ML 1

50 5 0
                                    

Pany POV

Aku mempercepat langkahku menuju sekolah. Wajahku sedikit cemberut. Tadi pagi aku bangun kesiangan. Biasanya aku sudah bangun pada pukul lima pagi. Tapi semalam aku susah untuk karena tugas yang menumpuk, jadi aku tidur terlalu larut malam, dan bangun kesiangan.

"Woyy Pany.."
Aku menoleh ke arah yang memanggilku dan ternyata itu Jun, salah satu bestie yang paling dekat dengan ku, yaa walaupun kadang perilakunya yang agak absurd.

"Apaan hmm?"

"Kok jalan kaki..??"

"Iyaa kak Sean udah berangkat kerja, kak Tristan juga udah berangkat kuliah, kak Vergan gak tau kemana tiba-tiba udah gak ada di rumah."

"Bhkz mampus.. pasti belum sarapann juga kan?"

Raut wajahku menjadi datar, sedangkan Jun malah tertawa.

******
Sampailah kami di sekolah, kami langsung masuk kelas, tidak lama kemudian bel masuk berbunyi.

"Anak-anak kalian akan mendapatkan teman baru."

Murid tersebut masuk dan mulai memperkanlkan diri.

"Perkenalan nama saya Fani, saya berasal dari dari Malaysia, saya kesini karena ayah saya ada dinas disini, saya mohon kerja sama nya ya, terima kasih."

"Baiklah Fani silakan duduk di sana!!"

Bu guru menunjuk kursi kosong yang bersebelahan dengan ku. Fani duduk di sampingku dengan dengan senyum tipisnya karena dia malu, sedangkan aku membalas senyuman Fani dengan senyuman yang merekah.

"Haii aku Pany.."
Sambil mengulurkan tangan.

"Hai juga aku Fani.."
Fani membalas uluran tangan ku.

"Jangan malu-malu ya Fani, kalau kamu butuh sesuatu bilang aja."

"Hehe iya Pany.."

****
Kring..kring..kring..

Bel sekolah berbunyi. Semua siswa-siswi berhamburan dengan senyum merekah mendengar bel itu, termasuk diriku. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiriku, dan menepuk bahu ku kencang, hingga aku terkejut.

"Pany aku pulang duluan yaa."

"Ehh iya Fani hati-hati ya!" sambil melambaikan tangan.

Aku melangkahkan kaki ku keluar sekolah, saat di parkiran aku melihat salah satu kakakku, Vergan.

"Eh adek kakak udah pulang juga ternyata." Katanya sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"Ya iyalah kak, kan kita satu sekolah."
Aku mendengus kasar mendengar ucapannya yang konyol.

"Hehehe, emm maaf ya dek tadi pagi aku tiba-tiba tidak ada di rumah."

"Memangnya kakak kemana??"
Jelas raut wajahnya nampak gelisah ketika aku menanyakan hal tersebut.

"Emm ada deh hehe, udah yuk pulang."

"Iya deh."
Jawabku sambil mengikuti langkah kak Vergan menuju mobil.

Kita pun pulang. Suasana mobil yang biasanya penuh dengan candaan ku dengannya kini berubah menjadi hening. Entah kenapa kak Vergan hanya diam. Jika di ajak berbicara, ia hanya tersenyum menanggapi nya. Aku curiga dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Tidak lama kemudian mobil kami sampai di rumah. Berbeda dengan kak Vergan yang lebih dulu masuk kamar, aku memilih berdiri di ruang tamu, melihat keadaan rumah yang tidak seperti biasanya.

"Dek..."

"Ehh kak Tristan."

"Mau sampai kapan kamu berdiri disitu hmm??, Cepet mandi sana terus kita makan bareng."

"Emm hehe oke kak."

Aku segera menuju kamar ku, aku pun langsung mandi dan setelah itu aku menuju dapur. Aku melihat kak Tristan sedang memasak sendirian.

"Kak.. aku bantuin yaa.."

"Emang bisa hmm??"

"Bisa dong.."

"Iya udah iya dek tapi hati-hati ya !!"

Aku pun langsung mengambil pisau dan memotong wortel, pada saat aku memotong tanpa sengaja tanganku teriris sampai keluar darah banyak. Entah apa yang ku pikirkan saat itu, tiba-tiba tanganku teriris.

"Aww..  s-sakit.."

Kak Tristan yang panik langsung balikin badan ku dan melihat tangan ku yang teriris. Tanganku langsung di bersihkan air wastafel oleh kak Tristan. Setelah di bersihkan darahnya sudah tidak keluar namun rasanya sangat perih. Aku mencoba menahan rasa itu.

"Ya ampun, kalian ngapain?"

"Pany kamu kenapa?"

Kak Sean dan kak Vergan langsung samperin aku dan kak Tristan.

"Kenapa dek?? Ada apa ini??"

"Tristan kenapa dengan tangannya Pany??"

"Tangannya teriris pisau."

"Kok bisa sih? Apa kamu gak jagain dia waktu masak? Untung ini lukanya tidak terlalu parah, kalau terjadi yang lebih parah gimana??"

Kak Sean begitu emosi karena melihatku terluka, walaupun ini lukanya tidak cukup parah. Mungkin kak Sean sangat sayang kepadaku karena aku satu-satunya adek perempuan. Saat kak Sean emosi, aku, kak Vergan, dan kak Tristan hanya diam. Aku merasa kasihan melihat kak Tristan yang di marahi oleh kak Sean. Akhirnya aku memberanikan diri untuk berbicara.

"Kak ini salah Pany bukan salah kak Tristan, saat aku memotong tadi aku gak fokus kak, aku--"

"Lalu apa yang kau pikirkan dek??"

Kak Sean memotong pembicaraan ku, dan menanyai aku dengan muka datarnya.

"Aku memikirkan kalian bertiga, sebenarnya ada apa dengan kalian?"

Deg

Suasana pun menghening.



















Heyy guys..
Jangan bosen baca cerita ku ya..
Jangan lupa vote juga..
Sorry for any mistake..
🙏🙏🖤🖤

Maybe LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang