! Apaan sih?!
Aku menggeleng geli seraya menuju meja baris ke tiga dimana aku duduk, sambil celingak-celinguk, mencari wajah datar yang ngegemesin badai.
'My Hero mana ya?' Batinku.
"Dia belum dateng!" Celetuk seseorang dari belakang. Aku menoleh dan mendapati Eca teman sekelasku sedang tersenyum penuh arti.
"Yee apaan si lo, Ca!" Sungutku kemudian menjatuhkan pantat seksiku dikursi.
"Gue tau lo lagi nyariin Rean kan?" Katanya lagi sambil cekikikan ga jelas.
Wah sialan si Ecapede!
Aku langsung menoleh menatapnya tajam, mencoba menyembunyikan rona wajahku. "Katakan padaku, apa yang kamu mau?" Desisku menirukan gaya bicara ala-ala penjahat disinetron. -Duh! ketahuankan doyan nontonin sinetron!-
Seketika Eca tertawa nyaring bahkan melebihi tawa nyaring seorang laki-laki. Tawanya cenderung seperti tawa om-om. Sungguh memekakan telinga!
Kadang gue heran, sebenarnya Eca ini perempuan atau laki-laki? Atau mungkin dia laki-laki yang terjebak didalam tubuh perempuan? Entahlah.
Eh tapi apa pentingnya coba gue mikirin Eca! Idih!
Mataku semakin menyipit menatap Eca. Sadar dengan tatapan tajamku, Eca mencoba meredam tawanya.
"Ahaha! Ah-ehem! Sorry-sorry! Sumpah, lo cocok banget jadi pemain sinetron!"
Apa katanya? Sial!
"So?"
Eca berdehem centil. "Gue boleh ga minjem Pr matematika lo?" Katanya sambil nyengir.
Tuh bener kan firasat gue!
Aku masih menatapnya tajam sambil mengeluarkan buku Pr matematikaku lalu menyodorkannya.
Seketika mata Eca berbinar-binar menatap buku ku. Baru saja ia hendak meraihnya..
DUK!
"Aw! Shhh! Lily!" Serunya marah.
"WHAHAHA!"
Kini giliranku tertawa kencang melihat Eca yang bersungut sambil mengusap kepalanya yang baru saja ku hadiahi pukulan dengan gulungan buku Pr ku.
"Kampret lo Ly! kalo gak mau minjemin jangan gini juga dong!" Gerutunya kesal. Aku makin tertawa kencang. "Dasar bule gila!" Lanjutnya.
Seketika tawaku terhenti.
Bule gila? Gue benci jadi dikatain Bule gila!
"Lo!" Geramku. "Yaudah. Gue gak jadi minjemin lo Pr!" Kataku galak seraya memasukan kembali buku ke dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Immortal
Ficção AdolescenteHayley Madsen dan Reanno Bima Pattiraga. Siapa sangka mereka sudah saling mencinta sejak lama? Mereka telah dipertemukan takdir untuk menjalin hubungan, namun hanya karena kesalah pahaman dan ego masing-masing, mereka harus terpisah. Mampukah takdir...