Bagian 15

9.6K 1.4K 580
                                    

Dedarah
Bagian 15

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

○●○

Jika kalian diberikan sejumlah uang. Pilih uang dua milyar secara kontan atau lima milyar dicicil sepuluh tahun?

Apa yang kalian lakukan jika kalian bisa membaca pikiran orang lain?

Jika kalian menjadi presiden. Peraturan baru apa yang akan kalian buat? (Peraturannya tidak harus serius, just for fun)

Jika kalian ada di sebuah benteng dan kalian dikepung oleh kumpulan zombie yang ingin memakan kalian, lalu satu-satunya tempat sembunyi adalah di sebuah sumur di benteng itu. Apakah kalian akan melompat ke sumur atau tidak?

Jika kalian punya dua pilihan, terlahir menjadi anak sultan atau hidup abadi di kondisi sekarang. Mana yang akan kalian pilih?

○●○

Aku datang ke sekolah sangat awal. Di kelas ini baru ada beberapa orang. Aku merogoh loker mejaku. Tidak ada lagi surat. Tadi malam, Darma memintaku untuk terus mengecek surat-surat yang datang padaku, karena mungkin saja orang itu mengirim surat lagi. Jika si pelaku mengatakan bahwa aku akan baik-baik saja, seharusnya dia akan menjelaskan sesuatu yang lain. Kecuali satu hal, baik-baik saja yang dimaksud orang itu tidak seperti yang ada dipikiranku.

Ajeng sedang mengeluarkan isi kotak pensilnya. Ada beberapa alat tulis seperti pulpen, pensil, penghapus, dan rautan. Dia tampak senang memperhatikan itu. Saat Dewi datang, dia buru-buru memasukkannya kembali isi ke kotak pensilnya.

"Aku benar-benar senang," kata Dewi pada Ajeng. "Sebentar lagi, apa yang aku inginkan benar-benar terkabul."

"Wah, aku ikut senang."

Aku mengalihkan diriku dari mereka. Kembali pada buku di depanku. Aku sedang mencoba mengorek informasi lagi. Aku ingin tahu, siapa sebenarnya orang yang telah membawa kutukan itu padaku.

Aku kaget saat mejaku tiba-tiba digebrak. Sari.

"Kamu pacaran sama Darma, kan?!" bentaknya.

Kuangkat kepalaku, memandangnya dengan kesal.

"Temanku melihatmu di kafe dengan Darma. Kalian berkencan bersama," kata Sari.

"Lalu, apa urusanmu?" tanyaku dengan malas.

"Seorang perempuan dibawa dengan mobil oleh laki-laki di malam hari, itu bukan hal sepele. Kalian punya hubungan serius, kan? Atau jangan-jangan, kau menjual dirimu padanya," ungkap Sari menyindir.

"Kami berdua pacaran atau tidak bukannya tidak ada urusan denganmu, toh kamu sudah ditolak olehnya. Menjual diri? Kau pikir semua perempuan sama sepertimu?"

Wajah Sari memerah, dia marah. Tamparan mengantamku. "Aku mau dia! Sejak awal, aku mau Darma. Aku sudah menembaknya sembilan kali, tetapi aku belum menyerah. Lalu, tiba-tiba kau datang dan merebutnya dariku!"

Sari menyatakan cinta berkali-kali pada Darma? Apa itu alasan kenapa Darma tampak kasihan saat membahas Sari?

Aku tertawa. "Tamparanmu tidak sakit," ejekku. "Lebih baik, kau cari laki-laki lain. Karena Darma tidak akan pernah bisa kau miliki."

"Kalian berkelahi lagi?" suara Gilang. "Tidak pernah lelah, ya?"

Sari mulai menangis. "Kamu tidak tahu? Dari kecil, aku sudah menyukai Darma. Aku sedih karena dia selalu menolakku sehingga aku pacaran dengan laki-laki lain sebagai pelampiasan. Namun, kau dengan mudahnya bisa berkencan dengannya. Apa yang kau tawarkan padanya, keperawananmu?!" Sari berbicara dengan emosi menggebu-gebu.

Dedarah 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang