LIMA

17 4 0
                                    

Melihat senyuman licik dari Langit. Fey langsung menendang wajah Langit, dan cengkraman di kaki Fey pun terlepas.

Fey berdiri dan bicara "heh. Mangkanya jangan ngerendahin kaum wanita" Ejek Fey dengan senyum liciknya. 'Dia ngak tau kalo gue udah megang sabuk hitam taekwondo' ucap Fey dalam hati.

Tauran pun telah selesai yang dimenangkan oleh SMA Garuda.

☘☘☘

Fey masuk ke dalam rumahnya, ketika Fey ingin menaiki tangga. Suara berat nan serak memanggil namanya "Fey" panggil Aldo— Ayah Fey ia melihat putri semata wayangnya yang dipenuhi luka.

"Kenapa dengan wajah kamu Fey, tauran lagi. Apa tidak bosen"

ucap Aldo karena anak gadisnya pulang dengan keadaan kepala yang masih berdarah dan baju yang kotor.

"Tentu saja Fey tidak bosen, apakah Ayah tau kalau sekolah kami menang." Ucap Fey bangga. Aldo hanya bisa menghembuskan nafas saja.

Fey lalu melangkah menaiki tangga utuk menuju ke kamarnya. Setelah di kamarnya, Fey langsung merebahkan dirinya karena lelah.

☘☘☘

Fey terbangun dari tidurnya, ia berjalan untuk membersihkan lukanya, karena takut semakin parah. Lalu ia menuju kamar mandi miliknya untuk membersihkan diri, mengingat sepulang sekolah tadi ia belum membersihkan diri.

Setelah Fey membersihkan diri, ia keluar dari kamarnya dan turun kebawah. Ia mengambil gelas dan menuangkan air di dalamnya, Fey pun meneguk air di dalam gelas itu.

Air mulai turun secara perlahan-lahan mulai membasahi kota ini. Fey melangkah menuju teras rumahnya menikmati suasana ini. Fey sangat menyukai hujan, karena jika ia menangis tak ada orang yang mendengar suara isakan tangisnya. Terlebih jika hujannya sangat deras beserta kilat. Fey sangat menyukainya.

Ketika Fey menikmati suasana hujan, ia melihat seorang yang mendorong motornya. Fey tampak familiar dengan wajah itu. Ia mulai memfokuskan pandangannya ke pria yang sedang mendorong motor itu.

Ares?

Apakah itu Ares?

Fey pun melangkahkan kakinya ke arah pagar rumahnya, ia menerobos hujan yang tidak deras ini. Lalu Fey memanggilnya.

"Ares kan?"

Pria yang mendorong motor itupun menoleh, karena namanya dipanggil.

"Lah beneran Ares. Ngapain lo di sini, rumah lo di deket sini?"

"Ngak."

"Lah jadi ngapain lo disini njer."

"Ngamen."

"Ngak lucu."

"Eh, boleh numpang neduh ngak di rumah lo? Bentar aja."

"Eh, boleh boleh"

Fey pun membuka gerbang yang terbilang tinggi itu. Setelah pagar terbuka, Ares pun masuk tanpa permisi. Setelah Fey menutup gerbangnya itu, Fey pun mengikuti Ares dari belakang.

Fey menyuruh Ares duduk di luar saja, karena di rumahnya sedang tidak ada orang. Ayahnya kembali bekerja, bibi Ami pergi keluar untuk belanja. Bisa bahaya jika Fey menyuruh Ares masuk. Ntar di gibahin se komplek karena Fey menyuruh Ares masuk kerumah ditambah rumah tidak ada orang.

Fey menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan. Melihat itu Ares hanya diam saja.

"Eh anu, itu."

"Apasih."

"Itu, maaf ngak ngajak lo masuk kerumah. Takut di gibahin sama emak-emak komplek."

"Hm, gue juga cuma numpang neduh, bukan pengen mampir."

Hilih. Ucap Fey dalam diam.

Air yang turun dari atas tambah deras dan angin kencang menerpa wajah mereka. Fey melihat seorang wanita separuh baya membuka gerbang dan menutupnya kembali.

'Akhirnya bi Ami pulang'

Fey pun menyuruh Ares masuk.
"Masuk yuk"

"Ngak, gue disini aja."

"Eh, tapi bi Ami udah pulang. Di sini dingin loh."

"Biar."

"Yaudah, gue masuk dulu bentar."

Tak ada jawaban. Fey hanya mencibir saja. Tak lama dari Fey masuk, ia kembali dan membawa dua gelas yang entah apa isinya itu. Tapi uap panas muncul dari gelas tersebut.

"Nih teh anget." sambil menjulurkan tangannya ke arah Ares.

"Makasih."

Ares menerimanya lalu meminumnya dengan perlahan-lahan. Kesunyian pun tiba, ke duanya tak ada topik untuk di bahas, tidak bukan kedua, hanya Fey saja yang merasakan itu. Ares tidak.

Air yang sedari turun dengan deras kini sudah tidak lagi. Ares menghampiri motornya, ia menghidupkan motornya tapi tak bisa.

"Kenapa?" ucap Fey

Ares hanya mengangkat kedua bahunya saja, bertanda ia tak tau.

"Gue pulang yah, makasih."

"Eh, tapi motor lo."

"Ngak apa, gue dorong aja. Deket sini ada bengkel kan?"

"Ah iya."

"Yaudah, gue pamit. Makasih."

"Iya, sama-sama. Hati-hati dijalan yah."

Tak digubris oleh Ares. Hilih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang