Part 3
Aku mencoba menahan gejolak rasa yang menggebu di dalam dadaku. Melihat Ridwan bertutupkan handuk saja, jantungku seakan berdebar dan ingin lepas dari singgasananya.
Ridwan memang tidak pernah terlihat mendekati perempuan, berjalan beriringan dengan wanita pun dia tidak pernah. Dia sangat tertutup. Teman sebayanya banyak yang sudah bergonta-ganti pasangan, namun dia belum pernah sama sekali merasakan jatuh cinta.
Aneh ku rasa anak tiriku satu ini.
Aku memberikan perhatian lebih kepada Ridwan, sebagaimana perhatian yang dulu diberikan almarhum Mas Harno padanya, begitu pula Nisa. Namun, Ridwan istimewa.
Aku sering masuk ke dalam kamarnya hanya untuk merapikan pakaiannya, padahal dia sudah melipatnya dan menyetrikanya. Aku suka melihat baju-baju dan tentu saja, pakaian dalamnya.
Suatu hari, Ridwan sakit. Mungkin karena kelelahan mencari rumput.
Dengan sigap diriku berubah menjadi sosok perawat yang sangat perhatian padanya.
Mengganti kompresan air hangatnya, menyuapi dan membuatkannya teh hangat.
"Ibu istirahat saja, aku sudah mendingan, kok." Kata Ridwan sembari berbaring di tilam lusuhnya.
"Ibu gak papa kok, sayang. Kamu tidur saja, biar Ibu pijit kakimu."
Aku memijat kaki Ridwan.
Semakin berdesir darahku.
Memegang kaki jangkungnya, meremas dan memijatnya hingga sampai ke pangkal pahanya.
Terkadang dia menekuk kakinya, mungkin geli.
Aku tersenyum kecil melihat tingkahnya.
Ku ulangi lagi memijat kakinya. Matanya terpejam.Dia memutar badannya, posisi tiarap. Ku pijat punggungnya yang kekar itu.
(Disini diceritakan Bu Mirna terlena dengan tubuh Ridwan, begitu juga sebaliknya. Ridwan dan Bu Mirna saling melakukan hubungan intim)
***
Ada kepuasan tersendiri dalam diriku setelah mendapatkan kenikmatan dari Ridwan.
Ku lihat Ridwan pun menyukaiku.
Kami mengulangi adegan tersebut jika rumah sedang sepi.
Ridwan pun tak keberatan 'melayani'ku.
Aku menyayangi anak tiriku, atau yang lebih pantas sebagai kekasihku.Hubungan kami semakin mesra. Kemana-mana kami selalu berdua, mengantarku ke warung sebelah rumah dengan bergandengan tangan.
Entah Nisa curiga atau tidak, ia tidak masalah tentang perlakuanku terhadap Ridwan.
"Aku mencintaimu, Bu." Ucap Ridwan saat mengecup keningku dan bergegas berangkat mencari rumput.
Aku memberikan senyum terbaik untuk Ridwan. Aku mengantarnya sampai bibir pintu dan melihatnya hingga tubuhnya menghilang dari pandanganku.
Aku meneruskan pekerjaan rumah, menyapu dan mencuci baju.
"Mbak, mesra sekali sama Ridwan." Celetuk Yuni, tetanggaku, yang sama-sama sedang mencuci baju denganku.
Kami mencuci baju di satu sumber air yang sama. Di sebuah sumur belakang rumah ku tempat beberapa tetangga mencuci pakaian karena memang keadaan ekonomi mereka tidak mampu membuat sumur.
"Iya, dong. Anak lanangku, kok." Jawabku sambil mengucek baju Nisa.
"Ngomong-ngomong, Ridwan gak di nikahkan saja, Mbak?" Kata Yuni lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUBUNGAN TERLARANG
Short StoryDosa zina seumur hidup melekat ditubuh Mirna, sehingga dia di usir dari kampung dan di kucilkan dari masyarakat. Bagaimana kelanjutan hidupnya? Apakah ia bisa bertahan di situasi yang kelam ini?