*Cerita Awal*

5 0 0
                                    


" Aku mohon, please ... Wake up," isak tangis Raisya. Hatinya hancur, melihat seseorang yang dicintai terbaring lemah dan tidak berdaya.

"Aku tahu, Aku salah. Tapi bukan begini yang ku maksud," Raisya terus mengeluarkan butiran kristal yang keluar dari mata indahnya.

Terlihat Selang-selang oksigen yang melilit pada seorang pria. Bunyi detak jantung terus menunjukan garis naik turun. Lampu-lampu serta alat medis lainnya nampak jelas menghiasi ruangan itu.

Tiba-tiba, sebuah tangan di halus menepuk pundaknya. Ia langsung terbelak, berharap bahwa orang yang dicintainya telah sadar. Namun, semua itu tak sesuai ekspetasi, dilihatnya wanita separuh baya dengan menggunakan kerudung putih menatap ia dengan raut kasihan.

"Pulanglah Nak, Biarkan ibu yang menemaninya disini." Perlahan wanita itu menyentuh tangan munggilnya. "Kamu juga butuh istirahat."

"Aku mau menemani dia dulu Bu Fen, ini semua salahku. Aku yang menyebabkan dia kecelakaan seperti ini. Aku sungguh menyesal," Rasa itu terlihat dari wajahnya yang sangat sedih. Beberapa kali ia berusaha untuk menahan tangisnya, tapi tidak bisa. Hatinya terlalu rapuh.

"Tidak ada yang perlu disesali sekarang. Sekarang waktu buat berdoa kesembuahannya. Apa dengan kamu begini akan membuat dia tersadar? Justru mungkin ini akan membuat dia sedih. Jadi mengertilah kondisi fisikmu sekarang, dengar kata ibu Nak," jelas wanita yang bernama Fenny.

"Baiklah. Aku akan pulang, tapi besok aku janji untuk kembali." Fenny hanya mengganguk dan mempersilahkan Raisya buat keluar. Ia pun mengambil tas dan berpamitan dengan Fenny, Ibu dari pria itu.

Kini ia telah memasuki mobil honda dengan plat B 201. Perlahan, laju mobl itu meninggalkan rumah sakit. Berat rasanya bagi Raisya. Tapi, mau tidak mau dia juga butuh istirahat yang cukup.

Dengan kecepatan normal, Raisya terus merenung dengan kejadian dua hari yang lalu. Peristiwa membuat semuanya ini terjadi. Dia selalu berpikir, seandainya hal itu tidak terjadi, akankah pria yang dicintainya itu akan terbaring lemah?

"Aku menyesal Dev." Raisya melihat foto mereka yang bergantung di mobil kesayangannya. Ya, pria itu bernama Deva.

***
Dua hari yang lalu...

Raisya tengah bersiap untuk ke pesta ulang tahun sahabatnya. Ia bernama Galang. Rencananya, kali ini Deva yang akan mengantar ia dengan permintaan Galang.

Tok... Tok... Tok...

Ketukan itu membuat Raisya bergegas untuk turun dari arpatemnnya menuju pintu masuk.

Klek...

"Eh, Deva. Sudah datang?" tanyanya.

"Iyalah. Tidak mungkin aku tidak datang kalau tidak disini." Deva menatap aneh ke arah Raisya.

Lima menit telah berlalu, hanya saling tatap tanpa berkata sesuatu. "Tidak dipersilahkan masuk nih?" Deva akhirnya bertanya untuk mencairkan suasana. "Hehe, Kok bisa lupa ya? Maaf sayang, ayo masuk." Raisya mempersilahkan Dave buat masuk ke arpetemennya.

"Mau minum apa?"

"Teh saja, jangan di tambahkan gula!" pintah Dave, Raisya ingat bahwa Dave tidak menyukai yang manis-manis.

"Iya. BTW, memang enak yah, minum teh tapi tidak pakai gula?"

"Enak, walaupun gulanya gak ada. Tapi ada kamu yang sama manisnya," Deva berusaha menggoda Raisya dengan berjuta gombalannya.

"Dih, dasar gombal!"

Raisya kembali ke dapur untuk membuat teh, setelah itu ia kembali lagi dengan membawa secangkir teh.

"Aku ke kamar dulu yah. Mau ambil tas, setelah itu kita langsung berangkat." Deva hanya mengangguk sebagai jawaban. Dan Raisya bergegas untuk mengambil tas. Langkahanya terhenti, melihat layar Hp yang bergetar. Ia hanya tersenyum tipis melihat isi dari pesan yang masuk.

"Sayang!!!" Teriak Deva dari ruang bawah. "Ayo bururan, sudah mau telat nih," sambungnya.

"Iya, bentar. Aku segera turun kok." Ia pun bergegas turun dan menyusul Deva menuju parkiran mobil.

***

Mobil sedan melintasi jalanan kota jakarta dengan kecepatan normal. Dave yang sedang fokus menyetir sesekali melhat kearah cewek di sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Raisya. Seorang gadis manis dibaluti dress abu-abu. Begitu pun dengan dirinya, yang mengenakan kemeja yang serasi dengan dress milik Raisya. Terlihat Raisya yang sedang memainkan handphonenya dan sesekali tersenyum. Deva hanya mampu menatap heran.

"Sya? Lagi chat siapa? Kok sampai senyum-senyum?" tanya deva untuk mencairkan suasana.

"Eh, Bukan siapa-siapa kok. Cuman teman."

"Cuman teman tapi sampai senyum-senyum gitu?"

"Beneran cuman teman kok. Percaya deh," Raut wajah Raisya mulai mengkerut.

"Iya, iya. Percaya. Yaudah, jangan mengkerut begitu dong." Deva berusaha membuatnya terhibur.

"Iya iya," Sebuah benyum manis terukir dibibir indahnya.

Mobil itu mulai memasuki kawasan rumah mewah. Pelan-pelan mereka memasuki gerbang yang besar. Terlihat banyak berbagai macam tumbuhan dan pastinya sebuah rumah besar di daerah Jakarta Selatan.

"Ini rumahnya Sya? Besar juga." Deva hanya terkesima melihat sesuatu yang luar biasa dihadapannya.

"Menurut google maps begitu, yasudah ... Ayo kita masuk, mungkin acaranya sedang berlangsung." Raisya membuka pintu mobil begitu juga dengan Deva.

Mereka memasuki rumah itu dengan sebuah tangan yang melingkar pada pergelangan Deva. Dari kejauhan terdengar duara musik Jazz, dan Raisya dan Deva mengikuti arah datangnya suara tersebut. Dan benar, acaranya telah berlangsung. Sekarang wakunya meniup lilin. Terlihat Galang sedang mencari sesuatu. Tubuhnya seakan melirik sana-sini. Dan, siapa sangka? Saat ia melihat Raisya datang, ia pun segera menghampiri mereka.

"Halo Sya, kok telat?" Gilang menatap sinis ke arah Deva.

"Maaf, tadi jalanan lagi macet. Oh ya? Apa gue telat banget?"

"Gak, santai aja. Btw, kamu cantik hari ini." Mendengar perkataan tersebut, Dave merasa emosi. Hanya saja ia melihat situasi saat ini.

"Makasih."

Acara berlangsung meriah. Banyak aneka makanan yang tersedia. Selain itu ada beberapa tampilan yang memukau, Dan terakhir adalah pesta dansa.

Saat itu Raisya sedang makan sambil menunggu Dave yang sedang ke kamar mandi. Kemudian Galang mengambil kesempatan tersebut.

"Syaa? Mau dansa bareng gue?" ajak Gilang.

"Tapi ... Deva pasti marah." Raisya berusaha menolak ajakan Gilang.

"Dia gak bakal tahu, cuman sebentar kok. Please ..."

"Yaudah deh, aku terima." Raisya pun membututi Gilang untuk berdansa bersama.

Dave keluar dari toilet. Ia melihat Gilang menyentuh Raisya se-enaknya. Dengan kesal Deva menghampiri mereka, "Raisya! Ikut aku!" pintahnya, iya pun menyeret Raisya nya ke tamn depan.

"Apa maksud semua ini? Hah?" Deva menatap tajam ke arahnya.

"Ini tidak seperti yang kamu duga kok. Tadi dia cuman ngajak dansa saja." Ia hanya bisa menunduk.

"Terus kamu mau? Gitu?"

"Bukan, kamu gak ngerti."

"Kamu yang gak ngerti Sya! Dahlah, kecewa aku sama kamu."

"Apa sih. Cuman teman doang juga yang ngajak, masa kayak gini."

"Mengertilah, aku cemburu."

"Bodoamad. Gak peduli."

"Oh, yaudah." Deva masuk ke dalam mobilnya.

Kecepatan mobilnya tidak terkendali, pikirannya seketika buyar saat mendengar nada dering handphone.

Jend. Seo
Datang ke markas sekarang. Darurat!


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Light and LeafWhere stories live. Discover now