O

8.5K 1K 335
                                    

Sakura menarik napas panjang. Menatap Sasuke dengan pandangan seperti sebilah pisau yang tajam tak gentar. Kedua tangannya terkepal.

"Bukan. Dia bukan putramu."

Uchiha Sasuke tersentak bukan main. Dia menoleh ke belakang dan sosok Ryuu tidak lagi ada di sana. Anak itu sudah melesat pergi ke lapangan dan bergabung dengan teman sekelasnya. "Jangan berbohong padaku, Sakura. Dia ... aku tahu, aku yakin dia anakku." Sasuke berucap parau penuh kesakitan.

"Kau tahu apa kalau dia anakmu? Apa kau merasakan ada ikatan batin di antara kalian?" Sakura mendesis. Dia menoleh ke sekitar dan mendapati mereka ada di tempat umum. "Jauhi putraku. Jika aku tahu kau yang mengeluarkan uang dan mencabut beasiswa Ryuu, aku benar-benar akan membencimu."

Sakura melenggang pergi dengan raut kecewa luar biasa saat dia meninggalkan Sasuke yang terpaku diam. Memandang punggung rapuhnya menjauh. Sasuke hendak mengejar, tetapi langkahnya terhenti saat dia mendengar seseorang memanggilnya dari kejauhan, menatapnya dengan sorot terkejut. "Wah, Sasuke!"

Kepala Sasuke menoleh, mengangkat alis saat dia kembali menoleh dan sosok Sakura sudah menghilang. Dia kehilangan wanita itu.

"Sai?"

Sai mendekat dengan tepukan di bahu. Seakan mereka sudah kenal akrab lama. Sasuke pernah berteman dengan Shimura Sai di bangku SMA dan Sai harus meninggalkan mereka karena pindah.

Mata pekat Sasuke menatap wanita pirang bersama seorang anak laki-laki di gandengan tangannya.

"Ah, dia istri dan putraku. Aku baru saja membeli rumah di sekitar sini. Aku ingin anakku bersekolah di sini karena lebih dekat."

Sasuke mengangguk singkat. Dia menatap mata biru istri Sai dan putranya. Saat anak itu melenggang masuk ke ruangan Tuan Wang dan Sasuke memilih berlari mengejar Sakura yang sia-sia saja.

Yamanaka Ino memasuki ruangan dengan gaya tenang ketika Sai duduk dan Inojin—putra mereka memilih duduk di sofa, menyilangkan kaki dengan angkuh.

"Selamat datang." Tuan Wang tidak berkedip menatap Ino yang tampil sempurna. Dia menatap Sai, kemudian kembali pada si cantik Ino. "Maafkan aku, Nyonya. Tapi, tidak seharusnya Anda membawa supir masuk ke dalam ruangan."

Ya Tuhan. "Maaf. Supir?" Sai mendengus tak percaya. Dia melirik penampilannya dan hanya tersenyum kaku. Tetapi, sorot matanya tampak ingin menelan Tuan Wang hidup-hidup. "Saya bisa membeli sekolah ini kalau saya mau."

Ancaman yang sama dengan Uchiha Sasuke.

Tuan Wang menelan ludah gugup dan Ino terkikik geli. Dia melirik Inojin, dan kembali ke hadapan Tuan Wang. "Putraku akan bersekolah di sini. Kuharap, sekolah ini memberikan edukasi yang bagus untuk perkembangan moral anakku."

Tuan Wang melebarkan senyumnya. Dia menatap Inojin dengan pandangan berbinar dan kembali pada Ino. "Tentu saja. Sekolah ini yang terbaik dalam urusan edukasi. Fasilitas yang ditawarkan juga bukan main-main. Anda bisa—"

"Yang premium. Berapa harus kami keluarkan untuk biaya keseluruhan?"

Sai memotong pembicaraan dan menatap tajam mata Tuan Wang karena sejak tadi melempar tatapan senonoh pada istrinya.

***

Sasuke menarik napas panjang. Saat anak-anak selesai berolahraga dan bersiap berganti pakaian seragam sekolah biasa, dia melihat Ryuu menunduk, menatap lokernya yang basah dan seragamnya basah. Ryuu menunduk, menatap buku-bukunya yang basah dan cairan itu sedikit berbau amis.

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang