Seokjin menggulung kemejanya, lalu berjalan pelan menyusul Yoongi masuk ke dalam restoran bulgogi langganan mereka. Untung saja mereka melesat cepat ke restoran ini sehingga mereka mendapatkan meja dengan posisi paling strategis: dekat dengan kasir, dekat dengan toilet, tapi memiliki privacy lebih.
Seokjin tersenyum sumringah ketika Yoongi memanggil pelayan. Laki-laki muda dengan seragam rapi datang menyapa mereka setelah membungkuk dan tersenyum hangat. Seokjin ingat lelaki ini.
"Selamat malam, Pak. Pesanan seperti biasa?" tanyanya, jelas-jelas mengingat Seokjin dan Yoongi.
"Ya, ditambah es krim, kau mau rasa apa, Hyung?"
Seokjin mengangkat bahu. "Apa saja, yang terbaik!"
Pelayan itu mengacungkan jempolnya. Seokjin terkekeh.
"Oh ya." Yoongi tiba-tiba berkata. "Paket bulgoginya untuk empat orang, bukan dua, ya."
Pelayan itu mengangguk, mencatatnya dengan antusias. "Es krimnya dua saja, Pak?"
Seokjin menatap Yoongi dengan bingung, namun perhatian Yoongi masih sepenuhnya tertuju pada si pelayan.
"Dessert untuk mereka nanti saja pesannya, kalau mereka mau."
Pelayan mengangguk. "Itu saja?"
Yoongi mengangguk, tersenyum. Pelayan itu membungkuk, berkata,"Mohon ditunggu, Pak."
Segera setelah si pelayan pergi, Seokjin bertanya,"Aku tidak tahu kau selapar itu sampai memesan untuk empat orang."
Yoongi mendongak, meletakkan ponselnya di meja lalu menjawab dengan senyuman kecil,"Oh, tidak. Aku tidak pernah makan sebanyak dirimu, Hyung."
Seokjin melipat tangannya di depan dada, kali ini cemas merayapi kepalanya. "Jadi?"
"Hoseok dan Taehyung akan bergabung dengan kita," kata Yoongi sambil melepas jasnya dan melonggarkan dasinya. "Tadi saat kita di mobil Hoseok menghubungiku."
Seokjin menarik napas panjang, menyandarkan punggungnya ke sofa. Seharusnya dia bisa memprediksi Taehyung akan melakukan ini. Lagipula, Taehyung tidak pernah benar-benar suka dengan Yoongi karena Seokjin sering makan malam dengannya. Betapa naifnya dia berpikir Taehyung akan diam saja ketika dia jelas-jelas berada di perusahaan yang sama sekarang.
"Kenapa mendadak?"
Yoongi mengangkat alis. "Hoseok bilang dia ingin mengenal Taehyung lebih jauh." Dia mengamati kening Seokjin yang mengerut. "Ada masalah?"
"Tidak ada," balas Seokjin cepat, terlalu cepat, berdasarkan kalkulasi Yoongi. "Aku hanya ... berpikir kita akan makan malam berdua. Itu saja."
Yoongi tertawa. "Kau membuat seolah-olah ini seperti kencan, Hyung. Ada apa denganmu? Ada hal serius yang ingin kau bicarakan?"
Seokjin mendengus. "Tidak. Tidak ada."
"Kau yakin?" Yoongi melirik ponselnya. "Aku bisa membatalkannya bila kau tidak nyaman ada mereka."
"Tidak. Jangan." Seokjin menggeleng. Taehyung akan mendiamkannya minimal tiga hari bila itu terjadi. "Aku baik-baik saja, sungguh."
Yoongi bergumam. "Bagaimana dia?"
"Dia siapa?"
"Kim Taehyung."
"Oh." Seokjin menelan ludah. "Dia bagus. Bukan tipikal anak magang yang ... pemalu atau tidak tahu harus berbuat apa."
"Sudah kuduga." Yoongi tersenyum bangga. "Kau mengakuinya juga, kan?"
Well, dia pacarku, bodoh, batin Seokjin. "Aku tetap tidak ingin dia di bawah kendaliku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang
FanfictionKarena bagi Taehyung, Seokjin akan selalu menjadi tempatnya pulang. Taejin one shot compilation in Bahasa.